40. Little By Little

21.1K 2.5K 148
                                    

Starky memasuki ruangan dengan langkah pelan. Ia terhenti ketika mendapati Nadira yang sedang terduduk di atas ranjang sambil memeluk lututnya. Wanita itu memandang keluar jendela.

"Ngapain kamu datang kesini?" tanya Nadira tanpa menoleh.

Starky menghela nafas kemudian duduk di kursi yang terletak tidak begitu jauh dari ranjang. "Kamu tahu ini aku yang datang?"

"Gak akan ada orang lain yang masuk ke sini kecuali dokter, perawat, dan kamu."

"Orang tua kamu gak datang?" tanya Starky.

"Setelah kita putus, kamu pikir mereka masih mau melihat aku?" Nadira balas bertanya.

Starky terdiam memperhatikan Nadira. Dia melirik pergelangan tangan wanita itu yang dibalut perban. Kemudian dia kembali pada wajah Nadira. Meskipun hanya terlihat dari samping, Starky bisa melihat betapa pucatnya wajah wanita itu.

"Kenapa kamu melakukan itu?"

Nadira menoleh sebentar kemudian mengangkat tangan kirinya. "Ini? Karena aku udah malas hidup," jawabnya enteng.

"Nadira," ucap Starky penuh peringatan.

Nadira mendengus lalu tertawa kecil. "Dulu memang hanya aku satu-satunya bagi kamu. Sampai kamu menikah, kamu masih tetap tersugesti bahwa aku yang seharusnya bersanding dengan kamu. Tanpa kamu sadari kalau kamu jatuh cinta dengan Rhea."

Starky menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, membiarkan Nadira berbicara sepuasnya. Tanpa perlu memahami ilmu kejiwaan, Starky sudah bisa mengerti jika wanita di hadapannya ini benar-benar kacau.

"Aku kehilangan rahimku, kehilangan kamu, dan kehilangan karirku. Coba sekarang kasih tau ke aku, kenapa aku masih harus hidup?" ucap Nadira.

Nadira tersenyum meski Starky bisa melihat mata wanita itu yang berkaca-kaca. Seolah tak ingin Starky tahu dirinya tengah menangis, Nadira kembali membuang muka.

"Hampir tiap hari aku dimaki-maki sama orang tuaku. Mereka bertanya kenapa aku gak mau dijodohkan saja dan malah menjadi perusak rumah tangga orang." Nadira menyeka pipinya sesaat kemudian lanjut berujar. "Mereka tidak tahu kalau anak mereka ini sudah cacat. Aku gak mau membuat mereka malu, mengiyakan perjodohan dengan laki-laki yang tidak tahu kalau aku ini kosong."

"Nadira--"

Nadira menggeleng. "Tapi aku gak mau dinikahi hanya karena tanggung jawab, Star. Aku gak mau hidup di bawah bayang-bayang mantan istrimu. Lagi pula aku sendiri yang menggugurkan kandunganku tanpa memberitahu kamu terlebih dahulu."

"Terus, apa yang kamu inginkan sekarang, Nadira?"

"Tinggalin aku sendiri, Star. Gak usah datang lagi walaupun mereka ngehubungi kamu."

"Kamu mau sendiri biar bisa melakukan hal bodoh lagi?'

Nadira menoleh pada Starky. "Sidangku bakal segera dimulai. Gak lama lagi statusku bakal jadi narapidana."

"Kamu gak seharusnya cari masalah dengan perusahaan hanya karena aku."

Nadira tersenyum hambar. "Hanya karena kamu? Hanya? Kamu gak tau seberapa berarti kamu untuk aku?"

"Pulang, Starky. Aku bakal ngehadapin semuanya sendiri," ujar Nadira akhirnya. "Gak perlu khawatir. Aku gak akan ngelakuin hal konyol itu lagi. Sakit. Aku cuma nyoba sekali dan kalau gagal, aku gak akan ngulangi lagi."

Starky masih tidak bergeming. Dia tertunduk, memilih untuk menekuri lantai rumah sakit.

"Kita--terutama aku terlalu memaksakan keadaan. Dulu orang-orang sudah mengingatkan aku soal karma, tapi aku gak peduli karena menurutku Rhea yang pertama kali ngerebut kamu dari aku. Ternyata apapun yang legal di mata Tuhan-lah pemenangnya," ucap Nadira dengan suara yang sudah lebih tenang. "Kalaupun aku jadi menikah dengan kamu, mungkin rasanya bakal lebih menyakitkan daripada ini." Dia menunjukkan luka di nadinya.

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang