35. Tough Night

26.9K 3K 99
                                    

"Shane, ini udah jam sembilan."

Jurus andalan Shane ketika tidak mau menuruti perkataan Mamanya adalah menjadi pura-pura tuli. Seperti malam ini, ketika Rhea hendak membantu karyawannya menutup salon. Shane seharusnya sudah tidur jam segini agar Rhea bisa lebih leluasa membersihkan seluruh lantai ruko.

"Shane," panggil Rhea lagi. Kali ini nada bicaranya mulai kesal. "Kamu denger Mama gak sih?"

Akhirnya Shane menarik perhatiannya sesaat dari mainannya dan melirik Mamanya. "Aku belum ngantuk."

Rhea bertolak pinggang, kesabarannya mulai menipis. "Kalau sampai kamu besok susah dibangunin, awas aja. Mama bawa ke sekolah tanpa mandi, tanpa ganti baju," ancamnya.

Setelah berucap demikian, Rhea beranjak ke lantai bawah. Seharian ini dia sangat lelah karena pengunjung salon yang begitu ramai, sekarang ditambah lagi dengan Shane yang tidak mau menurut padanya.

"Kenapa, Kak?" tanya Rifa.

Rhea mengedikkan dagunya ke arah lantai atas. "Shane susah banget disuruh tidur. Mana diajak ngomong malah gak menyahut."

Kayla yang sedang menyapu turut mendengar obrolan itu. "Tumbenan. Biasanya Shane gak pernah rese'. Apa mungkin karena masalah kemarin?" komentarnya.

Rhea tampak berpikir. "Bisa jadi sih."

"Nyebelin emang si Dennis-Dennis itu. Bisa ya bocil ngata-ngatain temennya miskin," ucap Rifa kesal.

Arum mengangguk setuju. "Mana yang dikatain miskin, bapaknya pakai Lexus," selorohnya membuat karyawan lain tertawa sementara Rhea hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan Arum.

"Atau mungkin Shane terserang BPB," celetuk Rana.

Rhea dan yang mengernyit. "BPB tuh apa?" tanya Kayla.

"Butuh Papa Baru," seloroh Rana yang langsung disambut cekikikan dari semua orang kecuali Rhea.

"Ngawur," ucap Rhea makin dongkol.

Sejurus kemudian, Pinkan yang sedari tadi sibuk menata produk rambut mendekati Rhea dengan raut ingin tahu. "Kak Rhea emangnya belum ada niat ingin nikah lagi?" tanyanya.

Rhea menghela nafas. "Belum. Aku bukan hidup sendiri. Aku punya Shane. Dan untuk sekarang, aku mau fokus dulu ke Shane. Apa lagi dia ini benar-benar butuh perhatian khusus. Kalau saja bukan karena aku baca-baca artikel dan tanya kesana kemari, mungkin aku bakal mengira kalau Shane ini tergolong anak menyebalkan. Padahal kan enggak."

Arum mengangguk-angguk. "Semenjak kenal Shane, aku jadi lebih mudah memahami tingkah bocah-bocah lain. Shane emang beda. Dia gak nakal, tapi cukup sulit ya dikendalikan."

"Bener, Rum. Sampai sekarang dia masih susah banget bergaul. Teman-temannya pada dicuekin."

"Shane baru berulang tahun yang ke lima Desember kemarin kan?" tanya Pinkan yang diangguki oleh Rhea. "Berarti tahun ajaran baru Juli ini Shane belum memasuki enam tahun, sementara sekarang SD kan diwajibkan tujuh tahun."

"Kalaupun bisa dipertimbangkan usia enam tahunan, Shane juga belum enam tahun Juli nanti. Masalahnya dia kayaknya harus di SD, kemampuannya udah gak cocok untuk TK lagi. Itu yang buat dia cepat bosan," timpal Kayla.

"Makanya aku juga bingung," ujar Rhea.

"Keponakanku dulu ada yang kondisinya kayak Shane. Anaknya cenderung cepat bosan, daya tangkapnya cepat banget sampai-sampai dia dikucilkan sama teman-temannya karena dianggap sombong. Ya agak songong sih emang. Karena itu, Ibunya berhentiin dia dari TK terus tahun ajaran baru didaftarkan ke SD padahal umurnya masih lima tahun," ucap Diandra yang sedari tadi hanya diam menyimak.

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang