21. Shaneflower

39K 3.9K 417
                                    

Kalau ada hal yang benar-benar Rhea inginkan, itu adalah senyuman tulus Shane seperti sekarang. Biasanya Shane paling malas disuruh tersenyum. Ketika sedang bertegur sapa dengan orang, Shane akan melihat Rhea dengan tatapan, 'aku harus senyum?'. Atau tidak, Rhea yang harus memberi kode secara sembunyi-sembunyi agar anaknya itu tersenyum.

Kali ini, Rhea bahkan tidak ada di samping Shane melainkan hanya duduk di teras belakang rumah memperhatikan bagaimana Shane dan Papanya menanam bunga matahari. Raut bahagia terpampang jelas di wajah Shane.

Setelah beberapa jam berkutat dengan bibit bunga matahari yang mereka tanam, Shane dan Starky menatap puas hasil kerja mereka. Keduanya berjalan ke arah teras dan duduk di lantai, bersandar pada pilar rumah.

"Capek?" tanya Rhea.

Shane menggeleng. "Enggak."

Starky menatap Rhea. "Kok kamu gak bikinin minum?" tanyanya.

"Karena kami tamu. Harusnya tuan rumah kan yang buatin kami minum?" balas Rhea.

Starky memperlihatkan tangannya yang kotor. "Kamu yakin mau minum kalau aku buatin?"

Rhea mengebaskan tangannya. "No, deh."

Starky tertawa kecil kemudian menggedikkan dagunya ke arah dalam rumah. Tepat setelah masuk dari pintu belakang, ruangan itu adalah dapur.

"Ambilin minum dong di kulkas. Air mineral aja," pinta Starky.

Rhea berdecak sebal tapi dia tetap berdiri dan beranjak ke dapur. Niatnya hanya ingin mengambil dua botol air mineral dalam kulkas dan langsung kembali ke belakang, tapi gerakannya terhenti ketika dia melihat peralatan masak di dapur itu.

Butuh waktu beberapa detik bagi Rhea, dia bahkan harus menyentuh benda-benda itu untuk memastikan. Semua ini adalah peralatan masaknya saat masih tinggal bersama Starky dulu.

Seingat Rhea, saat dia menjual rumah itu, barang-barang itu dia tinggalkan begitu saja di rumah. Terserah jika pemiliknya akan membuang atau memakainya. Peralatan masak miliknya masih baru dan tentu harganya tidak murah, jadi Rhea beranggapan kalau kemungkinan besar pembeli rumah akan memakainya.

Sebenarnya Rhea menyayangi benda-benda ini. Dengan peralatan masak inilah dia membuatkan makanan untuk keluarga kecilnya. Sayangnya dia tidak sanggup mengingat semua kenangan itu sehingga dia memutuskan untuk tidak membawa satupun benda dari rumah lama mereka.

"Mama lama banget!"

Seruan Shane membuyarkan lamunan Rhea. Dia segera mengambil dua botol air mineral dari kulkas kemudian berlari ke belakang.

"Maaf, tadi Mama nyari-nyari letak kulkas."

Shane dan Starky kompak melemparkan tatapan tidak percaya pada Rhea. Kalau sudah begini, mereka terlihat seperti anak kembar beda ukuran.

"Letak kulkas kan masuk aja langsung ada di situ," ujar Shane sambil menunjuk ke arah letak kulkas.

"Minum aja, Shane," balas Rhea.

Rhea kembali menatap jejeran tanah tempat bibit bunga ditanam. "Itu semua bunga matahari?"

Shane mengangguk. Dia menyerahkan botol air mineralnya pada Starky yang langsung dibukakan oleh pria itu dan dikembalikan pada Shane. Starky juga membuka botolnya dan langsung menegak isinya. Rhea meringis melihat kedua orang itu memegang botol dengan tangan kotor mereka.

"Kenapa ya namanya harus bunga matahari? Kenapa gak bunga bulan aja?" tanya Rhea iseng.

Shane memandang ke arah taman mininya. "Helianthus. Mereka selalu mengikuti pergerakan arah matahari dari terbit sampai tenggelam."

Rhea mengangguk-angguk. "Terus kenapa kamu milihnya bunga matahari untuk ditanem? Kenapa gak nanem ubi jalar aja?"

Shane mengerutkan dahinya. "Mama, ubi jalar kan bukan bunga."

Rhea nyengir. "Ya maksud Mama, tanem sesuatu yang bisa dipanen gitu lho. Bunga kan cuma pajangan doang."

"Karena bunga matahari mirip Mama."

Ucapan Shane barusan berhasil menarik perhatian Rhea dan Starky. Kini mereka secara bersamaan menatap bocah itu.

"Emangnya Mama warna kuning?" tanya Rhea.

Shane berdecak, rautnya berubah kesal. "Karena bunga matahari selalu berkorban untuk tanaman-tanaman di sekitarnya. Saat ada hama, dia bakal biarin dirinya dimakan sama hama makanya tanaman lain bisa selamat."

"Tapi Mama gak mau dimakan sama hama," sahut Rhea.

Lagi-lagi Shane berdecak, tapi dia berusaha sabar menjelaskan. "Maksud aku, Mama selalu berkorban untuk orang-orang di sekitar Mama. Terutama untuk aku dan Papa."

Meskipun Rhea ingin memuji betapa pandainya Shane dalam berkata-kata, tapi dia memilih diam. Perasaannya tidak enak. Shane mengetahui banyak hal yang tidak pernah dijelaskan oleh Rhea. Bukan hanya buku yang pandai dia baca, tetapi juga situasi di sekitarnya.

"Berkorban seperti apa, Nak?"

Rhea mendelik pada Starky yang barusan bertanya. Starky sendiri hanya memasang raut ingin tahu yang ia tujukan pada Shane.

"Mama selalu bergabung sama ibu-ibu berisik di sekolah lamaku, padahal aku tau Mama gak suka. Tapi Mama gak mau dikatain sombong karena itu akan berpengaruh ke aku juga. Mama selalu senyum dan ngobrol ramah ke semua orang padahal Mama sebenarnya juga malas, tapi biar aku ngikutin Mama." Shane terdiam sejenak memperhatikan Starky dan Rhea bergantian. "Mama juga sering pengen marah ke Papa kan? Tapi Mama gak mau nunjukin di depan aku biar aku gak ikut-ikutan."

Rhea tidak tahu harus bagaimana sekarang. Apakah dia harus kagum karena Shane menjelaskan tiap hal dengan sangat baik di usianya yang masih lima tahun, ataukah Rhea harus terperangah dengan fakta kalau Shane tahu makna perilaku Mamanya selama ini.

Starky yang duluan bereaksi setelah beberapa saat. "Kalau pengorbanan Mama untuk Papa apa, Shane?"

Rhea meringis. Harusnya Starky tidak menanyakan itu kalau dia tidak mau mendengarkan sesuatu yang bisa menyakiti dirinya sendiri.

"Mama mengalah ngasih Papa ke Nadira biar Papa bahagia."

"Mama mau ke kamar mandi bentar."

Bahkan sebelum sempat menegur Shane yang menyebut nama Nadira tanpa embel-embel Tante, Rhea langsung beranjak dari tempat itu. Apapun yang terjadi, dia tidak mau menangis di hadapan Shane. Sehancur apapun dirinya, Shane tidak boleh menyaksikan air mata Mamanya.

Karena itu, Rhea langsung menutup rapat-rapat pintu kamar mandi, menyalakan shower dan berdiri di sudut kamar mandi yang tidak terjangkau air. Kemudian, Rhea menangis sejadi-jadinya.

Dia tidak sekuat yang dirinya kira. Perceraian yang ia minta kemudian dikabulkan oleh Starky hanya bertujuan untuk mempertahankan harga dirinya. Dengan melepas Starky, tentu dia tidak akan terlihat begitu menyedihkan. Menjadi istri dari seorang laki-laki yang masih terlibat dengan masa lalunya.

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang