36. Bad Feeling

26.1K 3.2K 135
                                    

Starky menggeser laptop dari hadapannya. Dia menenggelamkan wajahnya di telapak tangannya, berharap pening yang menyerangnya mereda barang sedikit.

Utari yang duduk di sisi lain ruangan menatap Starky khawatir. Sejak kemarin, kondisi atasannya itu tidak baik-baik saja. Wajah Starky terlihat makin pucat dan sering kehilangan konsentrasi.

"Bapak kayaknya butuh istirahat," ucap Utari.

Starky menggeleng. "Cuma agak pusing. Istirahat bentar juga cukup" sahutnya.

Akhir-akhir ini Starky terpaksa kerja gila-gilaan untuk membantu perusahaan memulihkan kekacauan yang disebabkan oleh Nadira. Tidak jarang Starky bekerja hingga subuh dan berujung menginap di kantor.

"Kalau Bapak jatuh sakit malah nanti gak bisa kerja sama sekali. Bapak pulang aja. Malam ini giliran saya yang lembur," ujar Utari mencoba membujuk.

"Kamu itu perempuan. Gak baik sendirian malam-malam di kantor," ucap Starky sembari memijat-mijat keningnya.

"Nanti saya minta ditemani Ayu dan Kahfi. Bener deh, Pak. Pulang saja."

Kali ini Starky tidak menjawab. Dia meraih jaket dan mengenakannya. Utari pikir Starky akan pulang, ternyata pria itu kembali duduk di kursinya.

"Bapak kedinginan?" tanyanya heran. Setahu Utari, Starky bukan tipe orang yang mudah kedinginan. Apa lagi cuaca tahun ini sangat panas. Suhu AC di ruangan juga tidak begitu rendah.

"Kedinginan dikit," jawab Starky.

Utari beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke luar ruangan. Tak lama kemudian dia kembali bersama Kahfi, salah satu staff junior di timnya.

Starky mengernyit melihat kedatangan Kahfi. "Ada apa, Fi?" tanyanya.

Kahfi mendekati Starky dengan raut khawatir. "Maaf, Pak. Saya permisi."

Starky cukup terkejut saat Kahfi menyentuh keningnya sesaat. Cowok itu langsung menoleh pada Utari.

"Benar, Mbak. Pak Great demam," ujarnya memberitahu.

Utari menghela nafas. Sudah dia duga. Sepertinya Starky sudah demam sejak tadi sore tapi dia menahannya sampai saat ini.

"Fi, lo bisa bawa mobil kan?" tanya Utari tanpa mengindahkan Starky yang masih menatapnya heran.

"Bisa, Mbak."

"Lo bawa mobil Pak Great dan antar dia pulang. Abis itu lo balik kesini naik ojol atau taksi online," pinta Utari.

Kahfi ingin mengangguk, tapi dia sadar posisi tertinggi di sini dipegang oleh Starky. Dia menoleh takut-takut pada pria itu.

"Saya masih bisa kerja," ucap Starky.

"Bapak gak percaya ya sama kami?" tuduh Utari mulai kesal. Dia tahu Starky tidak akan memecatnya hanya karena dia berperilaku sedikit kurang ajar pada atasan malam ini. "Bapak meragukan kinerja kami, makanya Bapak gak mau membiarkan kami membantu Bapak meskipun Bapak sakit?"

Starky menghela nafas. "Bukan gitu, Ri. Saya percaya pada kalian. Tapi semua ini tanggung jawab saya."

"Tanggung jawab tim. Tugas utama Bapak kan mengarahkan kami dan memberi perintah," koreksi Utari. "Dengan Bapak kerja pagi sampai ketemu pagi lagi tiap hari gak akan buat pekerjaan selesai begitu aja. Yang ada Bapak malah sakit dan gak bisa bekerja dengan baik," ucapnya lagi.

Akhirnya dengan terpaksa Starky menuruti kemauan Utari. Meskipun cewek ini adalah bawahannya, bahkan usianya masih cukup muda tapi Starky tidak bisa meremehkan Utari. Utari tidak pernah main-main dalam bekerja dan sangat bisa diandalkan.

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang