20. Home

32.5K 3.1K 91
                                    

Rana dan lima cewek lainnya datang tepat setelah Rhea kembali dari mengantar Shane. Mereka langsung memeluk Rhea secara bersamaan.

"Kak, kangen deh," ucap Diandra.

"Baru juga tiga hari gak ketemu," balas Rhea sambil tertawa.

"Beda vibesnya kak karena LDR ki' semua," sahut Rana.

"Wah baru tahu kalau teletubbies sekarang membernya ada tujuh."

Ketujuh perempuan itu melepaskan pelukan mereka kemudian menatap Banyu yang sedang berdiri di depan rukonya. Dilihat dari pakaian yang dia kenakan dan ransel hitam yang tersampir di bahunya, pria itu pastilah mau pergi ke kampus.

"Kalau membernya tujuh sih bukan teletubbies, tapi Seven Icons," celetuk Kayla.

"Siapa tuh, Kak?" bisik Pinkan.

"Kenalin, ini Banyu. Dia yang ngontrak dua petak di sebelah ini," jelas Rhea.

"Hai. Gue Banyu tapi kalian boleh manggil gue Jaka Tarub karena gue udah nemuin tujuh bidadari di sini," ucap Banyu yang disambut dengan erangan geli oleh ketujuh perempuan itu.

"Salam kenal, Kak Banyu." Arum mengangguk sopan.

Banyu balas tersenyum. "Kita bakal sering ketemu nih kayaknya. Ini berarti salonnya bakal buka kapan?"

"Secepatnya sih kalau udah selesai desain di bagian dalam. Kenapa? Lo mau jadi pelanggan pertama?" tanya Rhea.

"Emang bakal ada apaan aja?"

"Yang pertama kita buka sih hairstyling, haircare, meni pedi, sama makeup. Gue merintis dari nol lagi di sini," jawab Rhea.

"Oalah. Kapan-kapan gue meni pedi deh," kata Banyu yang disambut tawa oleh cewek-cewek itu.

"Serah lo, Banyu. Ngampus sono. Keburu telat."

Banyu melambaikan tangannya sebelum memasuki mobil. "See ya, Seven Icons."

Begitu mobil Banyu sudah agak jauh, Rifa menggoyang-goyangkan tangan Rhea. "Cakep banget, Kak. Ramah pula," ucapnya.

Rhea memutar matanya dengan malas. "Cakep emang. Tapi liat aja rada-rada absurd."

Keenam cewek itu tersenyum penuh arti pada Rhea. "Tidak ji na suka ki itu, Kak?"

"Apaan. Gak lah. Dia itu temen kampusnya si Starky dulunya. Udah yuk ke dalem aja. Kita lihat-lihat dulu mau digimanain nih salonnya."

***

Rhea dan keenam karyawannya terduduk lelah di depan ruko. Padahal rencananya mereka masih akan melihat-lihat saja, tapi entah siapa yang duluan bergerak, ujung-ujungnya mereka malah sibuk menata semua barang-barang.

Bagi Rana dan yang lain, sayang kalau tidak langsung diselesaikan hari ini juga karena ruangan itu sudah dicat oleh Ares. Mereka benar-benar hanya butuh menata barang-barang saja.

"Jadi kita belum punya facial lagi ya, Kak?" tanya Pinkan.

"Kita mulai dari yang modalnya gak terlalu besar dulu dan barang-barangnya masih ada," jawab Rhea. "Rum, kamu yang paling berbakat hairstyling, selalu sharing sama temen-teman yang lain ya. Termasuk aku. Kamu tau sendiri kan, Elly udah gak bareng kita."

"Baik, Kak. Aku bakal belajar lebih giat lagi."

"Terus kamu, Rana. Kamu paling terampil di bidang nail art. Nanti sering-sering bikin konten nail art terus diunggah di sosmed untuk promosi kita. Pakai tangannya si Kayla tuh yang paling lentik dan mulus."

Kayla tersenyum malu mendengar pujian Rhea. "Hasil makeup juga kita kontenin aja, Kak. Kita punya Rifa untuk dijadiin model gratis."

Rifa mendorong pelan bahu Kayla. "Apa sih, Kay."

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang