‹ 6.Shani... ›

302 25 0
                                    

Happy reading

Setelah selesai belajar untuk ulangan harian besok, Sagara merebahkan diri nya di atas ranjang Jevan.

Video call nya bersama Dita sudah berhenti sejak 5 menit yang lalu, Sagara memejamkan mata nya untuk tidur.

‹‹››

Kini Sagara sedang berjalan di koridor sekolah menuju kelas nya.

Setelah sampai di kelas nya, Sagara mendudukan tubuh nya di atas kursi nya "Lu udah belajar, Rik?" Tanya Sagara menatap Riki yang sedang menggambar sesuatu di sketchbook nya, Riki menggelengkan kepala nya "Percuma gua belajar, kalo akhir nya nilai gua tetep di bawah 90." Ucap Riki yang masih menggambar di atas kertas itu.

Sagara menghela nafas tipis "Seenggak nya lu berusaha, Rik." Ucap Sagara, Riki menatapa Sagara "Berusaha? Percuma juga, mau sekeras apa gua berusaha, di mata bokap gua, gua tetep gagal." Ucap Riki sambil menyenderkan tubuh nya di sandaran kursi.

Sagara hanya mengangguk, Riki memang sejak kecil selalu di tuntut untuk mendapatkan nilai 100, dan selalu di bandingkan dengan adik nya. Padahal Riki tidak terlalu minat atau mungkin tidak terlalu bakat di bidang akademik, ia bakat di bidang seni lukis dan bidang seni musik.

Namun ayah nya menentang dan tidak peduli dengan bakat yang anak sulung nya peroleh itu. Begitupun ibu nya, ibu nya juga lebih menyayangi adik nya yang lebih berprestasi menurut nya.

Riki bahkan tidak pernah di apresiasi sedikit pun oleh orang tua nya. Bahkan jika ia masuk 3 besar, mereka hanya berkata "Tingkatkan lagi, kamu harus ranking 1." dan jika di bawah 3 besar mereka akan marah terlebih ayah nya yang akan mengurung nya sendirian di salah satu kamar kosong di rumah nya.

Sagara merangkul bahu Riki "Lo punya gua, Rik. Kalo lo butuh apa apa, hubungin gua." Ucap Sagara dengan senyuman nya, Riki membalas senyum Sagara dengan senyuman tipis nya.

‹‹››

Sekarang semua murid di kelas 11 IPS 3 sedang bergelut dengan pikiran nya masing masing untuk menjawab berbagai pertanyaan yang tersedia di kertas tipis berawarna putih itu.

Sagara sedang berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang sempurna, dia teringat dengan perkataan ayah nya tadi pagi saat sarapan "Kamu harus dapet nilai 100 Sagara, mulai saat ini kamu harus mendapatkan angka itu di setiap ulangan."

Sagara menghembuskan nafas nya dan menyenderkan panggung nya ke senderan kursi, dia menjadi kepikiran apa yang akan terjadi ketika ia tidak mendapatkan angka 100 di ulangan harian nya? Apa yang akan terjadi?

.

.

.

.

Bel istirahat pertama sudah berbunyi, semua murid berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut nya.

Namun kali ini, Sagara tidak ke kantin. Sagara duduk di salah satu bangku panjang yang berada di taman belakang sekolah, ia menyumpal telinga nya dengan earphone nya yang berwarna putih.

Sagara menatap kosong ke depan, dia benar benar takut untuk pulang ke rumah saat ia teringat kejadian yang membuat nya takut untuk bertemu dengan ayah nya, kejadian yang membuat dia saat ini memikirkan kondisi nilai nya, memikirkan bagaimana jika ia tidak bisa mendapatkan nilai 100, memikirkan apa ayah nya akan marah kepada nya?, memikirkan apakah ia akan di kurung di gudang yang kumuh oleh ayah nya?, Sagara benar benar takut, takut untuk pulang dan bertemu sang ayah.

Sagara Dan Luka nya [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang