ᵔ43.Berantemᵔ

103 6 0
                                    


Happy reading


Pagi hari dengan suasana hati yang tak nyaman di rasakan oleh Sagara, canggung menyelimuti kedua sahabat yang duduk bersebelahan, Riki dan Sagara.

Ah, lebih tepat nya Riki yang membuat suasana canggung tersebut. Sedari tadi pagi Riki hanya diam, bahkan ia seperti acuh akan kehadiran Sagara.

Tapi, Sagara sadar, mungkin ini yang di rasakan oleh Riki saat ia hanya diam tak mempedulikan sekitar. Sagara menghela nafas samar, entah lah, seperti ada yang mengganjal di hati nya.

Sampai pada akhir nya bel pertanda istirahat berbunyi, siswa dan siswi berbondong-bondong meninggalkan kelas, beralih ke kantin tempat di mana mereka mengisi perut nereka yang sudah minta di isi.

"Gar, ke kantin, gak?" Tanya Samudra kepada Sagara yang sedari tadi ia lihat tak ada interaksi sama sekali kepada Riki sedari mereka bertemu pertama kali hari ini, Sagara menggeleng "Gak, gua mau ke taman belakang sekolah."

Setelah menjawab pertanyaan Samudra, Sagara langsung bangkit dari duduk nya dan pergi meninggalkan kelas. Samudra memberikan tatapan pertanyaan kepada Riki, namun Riki hanya mengangkat bahu acuh dan ikut keluar dari kelas untuk pergi ke kantin, meninggalkan Samudra yang sedang kebingungan.

Di kantin, Samudra dan Riki sedang makan dengan menu makanan nya masing-masing, tak ada yang membuka obrolan di sana.

Samudra berdeham, memecah keheningan meja mereka, "Lo ada masalah sama Sagara?" Tanya Samudra menatap Riki yang duduk di depan nya, asik menyantap semangkok bakso "Gak ada," Jawab nya singkat.

"Terus? Kenapa dari tadi kalian diem-dieman?" Riki terkekeh mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh sahabat nya, "Bukan nya udah biasa? Sagara selalu diem tanpa alasan, Sam," Jawab Riki dengan sedikit emosi yang terselip di kalimat nya.

"Tapi-" Belum sempat Samudra kembali bersuara, Riki sudah bangkit dari duduk nya dan meninggalkan Samudra dengan mangkuk bakso yang kini hanya tersisa kuah bakso.

.

.

.

.

Di taman belakang sekolah, Sagara sedang memejamkan mata dengan punggung yang bersandar nyaman di sandaran bangku taman. Angin sepoi-sepoi, dan pepohonan rimbun yang membuat Sagara semakin nyaman dengan posisi nya.

Terlihat tenang, tetapi di dalam pikiran dan hati nya sedang berantakan, namun dengan pandai laki-laki itu sembunyikan masalah nya dengan rapi, tak ada yang tahu-menahu dengan masalah nya, bahkan diri nya sendiri.

Pikiran buruk menghantui diri nya, apa karena kejadian kemarin Riki menjauhi nya? Apakah Riki membenci nya karena Arga yang mencintai tante nya Riki? Walaupun Riki berkata jika mereka tak begitu dekat, tetapi tetap saja, mana ada ponakan yang mau tante nya nikah dengan Duda yang sudah berkepala 4 dan mempunyai anak 3? Apalagi Arga adalah tipe pria yang redflag.

Sagara menghela nafas, ia benar-benar tak tahu harus apa kali ini. Lelah, bukan lelah fisik, tapi lelah batin.

Harus sampai kapan ia memendam ini semua? Menyembunyikan luka nya dari orang lain? Sebenarnya, Sagara sangat ingin bercerita kepada Kakak nya, Adik nya, dan juga teman nya, tapi ia tak siap jika nanti ia akan merasakan luka yang lebih dari ini.

"Bunda, Sagara butuh Bunda banget sekarang."

ᵔᵔᵔᵔ

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB, bel pulang juga sudah berbunyi. SMA Dermawan 1 sudah mulai sepi, hanya beberapa siswa dan siswi yang belum pulang, karena belum di jemput atau pun sedang melaksanakan ekstrakurikuler.

Sagara Dan Luka nya [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang