︻34.Voting︻

99 3 3
                                    


Happy reading

"Aku juga gatau kalo ternyata Sagara punya luka yang lebih parah dari aku, Na." Jefran kini sedang berada di cafe lucky bersama Yonna kekasih nya yang sudah ia anggap sebagai rumah nya.

"Kasihan, ya-" Belum sempat Yonna melanjutkan kalimat nya, ia sudah di potong oleh Jefran "Sagara gak mau di kasihani, Na. Kalo dia denger omongan kamu tadi, dia bakal ngerasa bersalah karena udah lahir dengan takdir seperti ini, walaupun ini bukan salah dia." Potong Jefran.

Yonna mengangguk, "Maaf," Ucap nya pelan. Jefran tersenyum, tangan nya terulur ke depan mengelus pucuk kepala sang kekasih yang duduk di depan nya "It's okay, tapi jangan gitu lagi ya? Apa lagi di depan orang nya langsung." Yonna mengangguk.

.

.

.

.

Suara petikan gitar mengisi keheningan malam hari di balkon kamar nya sambil di temani oleh sang rembulan yang bersinar terang di langit malam.

"Tapi menurut ku tuhan itu baik, tapi menurut ku tuhan itu baik, merangkai cerita ku sehebat ini. Tetap menunggu dengan hati yang lapang, bertahan dalam macam nya alur hidup, sampai bisa tiba bertemu... Cahaya." Suara Jefran menemani suasana malam itu dengan di iringi petikan gitar Milik Jefran.

Petikan gitar itu terhenti kala ada ada yang mengetuk pintu kamar nya, pemuda berumur 20 tahun itu menaruh gitar nya di pinggiran balkon, bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju pintu kamar.

Pintu kamar terbuka, menampilkan adik bungsu nya yang sudah berdiri dengan wajah bingung di depan pintu kamar Jefran.

"Kenapa?"

"Saga kenapa?"

Jefran menghela nafas pelan, "Tanya aja sendiri." Sebelum ia kembali menutup pintu kamar nya, tangan Jevan sudah mendorong pintu itu agar tidak tertutup.

"Tunggu dulu."

Jefran kembali menarik gagang pintu kamar nya "Apa lagi?" Tanya Jefran dengan wajah tanpa ekspresi, walaupun tanpa ekspresi yang tertera di wajah nya, pemuda yang sudah berkepala dua itu masih terlihat sangat tampan.

"Jevan udah tanya ke Saga, tapi bukan nya jawab malah diem aja, kaya cewek lagi PMS," Jawab Jevan sambil sedikit menjelaskan.

"Yaudah, kasih waktu Saga buat sendiri, Jev. Nanti kamu bakal tau kalo udah di izinin sama Sagara." Pintu kembali tertutup, Jevan mendengus dan memajukan sedikit bibir nya dengan perasaan kesal.

︻︻︻︻

Ruangan yang berisikan anggota-anggota OSIS sedang di penuhi dengan diskusi. Ya, mereka sedang melaksanakan rapat OSIS.

"Jadi, kepsek kan ada rencana buat bikin bazar di sekolah ini, mau jual makanan atau barang boleh." Para anggota OSIS mendengar dengan seksama apa yang di ucapkan oleh sang ketua.

"Gua mau minta pendapat kalian semua, kira-kira kita ngundang penyanyi atau gausah? Penyanyi nya bakal datang setelah satu atau dua hari bazar berlangsung, jadi uang hasil jualan bisa di pake buat ngebayar penyanyi nya."

"Undang aja, Fer. Lumayan, buat refreshing otak," Jawab salah satu anggota OSIS.

"Iya, undang aja," Sahut salah satu anggota yang lain.

"Oke, jadi fix ya bakal ngundang penyanyi?" Semua anggota mengangguk saat ketua OSIS yang bernama Fero itu kembali bertanya.

"Nah, yang jadi pertanyaan kedua nya. Siapa yang bakal kita undang?" Fero kembali bertanya.

Sagara Dan Luka nya [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang