Bab 3. Keputusan Mengakhiri

563 21 0
                                    

Aisyah melangkah mendekati Firman, tatapan wanita itu menghunus tajam pada kedua netra suaminya yang membola. Senyum sinis terbit di bibirnya membuat Firman lagi-lagi tertegun karena untuk pertama kalinya melihat senyum seperti itu di wajah sang istri yang biasanya selalu menatap teduh dengan senyum tulusnya.

"Apakah pelayanannya begitu memuaskan, Mas?" tanya Aisyah pelan, sebelah tangannya terangkat meraba leher Firman yang terdapat jejak kemerahan membuat lelaki itu berjengkit kaget.

"Melihat banyaknya tanda yang Dia tinggalkan, sepertinya iya," ucap Aisyah dengan kekehan mirisnya. Jangan ditanya bagaimana perasaannya saat ini, melihat jejak-jejak kemerahan di leher suaminya membuat tubuhnya terasa seperti dihempaskan ke dasar jurang. Meski sudah menduga sejauh apa hubungan perselingkuhan suaminya, tetap saja ia terkejut kala melihat jejak itu. Sengaja kah kekasih suaminya itu meninggalkan tanda untuk semakin melukainya, atau justru sebagai sebuah pesan tersirat agar ia memilih mundur.

"Sa-sayang, ini...." Firman gelagapan, dia tak tahu harus menjelaskan bagaimana kepada istrinya. Dia sendiripun tak menyadari kalau ternyata Ajeng meninggalkan jejak di tubuhnya.

"Katakan, Mas? apa kamu mau akhiri saja pernikahan ini?" tanya Aisyah dengan suara serak menahan tangis. Sesungguhnya diapun sulit untuk mengucapkan kalimat itu, dia takut akan kehilangan lelaki yang selama ini menjadi tempatnya bersandar. Namun untuk membiarkan Firman terus dalam kegilaannya juga rasanya ia tak akan mampu.

Aisyah menyadari kalau dia manusia biasa, dia tak akan mampu menahan rasa cemburunya. Lalu apa yang harus dirinya lakukan, haruskah ia mewujudkan saja apa yang baru diucapkannya?

"Enggak, Sayang. Jangan, aku mohon!" pinta Firman, lelaki itu menjatuhkan tubuhnya dan berlutut di hadapan sang istri.

"Jangan katakan itu, aku enggak mau pisah sama kamu. Aku minta maaf karena sudah menghianati kamu, aku janji akan mengakhiri hubungan aku dengan Ajeng. Tapi tolong, jangan pernah berpikir untuk bercerai dengan aku," ucap Firman dengan tatapan mengiba. Lelaki itu berharap istrinya memberikan kesempatan untuknya berubah dan setia dalam pernikahan. Dia sadar kalau yang dirinya lakukan itu salah dan sangat menyakiti hati sang istri.

"Enggak ada jaminan kamu akan berubah,  bukankah lelaki yang sudah pernah selingkuh akan terus mengulanginya?" tanya Aisyah yang membuat Firman terdiam dengan bibir terkatup rapat, hanya tetes air mata yang terus mengalir seolah mengutarakan penyesalannya.

"Akan selalu ada obat untuk setiap penyakit, tapi selingkuh bukan penyakit. Tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya atau bahkan mencegah pelaku untuk berhenti melakukannya," ucap Aisyah lagi. Kini wajahnya kembali basah, dia sendiri tak tahu mengapa air matanya seolah tak pernah habis padahal dia sudah begitu banyak menumpahkannya.

"Renungilah, Mas. Mau dibawa kemana pernikahan kita ini. Tapi satu hal yang perlu kamu ingat, jangan berharap aku yang dulu karena setelah penghianatan ini aku tidak bisa menjadi Aisyah yang seperti sebelumnya," ucap Aisyah sebelum berlalu meninggalkan Firman yang menatapnya nanar.

Aisyah memasuki kamarnya, perempuan itu menarik nafas dalam-dalam agar sesak di dadanya menghilang. Dengan langkah gontai, Aisyah melangkah ke arah tempat tidur dan mendudukkan tubuhnya di ujung kasur.

"Kenapa kamu harus menjadi bagian dari orang-orang yang menyakiti aku, Mas?" tanya Aisyah entah pada siapa karena hanya ada dirinya yang berada di dalam kamar itu.

"Kalau kita berpisah, kemana aku harus pergi? dan kepada siapa aku harus mengadu?" Aisyah menunduk, tubuhnya bergetar karena tangis.

***

Firman membuka pintu kamarnya, dia tahu saat ini sang istri tengah berada di dapur karena itu dia memberanikan diri untuk masuk ke kamar mereka. Tatapan lelaki itu terarah pada sebuah kemeja dan celana kerja yang tergeletak di atas kasur, senyum haru terbit di bibirnya. Tak ia sangka sang istri masih bersedia melayaninya meski dia sudah membuatnya kecewa.

Selaksa Luka AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang