Note: baca cerita selengkapnya hanya di Fizzo. Gratis. Bisa cari dengan nama akun Suleni, atau ketik dengan judul yang sama. Selaksa Luka Aisyah.Cuplikan.
"Bie..."
Panggilan lirih itu membuat dada Firman berdenyut nyeri, namun lelaki itu tetap memaksakan senyum untuk wanita yang dicintainya.
Firman menghela langkahnya menghampiri Ajeng dan duduk di kursi yang ada di samping brankar, kedua tangannya meraih jemari Ajeng yang tak terinfus dan menggenggamnya erat.
Firman menunduk, menumpuhkan wajahnya di punggung tangan Ajeng. Bahunya bergetar, isaknya terdengar lirih membuat Ajeng yang sudah mulai tenang kembali menangis. Kedua manusia itu sama-sama menumpahkan air matanya di ruangan seluas tiga kali empat meter itu.
Firman mendongakkan wajahnya saat merasakan elusan lembut di rambutnya, tatapannya lalu bertubrukan dengan tatapan Ajeng yang sendu. Firman beringsut naik ke atas brankar dan memeluk erat wanita yang dicintainya.
"Maaf, maafkan aku karena membiarkanmu terus sendiri di apartemen. Maafkan aku Bie..." Firman bergumam lirih disela isakannya yang beradu dengan isakan Ajeng. Permepuan itu memukul lemah punggung Firman dengan tangis yang semakin keras.
"Kamu jahat. Setiap hari aku menunggu kamu. Kami butuh kamu tapi kamu enggak pernah ada, kamu selalu fokus pada Aisyah. Kami tersiksa karena merindukan kamu, tapi...." Ajeng menghentikan ucapannya, tubuhnya mulai melemah. Sementara Firman justru semakin mengeratkan pelukannya pada wanitanya yang tengah rapuh.
"Tapi sekarang anak kita sudah enggak ada. Dia marah sama kamu jadi dia milih pergi, kamu jahat Bie..."
Firman mengangguk, membiarkan Ajeng menumpahkan seluruh kesakitan dan kekecewaan atas perbuatannya.
"Aku gagal jadi seorang ibu, hiks..."
Firman menggeleng, dilepaskannya rengkuhan terhadap tubuh Ajeng. Kini kedua tangannya menangkup wajah Ajeng yang basah dan menghapus lembut air matanya dengan kedua ibu jarinya.
"Kamu bukan ibu yang jahat, Bie. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk anak kita, kamu ibu yang hebat. Yang saat ini terjadi pada kita dan anak kita adalah musibah, kamu jangan menyalahkan diri kamu sendiri. Dia pasti bakal sedih di atas sana kalau tahu ibunya terus menyalahkan diri karenanya," ucap Firman dengan suara yang terdengar parau.
Ajeng menatap Firman lekat, mencari kebenaran atas apa yang dikatakan lelakinya. Saat kepala Firman mengangguk pelan, Ajeng tersenyum tipis.
"Maaf, aku cuma belum bisa menerima kepergiannya," lirih Ajeng dengan kepala yang tertunduk.
Firman menghela nafas dan kembali mendongakkan wajah Ajeng Agara bertatapan dengannya, sebuah senyum tulus lelaki itu berikan untuk wanita yang dicintainya.
"Aku mengerti, semua ini pasti enggak mudah buat kamu. Enggak cuman untuk kamu, tapi aku juga. Biar bagaimanapun kita buat anak kan berdua, enggak cuman kamu sendiri."
Ajeng tertawa kecil dan mencubit perut Firman membuat lelaki itu terkekeh.
"Kamu ini, masih sempatnya ngomong kaya gitu," tukas Ajeng dengan bibir mencabik lucu membuat Firman merasa gemas dan tak tahan untuk tidak menciumnya.
"Jangan terpuruk lagi yah, kamu bisa membagi kesedihan kamu sama aku. Aku sangat mencintai kamu, Bie..." Firman berbisik lirih setelah melepaskan tautan bibirnya dengan Ajeng. Sementara permepuan itu mengangguk pelan, binar mata ya kembali walau sendu masih terlihat jelas di sana.
"Kalau begitu kapan kamu akan menikahi aku? kamu enggak berniat terus jadiin aku simpanan kan? aku capek, Bie. Aku mau diakui, jadi aku harap kamu segera menemui orang tuaku dan menikahi aku."
Firman terdiam, lelaki itu menelan salivanya kasar. Ucapan Ajeng membuat lidahnya terasa kelu, dia tak tahu harus menjawab apa saat ini. Meski dia sangat ingin melakukannya, namun dia tak mungkin semakin menyakiti Aisyah dengan menikahi Ajeng.
"Bie, aku sudah mengorbankan segalanya buat kamu. Anakku bahkan sekarang sudah enggak ada. Jadi aku mohon, tolong nikahi aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksa Luka Aisyah
RomanceAisyah tak pernah menyangka, diusia pernikahannya yang baru menginjak satu tahun harus mendapatkan suaminya selingkuh. Bukan dengan orang baru, tetapi dengan sang mantan tunangan yang telah mencampakkan suaminya. Aisyah tak mengerti, mengapa bisa se...