Bab 17. Keputusan

496 16 0
                                    

Firman duduk termenung di sebua kursi panjang, malam yang semakin larut dan hawa dingin yang kian menusuk membuat suasana taman begitu sepi. Lelaki itu mendongakkan wajahnya menatap langit yang pekat, tak ada bulan ataupun bintang yang menemani.

Pikiran lelaki itu berkecamuk, antara kondisi Aisyah dan anak mereka, juga permintaan Ajeng untuk segera dinikahi. Kepalanya terasa sakit dan seakan mau meledak, sedangkan untuk mengambil tindakanpun rasanya ia sangat kesulitan.

Baik Aisyah maupun Ajeng, kedudukan dia wanita itu sama-sama penting untuknya. Dia memang mencintai Ajeng, tapi Aisyah adalah separuh nafasnya. Hidupnya tak akan baik-baik saja bila Aisyah meninggalkannya, terlebih saat ini ada anak mereka yang membutuhkannya.

Firman mengerjap, sebuah senyum kecil terbit di bibirnya saat mengingat soal anak mereka. "Aisyah enggak mungkin ninggalin aku karena Dia pasti enggak akan tega membuat anak kita hidup berjauhan dari ayahnya," gumam Firman nyaris menyerupai bisikan.

"Aku tahu betul selembut apa hatinya, jadi Dia pasti akan tetap memilih bertahan demi putra kami, terlebih kondisi anak kita juga begitu lemah, Dia pasti enggak akan sanggup mengurusnya seorang diri," gumamnya lagi. Wajahnya kali ini tampak berbinar-binar seolah dia tengah menemukan solusi atas permasalahan yang membuat kepalanya nyaris pecah.

Sebuah tarikan nafas panjang berhembus dari hidungnya, kepalanya mendongak dengan kedua netra memejam.

"Aku harap ini keputusan yang tepat. Aku tidak bisa kehilangan Aisyah tapi aku juga tak ingin melepaskan Ajeng. Tuhan, izinkan aku memilki keduanya di waktu yang bersamaan? Aku janji akan menjaga mereka dengan baik dan bersikap seadil mungkin pada keduanya," lirih Firman dengan batin yang terus melafalkan sebuah harapan.

NOTE: BACA VERSI LENGKAPNYA DI FIZZO. GRATISSSS!!!!

Selaksa Luka AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang