Mereka berjalan bersama di bawah rindangnya pepohonan, dikelilingi oleh pesona alam yang menakjubkan. Suara burung malam melodi di udara, menciptakan latar belakang yang indah bagi percakapan mereka.
Saat mereka melangkah, sang ibu bercerita tentang dunia lain, sebuah kerajaan damai di mana semua rasa sakit dan penderitaan ditinggalkan, dan hanya kebahagiaan yang bersemi. Jay mendengarkan dengan penuh perhatian, terpesona oleh kata-kata ibunya dan dunia yang dia gambarkan. Meskipun dia tidak sepenuhnya memahami segalanya, dia merasa nyaman dan diliputi oleh cahaya kasih sayang yang dipancarkan oleh ibunya.
Dengan nada lembut dan penuh kasih, sang ibu menyampaikan pesan penting pada anaknya, Jay.
"Jay, anakku," panggilnya dengan suara yang penuh kelembutan,
"Aku ingin kau selalu menjadi manusia yang baik. Jangan pernah berubah menjadi pria yang jahat dan mengerikan."
Jay mendengarkan dengan seksama, hatinya tersentuh oleh kata-kata ibunya. Dia merasakan beban tanggung jawab yang besar untuk mempertahankan integritas dan kebaikan dalam dirinya, meskipun godaan untuk berubah bisa saja datang.
"Dunia ini penuh dengan cobaan dan godaan, Jay," lanjutnya, matanya penuh dengan kebijaksanaan dan pengalaman, "tetapi aku percaya pada kebaikan yang ada dalam dirimu. Jadilah sosok yang membawa cahaya dalam kegelapan, dan jangan biarkan dirimu terjerumus ke dalam bayang-bayang kejahatan."lanjut sang ibu.
Jay mengangguk, meresapi setiap kata ibunya dengan penuh pengertian. Dia merasa didorong oleh kasih sayang dan dukungan yang diberikan oleh sang ibu, dan bersumpah untuk tetap setia pada nilai-nilai yang diajarkan kepadanya.
"Demi cintaku padamu, Jay," ucap sang ibu dengan penuh keyakinan,
"Tetaplah menjadi anak yang baik dan berbuatlah kebaikan di dunia ini. Itulah warisan terbesarku padamu."
Jay tersenyum, merasa terhibur dan dihargai oleh ucapan ibunya. Dalam hatinya, dia bertekad untuk mengikuti nasihat ibunya dan menjalani hidupnya dengan integritas dan kebaikan hati.
"Selain itu, Jay, ibu ingin kau ingat untuk tidak membenci saudaramu dan keluargamu," ucapnya dengan tegas.
Jay memperhatikan kata-kata itu dengan serius. Ini adalah pengingat penting tentang pentingnya cinta dan kesatuan dalam keluarga, bahkan di tengah kesulitan dan perbedaan.
"Keluargamu adalah bagian dari identitasmu, Jay," lanjut sang ibu. "Meskipun mungkin terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat, cintai mereka dengan setulus hatimu. Kebencian hanya akan merusak dan memisahkan, sementara cinta akan menguatkan dan menyatukan."
Jay mengangguk, meresapi kata-kata ibunya. Meskipun tidak selalu mudah untuk melampaui ketidaksetujuan atau kesalahpahaman, dia memahami pentingnya memelihara hubungan keluarga yang sehat dan penuh kasih.
"Demi masa depanmu dan keluargamu, Jay," tambahnya dengan tulus, "biarkan cinta dan pengampunan mengarahkan langkahmu. Itu adalah kekuatan sejati yang akan membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam hidupmu."
Dengan hati yang penuh tekad, Jay berjanji untuk mengikuti pesan ibunya. Dia berjanji untuk menjaga hubungan dengan keluarganya dengan penuh cinta dan pengertian, tanpa membiarkan kesalahpahaman atau ketidaksepakatan merusak ikatan yang telah mereka bangun bersama.
Jay merasa berat hati mendengar pesan ibunya tersebut
"Demi kebaikan kita semua, Jay," kata sang ibu dengan lembut, "berdamailah dengan saudaramu. Kita harus melampaui masa lalu dan membangun kembali ikatan yang terputus di antara kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
21st Century Women
General FictionKetika wanita abad 21 merasakan kehidupan kerajaan, bertemu dengan hitam dan putih kehidupan. sihir dan perang terjadi di depan matanya. "Genggamlah tanganku akan ku sembuhkan dirimu" "Kau tidak akan macam-macam kan?" "Jika kau ingin-" Maybe someday...