"Miran!" Miran tersentak saat namanya di panggil.
"Kalau begitu aku pergi sendiri ya" Ucap rachel yang sedang berjalan berdua dengan miran.
"Eh jangan, bagaimana bisa kau pergi sendiri, aku akan mengantarmu"
"Tidak perlu,aku bisa sendiri " potong rachel, ketika menyadari bahwa mahen lah yang memanggil gadis itu.
Miran segera mencegah kepergian rachel dan menggeleng keras "Tidak boleh aku akan mengantarmu"
Rachel memegang tangan Miran "Aku akan sangat sedih dan merasa bersalah, jika kau menolak dia"
"A-apa maksudmu?"
"Miran-, eh apa aku menganggu?" Kata mahen ketika menyadari penampilan kedua gadis itu, sepertinya mereka berdua akan berpergian.
"Itu sebenernya aku mau mengantar rachel ke panti asuhan" balas Miran.
"Oh, kalau begitu silahkan-"
"Tidak jadi besok saja, aku akan pulang, kau ingin berbicara dengan miran kan? Aku yakin sesuatu yang penting kan? Kalau begitu aku pergi ya"
Rachel merasa tidak enak dengan mahen, ia takut jadi penghalang antara mereka, maka dari itu rachel sengaja mencari alasan Agar miran dan mahen bisa berbicara, lagi pula ia sudah tahu hubungan keduanya.
"Tapi cella-"
"Tidak apa-apa mahen, semangat ya" potong Rachel dengan senyuman.
"Hei kau bilang ada yang ketinggalan?" Lagi-lagi Miran menghindar.
Rachel memutar bola matanya malas "Mahen, ajak Miran pergi dia tidak akan pergi jika aku yang menyuruh"
"Tidak masalah cella,aku saja yang pergi, aku bisa berbicara nanti jika kalian sudah pul-""
"Mahen sudahlah aku tidak apa-apa, cepat bawa Miran" Lagi-lagi Rachel memotong ucapan Mahen.
Mahen merasa tidak enak, namun apa boleh buat ada sesuatu yang harus ia katakan pada Miran sekarang, maka dari itu mahen hanya meminta maaf dan berpamitan membawa miran meninggalkan Rachel seorang diri disana.
[]
Setelah beberapa menit berjalan kaki, tibalah mahen mengajak miran disebuah taman, mahen mengajak Miran duduk disebuah kursi taman besi yang sudah tersedia, semenjak beberapa menit tidak ada percakapan, baik mahen maupun Miran sepertinya enggan untuk mengeluarkan kata-kata, jika saja mahen tidak insiatif untuk memulai obrolan mungkin hanya keheningan yang mereka dapatkan disana.
"Bagaimana tugasmu?" Tanya mahen, ia hanya tidak biasa jika keadaan canggung seperti ini.
"Lancar, kau sendiri?" Tanya Miran balik.
"Begitulah, kau tahu sepertinya kepalaku akan pecah memikirkan tugas setiap hari" Ucap mahen yang tiba-tiba mulai bersemangat.
Miran terkekeh "Kau benar, aku tak jauh berbeda"