Seluruh penghuni villa memandangi rachel yang berbaring di sofa bernafas lega, setelah sekian lama akhirnya wanita itu sadar juga, kedua mata rachel terbuka sepenuhnya dan apa yang dilihatnya langit-langit berwarna putih, ia menoleh kan matanya kesamping hal yang pertama ia tangkap adalah sosok edgar, pria itu tersenyum."Kau membuatku takut" lirih edgar tangannya masih menggenggam rachel.
"Apa yang kau rasakan? Apa kau pusing?" Tanya haris, rachel mengangguk samar.
"Ini minumlah" theo menyodorkan satu gelas air putih, edgar membantu mengangkat kepala rachel dan membantunya minum.
"Berbaringlah, kau terlihat shock tadi"
Rachel menggeleng, lalu memaksa mendudukkan diri disana dengan dibantu oleh edgar pandangan nya langsung menangkap sosok Jeffrey yang duduk tidak jauh darinya, pria itu memandanginya dengan sendu, rachel segera mengalihkan tatapannya saat suara pintu dibanting dengan keras, jisya orang pertama masuk kedalam sana dengan disusul yang lain.
Mau tidak mau edgar pindah, dan para pemuda menggeser tempat mereka menjadi duduk di lesehan karpet sedangkan para gadis mengerubungi rachel.
"Syukurlah kau sadar"
"Kau baik-baik saja, apa yang sakit? Kau demam?" Tangan jisya menempel di kening rachel.
"Aku baik-baik saja"
"Kalau kau baik-baik saja kenapa kau pingsan?" Serbu maya.
Rachel terdiam tidak menjawab.
Jisya dan maya terdiam memandangi rachel penuh tuntutan, rachel menggeleng, memegangi kepalanya yang berdenyut.
"Aku hanya..."
Wanita itu menggantung kalimatnya, ia mengingat kejadian tadi, ia sangat ragu,tapi itu terasa nyata, rachel yakin itu bukan haluan, ia sangat jelas melihat ibunya berdiri dengan senyuman di dapur tapi.. logikanya menolak untuk percaya, bagaimana bisa ibu nya berada disini, sedangkan ia tidak pernah bertukar kabar sama sekali selama lima tahun terakhir ini..
Apa terjadi sesuatu pada ibunya?
"Kau merindukan ibumu?" Tanya Maya.
Sekali lagi Rachel terdiam dan hanya melamun.
"Jika kau memang sudah tidak kuat, mari kita akhiri ini cel, ayo kita pulang, aku tidak mau memaksamu lagi" Ucap jisya. Yang di angguki Miran.
Miran meraih lengan rachel. "Ayo pulang"
Lisa berdiri mengulurkan tangan pada Rachel sambil tersenyum "Ayo kita awali semuanya dari awal, kita yakin kita bisa"
Ucapan para gadis itu mengundang perhatian banyak orang, seolah-olah hanya mereka berlima yang paham.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya edgar merasa janggal, entah kenapa hatinya dirundung rasa takut..
Jisya tidak menjawab, gadis itu berdiri insiatif untuk membawa rachel ke kamar, dan mengucapkan terimakasih dan maaf pada mereka.