Jangan lupa lagunya di dengerin 🤏
Setelah perdebatan satu jam berlalu, mereka benar-benar dibuat terkejut dengan pengakuan rachel, terlebih untuk edgar dan jeffrey, mereka merasa ada ribuan batu yang menghujam keduanya, edgar terdiam dengan pikiran yang berkecamuk hebat sedangkan jeffrey sudah memisahkan diri dan menjauh dari villa, miran sudah dibawa miran keluar, para gadis sedang mencoba menghibur Lisa juga dua gadis lainnya, dan sisa nya mereka memutuskan keluar vila untuk mencari udah segar akibat kejadian tak terduga dari sana.Kita beralih pada pemuda yang mengasingkan diri dari keramaian, jeffrey duduk termenung dirumah pohon belakang rumahnya, rumah pohon yang dibuat untuk ayahnya untuk sumire,rumah pohon itu sangat minimalis dan juga kecil hanya terdapat kasur dan rak kecil didalam nya, cukup untuk dirinya sendiri disana
Suasana yang sunyi sungguh menguntungkan bagi jeffrey, dia bisa lebih tenang untuk menangkan diri, pikirannya masih berputar ke arah yang sama, Rachel dan juga anak yang disebut wanita itu, dan bagaimana rachel sudah menjauhinya sekarang.
Kau paham sekarang dengan kata-kataku jeffrey? Selamat, kau mendapatkan peluang untuk bersama Lisa, aku tidak akan menjadi penghalang untuk kalian berdua.
Ya, aku memiliki anak, aku wanita yang kotor, anakku lahir tanpa ayah, pria yang itu pergi meninggalkanku dengan wanita lain, aku sangat menyedihkan bukan?
Jika tidak ingin melihatku mati, jangan mencari ku dan juga anakku
Dan anggap saja aku tidak pernah mengisi kenangan kalian.
Biarkan aku hidup sendirian, aku sudah lelah, aku ingin hidup bahagia bersama anaku
Kalaupun memang kau bisa menerima cintaku, belum tentu juga kau bisa menerima keadaanku.
Jeffrey memejamkan matanya menahan perih, lalu menarik nafas cukup dalam menghembuskan nya pelan-pelan dan membayangkan bagaimana rupa wanita itu yang selalu membuat hatinya menghangat, nyatanya ia benar-benar bodoh, ternyata benar ia mencintai rachel bukan Delisa.
Melihat sorot mata yang memancarkan kesedihan dan luka dari kedua mata rachel tadi, membuat hatinya merasakan hal yang sama, kalimat rachel seperti ombak yang menghantam batu karang yang kuat, ulu hatinya berdenyut sakit bahkan terasa sangat nyeri.
Ya tuhan, kenapa ia baru sadar kalau cintanya sudah terpaut bersama Rachel
"Jeff! Kau di atas?!"
Mendengar teriakan dibawah pohon Jeffrey segera mendekat ke arah pintu, bara mendongakkan kepalanya keatas menyuruh pria itu untuk turun.
Nafas bara tersengal-sengal, pemuda itu menarik nafas sebelum berbicara "Rachel pergi"
[]
"Kau yakin dengan keputusanmu?"