===== WARNING!!! =====
⛔ DILARANG KERAS MENJIPLAK CERITA INI UNTUK DIPUBLIKASIKAN ULANG DI TIKTOK, INSTAGRAM, YOUTUBE, ATAU PLATFORM LAINNYA! ⛔
==================================
Yugi membanting tubuhnya ke atas sofa ruang keluarganya. Ia baru saja tiba di rumah setelah rasanya kepalanya hampir pecah memikirkan Aisha. Ia merebahkan tubuhnya menatap langit-langit ruangan itu, kemudian matanya memejam dengan sebelah tangannya melintang menutup matanya.
Yugi kembali mengingat masa-masa saat ia berkenalan dengan Aisha dulu. Pikirannya berputar pada lima tahun yang lalu di mana semuanya bermula.
Hari itu, Yugi datang ke sebuah pameran lukisan. Ia ingat sedang berdiri di depan sebuah lukisan abstrak. Memandangi lukisan itu dalam waktu yang lama sampai tidak sadar jika seorang wanita sudah berdiri di sampingnya dan melakukan hal yang sama.
"Aroma kebebasan tercium dari lukisan ini. Melihatnya seperti ada kelegaan. Don't you?" ucap Aisha saat itu.
Tentu saja, ucapannya menarik perhatian Yugi karena tidak banyak orang yang bisa memahami tentang lukisan abstrak. Namun, wanita di sebelahnya terasa berbeda.
Wanita berparas cantik dengan rambut panjang bergelombang, senyum menawan dengan barisan gigi yang tampak rapi, tubuh yang tinggi semampai serta berkulit putih. Sungguh rasanya Yugi seperti sedang melihat bidadari.
"Kenapa kamu bisa berpikir begitu?" tanya Yugi akhirnya.
Aisha angkat bahu. "Entahlah. Aku hanya merasa jika lukisan ini seperti menunjukkan sebuah kebebasan setelah sekian lama terkurung dalam penjara."
Yugi tersenyum. "Baru kali ini ada yang bisa menerjemahkan lukisan abstrakku."
Aisha terkejut dan melirikku dengan tatapan takjub. "Jadi, kamu pelukisnya? Beneran?" tanyanya tidak percaya.
Yugi hanya tersenyum simpul menanggapinya.
"Wah, bukankah suatu kebanggaan bisa bertemu langsung dengan pelukisnya?" binar mata Aisha saat itu sangatlah lucu di mata Yugi. Bulat dan berkilau.
Yugi terkekeh pelan. "Kamu salah paham. Aku cuma pelukis amatir yang kebetulan lukisannya dipajang di sini."
Aisha melipat tangannya di dada. "Amatir kamu bilang? Pelukis amatir nggak akan melukis sesuatu yang memiliki makna mendalam, Mas." ujarnya dengan begitu lugas.
Mendengar penyataan itu, Yugi pun tersenyum.
"Apa lukisanmu ini dijual?" tanya Aisha sambil memandangi lukisan itu lagi.
Yugi menatapnya. "Ya, aku menjualnya. Kenapa? Kamu mau membelinya?"
Matanya kembali berbinar bahagia. "Benar. Aku mau membelinya kalau boleh. Kebetulan aku lagi cari lukisan untuk mengisi ruang kantorku. Kayaknya lukisanmu ini cocok."
Yugi mengangguk. "Tentu aja boleh. Di mana kantormu? Nanti biar aku yang antar langsung ke sana."
Aisha mendelik. "Eh? Kenapa kamu?"
"Aku hanya berusaha menghargai seseorang yang udah mau membeli karya perdanaku yang abstrak ini."
Aisha tertawa dengan lepas. Tawanya seperti virus kebahagiaan bagi Yugi. Sungguh begitu manis dan juga menenangkan.
"Apa ini modus baru untuk berkenalan?" tanya Aisha yang masih terkekeh.
Yugi pun ikut tertawa kecil dibuatnya. "Bisa iya, bisa juga nggak. Tergantung bagaimana kamu menilainya."
Aisha mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oke, anggap aja iya. Jadi, kamu beneran akan nganterin lukisan ini sendiri? Tanpa kurir?"
Yugi mengangguk. "Ya, ada yang salah?"
"Nggak ada, sih. Cuma tanya." Aisha menatapnya sambil tersenyum.
"So? Alamatnya?" tanya Yugi yang otomatis menyadarkan Aisha.
Wanita itu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Ini kartu namaku. Kamu boleh datang ke kantor kapanpun. Aku akan menunggu lukisan ini." ujarnya seraya menyerahkan kartu namanya.
"Senja Archi?" tanya Yugi setelah membaca kartu nama.
Aisha mengangguk. "Kenapa? Ada yang aneh?"
Yugi tertawa. "Nggak, bukannya gitu. Seingatku temanku pernah merekomendasikan Senja Archi ini waktu aku akan membangun rumah, tapi aku menolaknya karena dia bilang arsiteknya seorang wanita."
Aisha menatap Yugi. "Wah, apa kamu baru aja mendiskriminasi seorang wanita?"
Yugi terkekeh. "Maaf, maaf. Nggak bermaksud begitu, tapi di bayanganku arsitek itu seorang pria. Aku nggak membayangkan seorang wanita bisa menjadi seorang arsitek, dan aku hanya takut rumah pertamaku ..."
"Aku ngerti, kok. Bukan pertama kalinya aku diremehkan tentang kemampuanku." kekeh Aisha.
"Maaf. Jangan tersinggung. Oke?"
Aisha menggeleng. "Aku sama sekali nggak tersinggung, tapi aku pikir, kalau kamu jadi memakai jasaku, tentunya kita akan bertemu lebih awal. Bukan begitu?" katanya dengan senyum yang mengembang di wajahnya. "Aku Aisha, dan kamu?" ia mengulurkan tangannya.
"Yugi. Yugi Dharmendra." jawab Yugi seraya menjabat tangan Aisha.
🌼🌼🌼
Annyeong.
Untuk keperluan penerbitan, maka part ini tidak akan dipublikasikan secara lengkap, ya. Jika ingin membaca part ini tanpa membeli bukunya, kalian bisa membacanya di karyakarsa dengan berbayar per part.
Bisa search dan follow akun minsenja di karyakarsa ya.
Nggak diwajibkan kok :)
Ada beberapa part yang ditaro di karyakarsa. Sisanya akan tetap ada di sini.
Terima kasih sudah baca cerita ini. Jangan lupa komentar dan vote, ya.
Love, Cha ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Secret | MYG ✅️(SUDAH TERBIT)
FanfictionPublish di Tiktok : Oktober 2022 Terbit : Agustus 2023 Penerbit : Lilac's Creative ••••••• Kehidupan Aisha dan Yugi sebagai suami-istri sangatlah harmonis dan bahagia. Namun, tak sebahagia yang terlihat sebab Aisha merasa gagal menjadi seorang istri...