Part 26 | Keyakinan Hati

40 10 1
                                    

===== WARNING!!! =====

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===== WARNING!!! =====

⛔ DILARANG KERAS MENJIPLAK CERITA INI UNTUK DIPUBLIKASIKAN ULANG DI TIKTOK, INSTAGRAM, YOUTUBE, ATAU PLATFORM LAINNYA! ⛔

==================================

Aisha melamun di kamarnya. Tangannya mengelus pelan perutnya yang masih tampak rata itu. Perasaan rindu pada sang suami sedang merajai hatinya, dan ia tidak bisa melakukan apapun.

"Nak, kamu rindu Papa? Mama rindu, tapi Mama nggak bisa ajak kamu ketemu Papa. Mama nggak boleh ganggu kehidupan Papa lagi, Sayang. Jadi, kita hanya akan hidup berdua, ya? Nggak apa-apa, kan, Sayang?" Aisha tersenyum menatap perut ratanya seraya dielusnya perlahan.

"Maafin Mama. Mama ngebuat kamu jadi jauh sama Papa. Maaf juga kalau kamu nantinya nggak akan dapat kasih sayang dari Papa, ya, Sayang? Tapi Mama pastikan kamu akan hidup dengan baik, tumbuh dengan sehat, dan nggak akan kekurangan kasih sayang dari Mama. Kamu harus percaya sama Mama. Mama nggak akan ngebiarin seorang pun ambil kamu dari Mama." Aisha menghela napas menatap suasana di luar vila yang mulai tampak mendung.

"Mama percaya kamu anak yang kuat, Sayang, karena Mama juga kuat. Kita nggak boleh nyerah, ya? Kita berjuang sama-sama. Oke, anak Mama?" Aisha pun tersenyum tipis. "Kota ini, negara ini, udah banyak banget ngasih kenangan, dan untuk pertama kalinya aku akan pergi jauh." Air matanya mengalir membasahi pipi.

"Bu, aku rindu. Maaf karena aku harus ninggalin Ibu di sini. Mungkin nanti aku akan balik lagi, tapi butuh waktu. Aku perlu nyembuhin rasa sakitku dulu, Bu. Aku takut kalo aku terus ada di sini malah buat aku tenggelam dengan depresi seperti ibu. Restui kepergianku, ya, Bu. Aku dan cucu ibu akan hidup lebih baik, kok. Jangan khawatirkan kami." Pandangan Aisha menerawang pada langit yang mulai menurunkan rintiknya.

Lamunan Aisha terpecah saat sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya. Dengan segera, ia mengangkat telepon itu.

"Hei, kamu lagi apa?" sapa Vero di seberang telepon.

Aisha masih menatap langit. "Nggak lagi ngapa-ngapain. Lagi menikmati pemandangan terakhir aja di negara ini." kekehnya pelan. "Kenapa? Kamu tumben telepon segala?"

"Hm ... aku dapat info kalau orang suruhan suami kamu ada di sekitar vila. Kayaknya aku nggak bisa ke sana. Kamu pergi sama Pak Imran, ya? Nanti aku share loc di mana kita harus ketemu. Jangan lupa pakai penyamaran kamu." pesan Vero serius.

Aisha membuang napas lelah. "Mereka nggak akan berhenti, ya, Ver?"

"Kamu yang lebih tahu mereka, Aisha."

"Haruskah aku menemui mereka?" tanya Aisha ragu.

"Kalo kamu mau ketemu untuk yang terakhir, silakan aja. Aku nggak akan ngelarang kamu, kok. Semua keputusan, kan, ada di tangan kamu." Vero terdengar tenang di seberang.

Behind The Secret | MYG ✅️(SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang