𝐏𝐚𝐫𝐭 6. 𝐖𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐁𝐞𝐫-𝐞𝐠𝐨 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢

454 41 22
                                    

𝐀𝐩𝐚 𝐪𝐮𝐨𝐭𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐬 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚?

𝐁𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐝𝐢𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐤𝐨𝐤 𝐝𝐢 𝐬𝐢𝐧𝐢 ☞︎︎︎

𑁍𑁍𑁍


...

Anev tentu tidak buta makna atas ucapan yang Habiba lontarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anev tentu tidak buta makna atas ucapan yang Habiba lontarkan. Ia memang tergolong sangat baru menjadi seorang muslim. Akan tetapi, teman dekatnya kini merupakan seorang ustadz yang ampuh dalam membagi ilmu pengetahuan Islam. Sedikitnya Anev tahu makna dari seorang imam rumah tangga dan dirinya masih sangat jauh dari kata layak untuk menjadi imam yang baik.

"Kamu percaya padaku?" tanya Anev pada Habiba. Ia akan merasa sangat terhormat ketika istrinya mempercayakan dirinya untuk menjadi seorang imam bagi Habiba meskipun itu memang gelar untuknya. Ini juga merupakan hal baru bagi Anev dari sebelumnya yang hidup dalam masa kelam.

Habiba melekatkan tatapannya pada bola mata suaminya. Hatinya sudah yakin dan akan terus memperbesar keyakinannya asalkan Anev sungguh tidak akan kembali pada masa kelam itu.

"Asalkan kamu jangan kembali ke masa itu. Kamu harus berjanji."

Kepala Anev mengangguk sembari tersenyum, "Aku berjanji."

"Bukan berjanji padaku. Tapi ... berjanjilah pada Allah." Habiba berkata dengan suaranya yang halus seakan dirinya tengah berbicara pada balita, untuk ia titah pada sesuatu yang baik.

Pria itu kembali mengangguk, lalu menyahut, "Insya Allah."

"Aku percaya padamu asalkan kamu mau terus belajar." Habiba kembali bersuara dan membuat kepala Anev mengangguk ulang.

Bibir Habiba membentuk senyuman tipis. Senyuman itu terlihat begitu indah dan menawan di mata Anev.

Wajah sumringah milik Habiba yang baru pertama Anev saksikan membuat pria tersebut begitu terpana.

Tidak hanya Anev yang terpesona pada sosok Habiba. Wanita yang masih belum membuka kerudung di hadapan suaminya itu juga mengagumi Anev dari segi kesabaran dalam menghadapi dirinya. Selain itu, Habiba dibuat takjub pada ciptaan Allah atas paras yang suaminya miliki.

"Apa aku boleh menyentuhmu?" tanya Habiba tiba-tiba.

Pertanyaan tak terduga itu membuat Anev menahan tawa bahagia. Mengapa harus meminta izin terlebih dulu? Mengapa Habibanya ini begitu lucu? Bukankah biasanya ketus dan terkesan kasar? Ia hanya mengedipkan mata pelan sebagai tanda setuju.

Kilat bahagia di mata Anev terpancar sempurna.

Pandangan Habiba beralih dari wajah tampan suaminya. Perlahan tangannya terangkat untuk menggapai kepala. Jemari lentiknya bertahap menyentuh surai legam pria yang telah sah untuknya.

AGZANEV (Membersamai Hijrahnya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang