Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit di atas bumi masih gelap. Dahan-patera pepohonan tertiup oleh angin hingga menimbulkan bunyi gemerisik.
Adzan subuh mulai berkumandang. Terdengar tidak begitu jauh. Anev tersadar dari lelapnya yang sempat merenggutnya ke alam mimpi.
Mata Anev membuka. Telinganya dipenuhi lafadz adzan subuh yang menggema di sekitar kampung yang ia masuki beberapa saat lalu.
Anev menyadari dirinya masih berada di dalam mobil yang berhenti di halaman rumah kakeknya. Ia sengaja tidur di sana tanpa membangunkan istrinya agar bisa beristirahat sejenak. Anev juga membiarkan kakek dan neneknya tidur tanpa diusik oleh kehadiran mereka berdua yang mendadak.
Kepala Anev menoleh ke kiri. Penglihatannya menangkap seorang wanita cantik. Habiba masih terlelap.
Apakah Habiba mempunyai kebiasaan tidur terlalu pulas? Di saat berada di tengah-tengah rumah kebakaran pun tidak sadar. Sekarang pendengaran mereka dikepung oleh suara adzan satu kampung masih juga belum terbangun?
Tangan Anev menyapa kulit wajah wanita di sebelahnya. Jemarinya menari beberapa saat hingga tidur Habiba mulai terusik.
Lenguhan lirih membuncah dari bibir tipisnya. Habiba menggerakkan kelopak matanya, lalu membuka mata.
"Sudah pagi, Sayang. Kita turun sekarang. Sepertinya Kakek dan Nenek sudah bangun." Anev berkata.
Dahi Habiba mengernyit bingung. "Mas, kita sudah sampai?" Matanya melihat pekarangan rumah yang diterangi oleh lampu redup.
"Iya. Ini rumah Kakek ada di kampung."
"Apakah Kakek dan Nenek sudah bangun?" Habiba memastikan.
"Sepertinya sudah."
"Apa mereka bangun untuk pergi ke mushola?"
Anev menahan senyum sembari mengembuskan napas panjang. "Kakek sama Nenek non muslim. Mereka bangun pagi-pagi untuk persiapan mencari pakan ternak. Ayo keluar."