𝐏𝐚𝐫𝐭 8. Membujuk Rayu Istri

413 32 13
                                    

𝗕𝗮𝗻𝗲𝘃𝗲𝗿𝘀, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐲𝐚𝐤 😘

𝐎𝐡 𝐲𝐚, 𝐭𝐨𝐧𝐭𝐨𝐧 𝐭𝐫𝐚𝐢𝐥𝐞𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢 𝐈𝐠 𝐀𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 @𝐛𝐢𝐛𝐥𝐢𝐨𝐩𝐡𝐚𝐠𝐢𝐬𝐭𝐚𝐫

𝗠𝘂𝗸𝘂𝘀𝗶𝗵 🤗

𑁍𑁍𑁍

𝑫𝒊𝒂 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒍𝒊𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒏𝒕𝒖𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊𝒑𝒖𝒏 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒉𝒂𝒍𝒂𝒍𝒌𝒖. 𝑵𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒌𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 𝒌𝒂𝒕𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒍𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒊𝒃𝒊𝒓 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉𝒏𝒚𝒂.

-𝐀𝐧𝐞𝐯

...

"Astaghfirullah, Anev! Kamu-" Ucapan Habiba terhenti saat Anev menoleh ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaghfirullah, Anev! Kamu-" Ucapan Habiba terhenti saat Anev menoleh ke arahnya. Kedua matanya melotot sempurna karena tidak sengaja mendapati suaminya hendak membuka baju di depannya.

"Kenapa istighfar lagi?" Wajah Anev terlihat lelah menghadapi istrinya. Beruntung saja, ia baru menaikkan sedikit ujung bajunya sehingga Habiba belum sempat melihat tubuhnya.

Kalau sampai melihat, bisa saja wanita itu histeris.

Habiba mendengus. "Aku tidak suka kalau kamu sembarangan membuka baju di depanku," katanya sedikit ketus. Wajah Habiba melengos, menghindari keberadaan Anev. Satu telapak tangannya menutupi sisi wajah.

"Tapi kalau kamu melihatku juga tidak berdosa." Anev berjalan mendekati Habiba yang kini berada di dekat jendela kamar.

"Tapi tetap saja aku tidak suka! Jangan mendekat!" Tangannya menghentikan langkah Anev.

Suara tegas Habiba tak mampu untuk dibantah. Anev juga sama sekali tidak ingin membuat wanita yang tinggal bersamanya merasa kesal terus-menerus terhadapnya. "I-iya. Aku minta maaf. Aku akan masuk ke kamar mandi."

Usai mendengar suara derap langkah kaki menjauh, Habiba perlahan mengalihkan pandangan ke arah punggung pria yang baru saja menghilang di ujung pintu kamar mandi.

Baru beberapa detik Habiba terdiam, ia harus dikejutkan oleh suara telepon rumah yang terdengar nyaring. Matanya tertuju ke arah sudut kamar, tepatnya benda yang berbunyi itu berada di dekat rak buku.

"Habiba, tolong angkatkan telepon itu!" seru Anev dari dalam ruangan yang lebih kecil dari kamar mereka.

"Iya!" usai menyahut seadanya, Habiba menggerakkan kakinya menghampiri telepon, lalu menjawab panggilan tersebut. "Assalamualaikum?"

AGZANEV (Membersamai Hijrahnya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang