Bab 18. Dikepung Lautan Api

306 28 10
                                    

Assalamualaikum, Gaess

Spam komen dulu yuk.. Kalian kangen Anev sama Biba kan? Sapa mereka dulu dong 😘

Kalo kangen, kita lanjut ikuti kisah mereka yuk. Makin seru!

...

Semburat cahaya panas memercik hingga melahap beberapa benda di dalam kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semburat cahaya panas memercik hingga melahap beberapa benda di dalam kamar. Anev gelagapan membangunkan Habiba yang masih terlelap dengan begitu tenang seperti tidak terjadi apapun.

“Sayang, Sayang. Bangun, Sayang.” Anev berusaha menyadarkan istrinya seraya melihat ke arah api yang ada di dalam kamar mereka. Kepulan asap mulai memenuhi ruangan itu.

Anev menepuk pelan pipi Habiba, tetapi masih saja belum ada reaksi apapun. “Sayang, bangun, Sayang.”

Tanpa menunggu lama lagi, Anev langsung meraup tubuh Habiba dan dibopong menuju ke balkon kamar yang belum terjamah oleh api.

Tiba di balkon, Habiba dibaringkan terlebih dulu di atas lantai. Bersamaan dengan itu, wanita tersebut perlahan tersadar, sedangkan Anev segera berdiri memeriksa ke bawah.

“Mas, aku di mana?” tanya Habiba dengan bingung. Ia terbatuk beberapa kali sembari mengucek mata.

Anev sedikit terkejut ketika melihat istrinya sudah terbangun. Ia kembali berjongkok. 

Mata Habiba mendelik setelah menyadari ada api yang menyala-nyala di dalam kamar mereka. “Astaghfirullah, Mas! Ini ada apa? Ke-kenapa tiba-tiba kebakaran?” tanyanya, lalu kembali terbatuk.

“Sayang, jangan panik dulu. Kita tidak bisa melewati pintu kamar. Depan pintu sudah dikepung oleh api. Jalan satu-satunya adalah melalui balkon.”

“Ini api dari mana, Mas?”

“Aku juga tidak tahu, Sayang. Sekarang kamu tenang dulu di sini. Kita tidak mungkin langsung loncat. Aku mau mengambil kain sebentar di lemari.”

Pada saat Anev hendak masuk ke kamar, Habiba menahan tangan Anev. “Tunggu, Mas. Apinya sangat besar dan sepertinya kita tidak punya banyak waktu. Ayo turun sekarang juga!”

“Aku bisa saja loncat, Sayang. Tapi bagaimana denganmu? Aku tidak mungkin turun duluan sebelum kamu. Biarkan aku mengambil kain untuk turun.”

Habiba melihat ke dalam kamar lagi dan itu tampak sangat menyeramkan. Benda-benda di dalam sana mulai terbakar setengah kamar.

“Tunggu di sini. Aku akan masuk sebentar.”

AGZANEV (Membersamai Hijrahnya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang