EL: RKS 16

484 51 7
                                    


Keduanya saling pandang..
"Raka, untuk hal itu kita akan periksa nanti dengan Ayahanda prabu, untuk sekarang kita harus mencari tahu siapa yang telah melemparkan belati ini"

Kian Santang mengangguk, "yah kau benar"-ucapnya seraya melihat kearah belati yg terjatuh itu..."sepertinya ada sebuah surat, kian Santang hendak mengambilnya namun surawisesa menahan.

"Biarkan aku saja Raka"-surawisesa, kain santang melirik dan kembali duduk diatas kasur surawisesa dan membiarkannya untuk mengambil belati itu.

"Surat?"-batinnya kala mengambil hal itu.

Ia kemudian melepaskan ikatan yang mengaitkan surat dengan belati, surawisesa kemudian membukanya dan membacanya di dalam hati.

Isi surat

Bagaimana kabarmu Rayi?
Aku rindu padamu, apa kau rindu juga kepadaku? Aku ingin sekali bertemu denganmu...aku ingin memilikimu sepenuhnya Rayi, tunggulah aku.

Mata surawisesa membelalak ketika membaca surat itu, "Jagat dewa Batara"batinnya.

"Rayi, apa isi surat itu?"-tanya kian Santang

"Ah itu, sebaiknya Raka kembali ke wisma Raka, aku..aku lupa akan janji ku kepada yunda Rara Santang, a-aku akan memberitahukannya nanti, sampurasun "-surawisesa, ia lekas berlari keluar dari wismanya menuju ketempat Rara Santang berada.

Kian Santang yang melihat itu hanya menggeleng pelan...
Ia bangkit dari duduknya dan pergi keluar wisma surawisesa.

Langkahnya terhenti saat ia merasakan sesuatu, nafasnya tersengal-sengal.
"Astaghfirullah hal adzim, dia disini"batinnya...dadanya kembali berdenyut sakit dan

Kian Santang lekas berlari keluar dari wisma surawisesa...ia memegang dada kirinya yang terasa sakit, hingga tidak sadar ditengah jalan ia menabrak seseorang.

"Astaghfirullah hal adzim"-kian Santang tersentak

"Astaghfirullah hal adzim"ucap orang itu saat ia bertabrakan dengan kian Santang, kian Santang hendak terjatuh tapi ditahan olehnya

Kian Santang mendongak melihat orang yang ditabraknya "Raka walangsungsang"

"Rayi, kenapa kau berlari-larian, ada apa"-ucap Walangsungsang, walangsungsang yang masih menahan tubuh kian Santang seketika sadar...tubuhnya serasa dingin.

"Raka...dia ada disini"-ucap kian Santang seraya melirik kesana-kemari

Walangsungsang paham apa yang dimaksud oleh adiknya itu..."aku mengerti Rayi, kau masih sanggup bukan?"

"Ya Raka"-kian santang

"Ayo"-Walangsungsang lekas membawa kian Santang pergi dari sana...




"Kau tidak akan aku beri ketenangan kian Santang!"-??
Orang itu kemudian pergi menyusul kian Santang dan walangsungsang.

Semakin dekat jarak mereka, semakin sakit rasanya dada kian Santang.
Walangsungsang yang melihat semakin dibuatnya khawatir, awalnya ia ingin membawa kian Santang ke wismanya kini berubah pikiran dan membawanya ke wisma sang ayahanda.

"Rayi!"-Walangsungsang tersentak kala kian Santang tiba tiba terjatuh.

"Rayi, astaghfirullah hal adzim, Rayi"-Walangsungsang menahan tubuh kian Santang...kian Santang benar benar lemas, membuka mata saja sangat susah..dari hidung kian Santang tiba tiba keluar darah..hal itu membuat walangsungsang semakin cemas

RADEN KIAN SANTANG//Putra Dari Prabu Siliwangi (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang