EL: RKS 29

289 31 5
                                    

oOo

Keadaan saat ini mereka sudah hampir sampai di perbatasan antara dua kerajaan, bisa mereka lihat sedasyat apa badai ini hingga membuat satu wilayah menjadi beku.

Kian santang wajahnya dan beberapa bagian tubuhnya mulai diselimuti oleh bunga bunga es, raden saskara dibuat khawatir dengan keadaannya, berulang kali dia bertanya tapi kian santang nampak tidak menghiraukannya.

Rengganis juga sama, tapi dia tetap berusaha tenang dan sekali kali melirik memastikan dan sekali kali membersihkan wajah kian santang dari bunga bunga salju.

"Bertahanlah, sebentar lagi kita akan sampai"-ucapnya, keadaan yang lainnya mungkin terlihat baik baik saja terkecuali kian santang, mungkin hanya salju atau es kecil yang menempel pada pakaian mereka.

Kian santang mendengarnya, tapi sungguh dia sungguh tidak berdaya hanya untuk sekedar menjawabnya. Dia mendengar pertanyaan mereka sedari awal tapi itu lah.
Jika saja raden saskara tidak memeganginya mungkin dia akan oleng kedepan.

Di barisan paling belakang nampak seseorang sedang memperhatikan dirinya dengan raut wajah cemas.
"Apa aku keterlaluan?"-batinnya, Pasti sudah dia walangsungsang.

Di sebelahnya, surawisesa dan gagak ngampar memandanginya sebelum ikut beralih kearah orang yang dilihatnya. Oh mereka mengerti sekarang, "biarkan saja dia tenang dahulu, mereka pasti akan menjaganya dibarisan sana"-gagak ngampar.

"Ucapanku sepertinya sangat keterlaluan, raka"-walangsungsang.

"Ah ya, ku akui itu memang keterlaluan dan melewati batasan, awalnya perdebatan kalian tadi hanyalah pembicaraan yang masih bisa di kendalikan, hingga salah satu dari kalian mulai meninggikan suara masing masing dan jadilah seperti ini, dan kesalahan lebih memihak kepadamu rayi"-gagak ngampar, walangsungsang hanya diam.

"Mungkin kau bisa meminta maaf padanya nanti saat situasi sudah mulai dingin dan terkendali"

"Tapi, bagaimana jika dia tidak mau memaafkanku?"-walangsungsang.

"Untuk itu, itu adalah haknya, memaafkan atau tidak. Aku tidak bisa membantu"-gagak ngampar.

"...."-walangsungsang.

"Aku juga raka, aku tidak bisa membantumu maaf. Aku bahkan tidak berani untuk menggangu raka kian santang untuk saat ini"-surawisesa.

"Tapi mungkin raka bisa meminta pendapat dari ibunda subang larang"

"Aku akan mencobanya nanti"

Beberapa saat kemudian, Terlihat didepan mereka sebuah bangunan tinggi yang menjadi pembatas antar kerajaan. Dan para prajurit penjaganya.

"Hormat kami raden, nyimas"-prajurit.

Raden panglima mengangguk, dan lekas membawa yang lainnya untuk masuk kedalam.

kemudian barulah mereka tiba depan gerbang istana kerajaan kumpar putih, prajurit yang melihat kedatangan mereka lekas menyambut dan melaporkan itu kepada sang raja.

"Mari masuk"-raden panglima, baru saja mereka hendak masuk seketika.

BRUK

"Raden! Putraku, rayi/raka!"-ucap mereka ketika melihat kian santang ambruk begitu saja, beruntungnya saskara dan rengganis menahan.

Walangsungsang yang melihatnya lekas berjalan cepat untuk menghampiri mereka. Begitu juga rara santang yang ingin memeriksa kondisinya.

"Rayi"-ucapnya.

"Cepat bawa dia masuk, putraku antarkanlah dia keruang pengobatan"-titah seseorang yang baru saja tiba disana dengan diiringi sosok perempuan dan laki laki dibelakangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RADEN KIAN SANTANG//Putra Dari Prabu Siliwangi (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang