EL: RKS 26

343 37 13
                                    

"maafkan kami raden..nyimas, tapi kalian tidak bisa masuk kedalam..ini adalah perintah dari gusti prabu"-prajurit.

"Ini juga perintah paman! Cepat menyingkirlah dan jangan halangi kami" nyimas Ellyna

Mengganggu, mereka ingin cepat cepat menuju bukit tapi para prajurit ini malah menghadang mereka, mau cari mati? Sayangnya surawisesa tidak ada di saat itu.

"Maaf nyimas tetap saja tidak bisa, kami hanya menjalankan perintah dari gusti prabu"-prajurit.

"Raka"-raden naveen

"Bawalah mereka masuk, biar aku dan rayi ellyna yg akan mengurus mereka"

"Baiklah, tetapi ingat jangan sampai kalian membunuh mereka...mereka hanya menjalankan tugasnya"-raden abhiseva.

"Tentu"

Raden abhiseva lekas mengisyaratkan mereka untuk segera masuk kedalam sehingga membuat para prajurit lekas ingin menahan mereka dengan tombak.
Tapi Raden naveen lekas melepaskan jurusnya kepada masing masing tombak.

"Kenapa kau berkhianat seperti ini raden nyimas, gusti prabu pasti akan marah besar terhadap kalian!"-prajurit.

"Lancang sekali kau paman, andai kau tidak mempunyai anak ataupun istri aku pastikan kau akan tewas ditanganku"-raden naveen

"Maafkan hamba bukan maksud hamba bersikap lancang kepada kalian, tapi ini sama saja kalian berkhianat kepada kerajaan dengan membebaskan tawanan kerajaan"-prajurit

"Berkhianat kau katakan? Kau tidak tahu apa apa paman, otakmu sudah buntu hingga kau tidak bisa berpikir mana yang benar dan salah!"-nyimas ellyna.

"Jangan salahkan kami jika kami mematahkan tulang tulang ditubuhmu! Hidup atau mati itu tergantung tuhanmu yang menciptakanmu"-raden naveen






















"Sedalam apa lubangnya"-raden saskara.

"Sangat dalam"-walangsungsang

"Kau tahu raden?"-raden abyaksa.

"Tentu, aku rayi kian santang dan juga raka gagak ngampar pernah terjatuh kedalamnya akibat dijebak oleh prabu danendra"-walangsungsang.

"Lelaki tua itu benar benar menyebalkan, orang tidak punya salah juga dia jadikan korban"-lirih raden adhyaksa tapi tetap saja mereka mampu mendengar ucapannya.

"Lihatlah raka ayahandamu membuat ulah terus menerus"-raden adhyaksa.

"Sejak kapan aku punya ayahanda?"-raden  abhiseva.

"Benar sedari kecil kita memang sudah tidak punya ayahanda, lelaki tua bangka itu tiba tiba datang menjadi ayahanda kita merepotkan, aku tidak mau mengurusnya saat tua nanti"-raden adhyaksa.

Hei yang benar saja, jangan ditiru yaa kakak² adik².

Yang lain hanya mampu diam sesambil mendengarkan ucapan ucapan dari kedua kakak beradik kembar itu, sungguh bingung.

Mereka baru tiba disebuah bukit yang tepat dimana ruangan itu berada, benar saja banyak tumpukkan daun yang berserakan menutupi lubang yang cukup besar itu.

Mereka lantas menyingkirkan dedaunan dan ranting ranting tersebut, pikiran walangsungsang kini berkecamuh, semoga adiknya ada didalam sana.

"Rayi ku mohon jangan tinggalkan aku untuk yang kedua kalinya"-batinnya.

Saat semua ranting dan dedaunan itu telah di singkirkan mata mereka membelalak melihat seseorang berada didalamnya. Tentu sudah bisa ditebak.

"RAYI!"-walangsungsang, dirinya lekas terjun kebawah untuk menyelamatkan sang adik, disusul oleh raden panglima.

RADEN KIAN SANTANG//Putra Dari Prabu Siliwangi (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang