EL: RKS 17

445 43 3
                                    

Dikerajaan bangun Tapan, terlihat seorang Senopati yang sedang berada di wismanya seorang, ia terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Seharusnya tidak sulit bukan untuk menghabisi kian Santang?"-batinnya

"Secara dirinya tidak mempunyai ilmu Kanuragan, tetapi sulit sekali untuk diriku masuk kedalam istana Pajajaran"

"Mereka benar-benar melindungi kian Santang dan menjaganya secara ketat"

"Jika saja Siliwangi saat itu tidak datang menolong kedua putranya, mungkin aku bisa merebut kian Santang dari tangan walangsungsang "-kesalnya, tangannya terkepal erat.

Terlalu serius akan hal yang dipikirkan, Senopati itu tidak menyadari jika seseorang telah mendengarnya dari luar pintu wisma.

"Apa lagi yang akan ia lakukan sekarang?, jujur saja walaupun aku ada rasa benci terhadap keluarga Pajajaran terutama Rayi kian Santang, tetap saja, aku tidak suka jika ada orang yang berniat jahat kepadanya"-??

"Aku akan mengikuti permainanmu, tajur agung...tetapi jika kau sudah mulai menjadi jadi dan ingin mencelakainya, aku tidak akan tinggal diam"

"Malam ini, kita akan buktikan seberapa hebat kau menjalankan rencanamu, dan kita lihat sebenarnya siapa yang dapat dibodohi? Aku? Atau kau"

"Semalam saja kau bertindak gegabah, dan beruntung bagimu kau dapat lolos dari tangan Siliwangi...tapi belum tentu nanti malam kau akan lolos dari tanganku"-batinnya, ia tersenyum miring dan kemudian ia pergi dari sana.

___________________________________________

Perlahan matanya mengerjap pelan, dan sedikit terdengar suara rintihan dari mulutnya dikala ia tidak sengaja menggerakkan badannya secara berlebih.

"Putraku"-ucapan lembut itu membuat sang empu menoleh kearah suara tersebut, pandangannya mungkin terlihat tidak jelas..akan tetapi ia mengenali suara itu.

"Ayahanda prabu"-balasnya

"syukurlah jika dirimu sudah sadar"

Ia hendak bangun dengan pekanya sang ayah membantunya untuk mengubah posisi sang anak untuk duduk.

"Apa yang terjadi padaku, Ayahanda?"-tanyanya

"Nanti Ayahanda akan jelaskan, yang sekarang Ayahanda akan menyalurkan sedikit hawa murni kepadamu"-ucapnya

"..., baiklah Ayahanda "-walaupun sempat terdiam ia tetap mengiyakan perintah Ayahandanya.


Sringggg

"Hebat sekali nyimas"-Walangsungsang

"Terimakasih Raden"-balas Eleanor

Saat ini, keduanya sedang berada di tempat latihan...tempat dimana mereka melatih para prajurit kala hendak berperang biasa.

"Sepertinya aku lihat dirimu begitu ahli dalam menggunakan panah itu"-Walangsungsang

"Ah tidak, tidak sebegitunya...aku masih butuh latihan, terkadang disaat aku menggunakan pusaka milikku, aku bisa sedikit mudah marah"-eleanor

Walangsungsang hanya mampu terkekeh pelan dan tersenyum..

"Sehebat apapun aku, belum tentu aku dapat melakukannya sehebat seperti kalian menggunakannya..."-eleanor

"Nyimas, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin..kau pasti bisa untuk melatihnya menjadi lebih baik lagi dengan usaha, usaha yang kau lakukan insya Allah akan membuahkan hasil yang terbaik"-Walangsungsang

Nyimas Eleanor mengangguk membenarkan dan tersenyum.
Kini mereka melanjutkan latihannya lagi.

_________________________________________

RADEN KIAN SANTANG//Putra Dari Prabu Siliwangi (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang