7

291 29 3
                                    

Pernikahannya sudah masuk Minggu ke-3, dan
siang ini Jungkook membuat makan siang dan akan mengantarnya untuk suaminya, Seokjin.

"Aku tidak tau kenapa dia sangat dingin denganku? Tapi aku berharap dengan aku mengantarkan makan siang, dia akan kembali lagi seperti semula...aku rindu saat bertengkar dengannya dan pastinya dengan wajah yang selalu aku pandangi ketika aku terbangun dari tidur lebih dulu darinya". Monolog Jungkook dengan membayangkan apa saja yang sudah dia lewati dengan Seokjin.

"Baiklah semuanya sudah siap, let's goooo". Kata Jungkook lalu pergi dan mengendarai motornya walaupun dia bisa menggunakan mobil, tapi dia lebih tertarik menggunakan motornya.




Sesampainya di kantor Seokjin, Jungkook langsung masuk dan tentu saja semua orang sudah tau kecuali anak-anak kampus termasuk kedua temannya.

Jungkook menuju ruangan Seokjin dengan makanan di tangannya. Jungkook membuka pintu ruangan Seokjin tanpa mengetuk dulu dan itu membuatnya melihat yang tidak pernah ingin dia lihat.

Brukkk

Makanan yang di tangannya jatuh kelantai dan itu membuat kedus orang di dalam ruangan itu melihat kesumber suara.

"Jungkook". Gumam Seokjin dan langsung mendorong wanita yang ada di depannya.

Seokjin bangkit dari duduknya dan berlari ke arah Jungkook namun Jungkook sudah berlari.

"Jungkooookkk". Teriak Seokjin yang masih mengejar Jungkook.

Jungkook terus berlari tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang melihatnya, air matanya terus mengalir membasahi pipinya.

"Breaking news, telah terjatuhnya pesawat yang membawa penumpang dari Korea ke jepang dengan nomer pesawat 1022, yang terjadi setengah jam setelah penerbangan".

Deg...

Ketika telinga Jungkook mendengar kabar jatuhnya pesawat, langkahnya terhenti dan jantungnya berdegup kencang. Perlahan dia melihat tayangan televisi yang memang di sediakan di kantor Seokjin untuk penghilang penat.

Hal yang sama di lakukan oleh Seokjin ketika mendengar berita itu.

"Jungkook". Lirihnya lalu melihat kearah Jungkook yang akan berlari keluar, dengan cepat Seokjin menyusul Jungkook.

Hati Jungkook benar-benar rapuh saat ini, dia melihat suaminya sedang di peluk seorang wanita yang pernah mendorongnya lalu dia mendengar kabar pesawat jatuh yang ternyata kedua orang tuanya ada di dalamnya. Dengan kecepatan lumayan tinggi, Jungkook melajukan motornya dan diikuti oleh Seokjin, tentu saja Jungkook tau...tujuannya sekarang adalah airport yang baru saja kedua orang tuanya tinggalkan untuk pergi ke Jepang.

Tak lama hujan turun membasahi jalanan seperti tau akan kesedihan Jungkook sekarang.

"Kenapa harus hujan, Jungkook ku mohon itu bukan yang sebenarnya". Gumam Seokjin, seokjin tidak tau tentang keberangkatan kedua orang tua Jungkook ke Jepang.

Sesuatu terjadi di depan kedua mata Seokjin, sesuatu yang tidak pernah dia inginkan terjadi pada istrinya. Jungkook mengalami kecelakaan dan tubuhnya terpental jauh dari motornya, sebuah mobil telah menabraknya dan pergi begitu saja.

Waktu seakan terhenti bagi Seokjin, nafasnya terhenti. Dengan gemuruh di dalam dadanya, dia keluar menuju Jungkook berada dan dengan kaki yang tertatih karena lemas dia terus berjalan di tengah derasnya hujan.

"Ap-pa, eom-ma...a..pa...ka..lian...mau...meng..gajakku pergi? Ta..pi bagai...mana dengan ah..jus..sihku". Kata Jungkook terbatah-batah.

Sampai Seokjin datang dan langsung membuka helm Jungkook yang masih di kenakannya.

Cegil dan CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang