"Kamu yakin kalau rencana kamu ini akan berhasil, Dev?"
"Saya yakin."
"Tapi kali ini sangat beresiko!"
"Setiap mengambil suatu keputusan, pasti ada resikonya."
"Bagaimana kalau ini tidak berhasil?"
"Hancur.."
Percakapan hari itu terus saja mengganggu pikiran Pak Surya. Seharusnya ia bisa menghentikan rencana Bu Airin pada hari itu. Namun ibarat kertas sudah menjadi abu, semuanya sudah terlambat.
Malapetaka itu sudah terjadi, tak hanya orang-orang yang dituju, yang tak bersalah pun terkena imbasnya.
Siapa sangka, masalah yang awalnya tentang sakit hati bisa merembet sampai sejauh ini?Pak Surya beranjak dari duduknya dan sekarang beliau tengah berada di depan lab AN. Gedung bawah tampak sangat gelap, sepi, tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sama sekali. Namun ntah apa hal yang membuat Pak Surya sangat penasaran dengan gedung gelap gulita itu.
Sedari tadi Pak Surya terus menyusuri setiap tangga dan ruangan yang berada di gedung tersebut.
Hingga ia mendapati kehadiran seseorang yang sedang duduk meringkuk di tengah gelapnya gedung tersebut.
Lantas, Pak Surya langsung mengarahkan lampu senternya ke 'orang' tersebut."Siapa kamu?"
Pak Surya memasang ancang-ancang untuk pertahanan diri, seandainya 'orang' tersebut menyerangnya sewaktu-waktu.
"Kamu manusia kan?"
Tak kunjung mendapatkan respon, akhirnya pak Surya pun memutuskan untuk menepuk-nepuk bahu 'orang' tersebut.
"Hey, masih hidup kan?"
Yang ditepuk langsung berjengit kaget. Tak lama ia mendongakkan kepalanya, yang membuat Pak Surya terkejut. Pasalnya, 'orang' itu adalah muridnya sendiri. Keadaannya sekarang benar-benar jauh dari kata baik. Seluruh tubuhnya berlumuran darah, entah itu darahnya sendiri ataupun darah para zombie.
"AJUN?!"
"P-pak.."
"Ajun, apa yang terjadi sama kamu?"
"Bagaimana keadaanmu bisa seperti ini?"Ajun tak menjawab, ia justru malah menunjuk ke arah balkon. Pak Surya pun langsung menuruti arah tangan dari Ajun. Dan betapa terkejutnya dia, setelah menemui mayat, mayat seseorang yang familiar untuknya, mayat Udin, yang juga menjadi muridnya sedang tergeletak di bawah sana.
"Apa yang terjadi Ajun?"
"Kamu masih kuat kan?""Saya bukan manusia, Pak!"
"Jangan dekat-dekat saya, atau nanti kelepasan bapak saya serang.""Keadaanmu aja kayak gini, mau nyerang gimananya?"
Ajun hanya tersenyum, lalu mengatakan sesuatu di luar dugaan.
"Yang bunuh Udin itu saya, Pak."
"Dalam keadaan seperti ini, saya masih bisa membunuh zombie mutasi."
"Apa lagi bapak?" (Ditutup dengan seringaian Ajun).Seketika bulu kuduk Pak Surya langsung berdiri setelah mendengarkan jawaban Ajun.
-
Sekarang Pak Surya dan Ajun sudah berada di ruangan yang lebih terang.
Keadaan Ajun sangat memprihatinkan, ia kelihatan sangat shock dengan yang terjadi padanya barusan. Pak Surya masih menunggu Ajun untuk angkat bicara dan menceritakan semuanya sampai dirinya merasa tenang."Sudah bisa cerita, Jun?"
"Bapak jangan kaget ya sama cerita saya!"
"Haha, kamu memangnya mau cerita apa, sampai bisa buat bapak kaget?
"Sebelumnya bapak tanya, teman-teman kamu ke mana?""Ya itu yang mau saya ceritain, Pak."
"Ya sudah, sekarang kamu ceritakan kronologinya, Jun."
- Throwback On -
"Lo udah siap mati kah Jun, sampek nyuruh si Julio buat balik duluan."
"Wkwk."Nafas Ajun memburu, pandangannya perlahan sudah mulai buram.
Namun, entah keajaiban dari mana, tiba-tiba saja tubuh dia seperti dimasuki ribuan energi dari langit. Staminanya kembali, ia merasa sangat bugar, seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya."Lu kok bisa jadi gini gimana si, Din?"
"Ya gak gimana-gimana."
"Ya gue digigit zombie, terus tiba-tiba jadi gini aja."
"Gue juga bingung, kenapa gue bisa kayak gini."
"Gue zombie, tapi masih bisa kayak manusia."
"Gue juga baru tau kalo ini namanya 'zombie mutasi'."Oh."
"Lu kenapa nanya git-"
"Eh Jun, perasaan lu tadi gue gigit deh."
"Kok sampek sekarang masih baik-baik aja, ga ada yang berubah dari Lo?!""Berubah kok."
"Apanya?!"
"Gue jadi lebih seger sekarang."
"Kayak abis makan 5 ton nasi.""KAGAK MUAT ANJRIT PERUT LO!"
"Hehe."
"Tunggu, LEBIH KUAT?!"
"Iya."
"Hehe."Udin langsung membeku di tempat, sedang mencerna yang sedang terjadi.
Dan...seperti yang dia pikirkan, Ajun sekarang sejenis dengan dia.Tanpa aba-aba, Ajun langsung menyerang Udin, dan perkelahian mereka berdua tak bisa terhindarkan. Yang kemudian perkelahian tersebut ditutup dengan kekalahan Udin.
- Throwback Off -
"Zombie mutasi?"
"Iya."
"Apa itu?"
"Ya, saya ini."
"Ck."
"Jadi temen-temen kamu?""Ya itu, saya nggak tau."
"Orang saya kejebak di sini dari kemarin.""Kamu kok ngeselin ya, Jun?"
"Bapak mau saya gigit?"
"Kamu ini!"
(Ajun sudah kembali ke tabiatnya gesseu).
"Sekarang, gantian saya yang butuh penjelasan bapak."
"Ap-"
"Duh-"Sepertinya Pak Surya sudah tau apa yang akan dibahas oleh Ajun setelahnya.
"Apa maksud perkataan bapak ke anak-anak KI itu?"
"Apa maksudnya 'semua ini gara-gara dia' ?"
"'Dia' itu Bu Airin kan, Pak?"Sesuai dugaan.
"Kamu ini memang sama saja ya Jun dari dulu."
"Sama gimana, Pak?
"Kepoan!"
"Hehe.."
"Jadi gimana cerita lengkapnya, Pak?"Begini saja, kamu ikut saya sekarang."
"Biar dijelasin langsung sama yang bersangkutan.""Ikut kemana?"
"Lab KI."
"Kamu minta penjelasan langsung sama orangnya."
"Saya tidak bisa menjelaskan sendiri.""Tapi sebelumnya..."
"Bisa saya cari teman-teman saya dulu?""Saya baru dapat kabar."
"Teman-teman kamu sudah aman, mereka baik-baik saja.""Oh ya?"
"Dari siapa?""Kepo kamu!"
Dan saat itu juga, Ajun rasanya ingin benar-benar menggigit Pak Surya. Tapi kalau nanti Pak Surya jadi zombie, yang ngarahin ketemu temen-temennya siapa dong, pikir Ajun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL HOME ATTACK
Teen Fiction"pokoknya kita semua harus selamat, kita harus keluar dari sini bareng-bareng".