Pulang Bareng

2.4K 169 22
                                    

"Ternyata ada kebahagiaan dibalik kekesalan, bukan begitu Nabila?"

×××

Nabila Khansa Sananta, seorang mahasiswa semester 5 yang kini menjabat sebagai sekretaris pada divisi minat dan bakat dalam kepengurusan BEM tahun ini.

Pada awalnya, Nabila tidak terlalu tertarik untuk masuk ke dalam organisasi di dunia perkuliahan ini. Ia merasa sudah cukup mengikuti organisasi sejak SMP, Namun pemikirannya itu seketika berubah ketika ia tahu, jika yang menjabat sebagai Presma adalah Crush-nya sejak SMA kelas 3. Siapa lagi kalau bukan Rony Adrian Bagaskara. Salah satu dari teman kakaknya yang berhasil mencuri hatinya, padahal ia belum sekalipun berkenalan saat itu. Namun pesona Rony sudah mampu mengambil hatinya.

Seperti saat ini, Ia tengah rapat bersama anggota BEM yang lain, namun sejak tadi bukannya fokus pada pembahasan rapat, Nabila malah sibuk memandangi Rony yang tengah presentasi di depan.

"Masyaallah, nikmat mana lagi yang kamu dustakan?" gumam Nabila pelan namun berhasil di dengar oleh Ratu teman satu divisinya.

"Beraninya natep doang, gak berani pdkt-in,"Cibir Ratu membuat Nabila menatap temannya itu dengan ekspresi kesalnya.

"Bukan gak berani, tapi belum berani aja."

"Heleh, udah hampir satu periode loh dari sebelum Rony jadi Presma sampe sekarang udah jadi presma loe gak ada pergerakan sama sekali."

"Sabar kali Rat, takut gue."

"Padahal lo tinggal minta bantuan Kakak loe aja bisa lho Nab, kenapa gak di coba?"

"Gak mau yang ada gue diledekin sama Kak Paul."

"Serah loe lah."

Perdebatan mereka ternyata diketahui oleh Rony. Tatapan tajam Rony tidak juga menghentikan perdebatan antara Nabila dan Ratu. Mereka saakan tidak sadar jika sejak tadi sudah menjadi pusat perhatian .

"Ratu, Nabila udah selesai ngobrolnya?" Suara dingin Rony berhasil menghentikan perdebatan antara Nabila dan Ratu. Mereka mulai saling pandang seolah mengkode bahwa setelah ini mereka akan mendapatkan hukuman dari Rony.

"Mampus," Gumam Nabila dalam hati.

"Kenapa malah diem? Jawab udah selesai ngobrolnya?"

"Udah Kak," Jawab Ratu dan Nabila secara bersamaan.

"Berarti rapatnya bisa dilanjutkan?"

"Bisa."

"Oke."

Akhirnya rapat dilanjutkan kembali, Ratu dan juga Nabila merasa lega sekali. Biasanya anggota yang menggangu jalannya rapat akan di tegur habis-habisan atau kalau gak di suruh keluar oleh Rony, namun sepertinta takdir baik masih milik mereka berdua. Karena mereka tidak sampai di suruh keluar oleh Rony.

Setelah rapat selesai, Nabila memutuskan untuk pulang. Kali ini ia pulang bersama kakaknya dan kakaknya meminta Nabila untuk menunggu di halte fakultas ekonomi bisnis. Sudah hampir 30 menit ia menunggu Kakaknya itu, namun sang kakak tidak kunjung datang.

Saat ia tengah fokus dengan hp-nya berusaha menghubungi Paul. Tiba-tiba di depannya ada motor yang berhenti dan hal itu berhasil mengalihkan perhatian Nabila dari hp-nya.

"Kak Rony?"

"Kenapa belum pulang?" Tanya Rony tanpa memperdulikan sapaan Nabila tadi.

"Hah?"

"Hah heh hoh, loe kenapa belum balik?"

"Oh, belum di jemput."

"Yaudah bareng gue aja, nih pake," Kata Rony sembari menyerahkan helm yang ia bawa.

"Gak usah Kak, nanti malah ngerepotin Kak Rony lagi. Bentar lagi Kakakku sampe kok."

"Gak usah ngeyel. Bentar lagi malem dan loe cewek."

"Yang bilang gue cowok juga siapa Kak," Cibir Nabila pelan.

"Yaudah iya, sini helmnya."

Rony menyerahkan helm yang ia bawa kepada Nabila. Nabila menerima helm tersebut dan langsung memakainya. Setelah itu ia naik ke jok belakang motor milik Rony. Kalau boleh jujur, Nabila sebenarnya ini adalah kali pertama Nabila pulang bersama dengan Rony.

Selama hampir dua periode dia tergabung dalam BEM, tidak pernah satu kalipun ia dekat dengan Rony apalagi sampai di antar pulang. Ia akan dekat dengan Rony, ketika ada urusan organisasi saja, selebihnya ia tidak berani mendekati Rony terlebih dahulu.

Ia bukan tipe cewek yang mengejar cintanya dengan terang-terangan sampai membuat semua orang tahu kalau ia suka dengan Rony. Tapi ia memilih untuk bermain cantik, ia yang akan membuat Rony perlahan akan melihat ke arahnya. Mungkin terkesan tidak mungkin, namun entah mengapa Nabila selalu yakin kalau ia bisa bersama dengan Rony.

Dalam perjalanan ke rumah Nabila. Keheningan terjadi, tidak ada satupun yang memulai pembicaraan, sampai akhirnya Rony mulai menanyakan dimana letak rumah Nabila.

"Nab, rumah loe dimana?"

"Di perumahan mawar indah Kak."

"Oh oke."

Keheningan kembali terjadi, Nabila yang biasanya cerewet tiba-tiba menjadi pendiam saat di dekat Rony. Entahlah rasanya lidahnya kelu untuk memulai percakapan dengan Presmanya itu. Ia tidak memiliki topik yang bagus untuk dijadikan bahan obrolan. Sementara itu, Rony juga hanya diam dan fokus ke depan guna memperhatikan jalanan ibu kota yang mulai ramai.

Dari arah depan Rony tiba-tiba, ada mobil yang melaju kencang dengan lampu depan yang menyorot tepat pada penglihatan Rony dan hal ini membuat Rony sedikit oleng. Nabila yang merasa Rony oleng pun reflek langsung memeluk Rony dari belakang, berharap dengan begitu ia dapat menghilangkan rasa takutnya. Setelah berhasil menjaga keseimbangan motornya, Rony menghentikan motornya tepat di gang perumahan rumah Nabila. Ia berniat untuk menanyakan kondisi Nabila tiba-tiba memeluknya erat ketika ia oleng tadi.

"Nab, gak papa kan? Maaf yaa, tadi ada mobil di depan kenceng banget mana lampunya silau lagi," Tanya Rony sembari menoleh ke sisi kanannya. Nabila mulai melepaskan pelukannya, kemudian ia mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Rony.

" Iyaa, gak papa kok Kak, cuman kaget aja. Maaf juga tadi reflek meluk."

"Santai aja yang penting loe aman."

"Btw Kak, aku turun sini aja ya? Rumahku udah deket kok," Pinta Nabila sembari turun dari motor Rony tanpa menunggu jawaban dari Rony terlebih dahulu.

"Lah, naik Nab. Gue anter sampe rumah. Ya kali gue nganter cewek sampe depan gang gini."

"Gak papa Kak, aku mau jalan aja. Makasih udah nganterin byeee," Pamit Nabila dan langsung berlari meninggalkan Rony.

"Dasar cewek aneh," Cibir Rony setelah itu ia memilih untuk meninggalkan gang rumah Nabila dan melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya yang sebenarnya tidak jauh dari komplek perumahan gadis itu.

Sebenarnya Nabila memilih turun bukan  karena motor Rony yang oleng, tapi itu semua karena detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat karena reflek memeluk Rony tadi. Ia takut kalau Rony sampai mendengar detak jantungnya. Oleh karena itu, ia memilih untuk turun saja. Toh rumahnya sudah dekat. Jadi ia juga tidak perlu jalan terlalu jauh juga.

"Baru juga meluk dari belakang udah deg-deg an keras gini, kalau beneran pelukan kek adegan di wattpad apa gak pingsan aku?" Gumam Nabila pelan dalam perjalanan menuju rumahnya.

-----
Gimana, seru gak?
See you next chapter yaw🤍

Presma Itu PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang