Gak semua yang kamu anggap baik itu baik, kadang orang mendeskripsikannya beda.
×××
Nabila sudah dibolehkan pulang sejak sepuluh menit yang lalu. Kini ia masih di IGD karena sedang menunggu Rony menyelesaikan urusan administrasi. Saat ia tengah tiduran dan tidak fokus dengan kanan kirinya, ia dikejutkan dengan kedatangan seorang laki-laki yang langsung memeluknya erat. Sempat Nabila ingin memberontak, namun ketika ia tahu yang memeluknya adalah kakaknya sendiri Nabila mengurungkan niatnya itu. Ia malah membalas pelukan kakaknya.
"Maafin kakak ya, kakak gak bisa jagain kamu," Ujar Paul masih dalam posisi memeluk adiknya.
"Gak Kak, gak papa. Lagian kan aku yang salah, aku gak dengerin omongan Kakak. Harusnya malam tadi aku nurut sama Kak Paul, mungkin sekarang aku udah sembuh," Balas Nabila sembari mengelus punggung Paul untuk menenangkan Kakaknya yang sepertinya sedang merasa bersalah. Paul melepaskan pelukannya, tangannya ia arahkan ke puncak kepala adiknya.
Tanpa mereka sadari sejak tadi Rony sudah kembali ke IGD dan melihat Nabila pelukan dengan Paul. Ingin sekali rasanya langsung menarik Paul, namun ketika melihat Nabila malah membalas pelukan itu ia urungkan niatnya. Ia malah menunggu mereka selesai berpelukan barulah ia menghampiri mereka dengan tatapan tidak sukanya kepada Paul.
"Misi, ganggu ya gue?" Cibir Rony dan langsung menggeser tangan Paul yang tadinya ada di puncak kepala Nabila. Paul hanya pasrah ketika tangannya di geser oleh Rony, ia menatap adiknya dengan tatapan bingung. Seolah mengerti dengan tatapan kakaknya, Nabila hanya mengangguk. Paul yang paham arti anggukan itupun langsung bergeser dan memberi ruang untuk Rony agar lebih dekat dengan Nabila.
"Thanks ya Ron udah bawa Nabila ke Rumah sakit," Ucap Paul sembari menepuk pundak Rony.
"Gak perlu say thanks juga udah jadi kewajiban gue buat jagain pacar gue Ul," Jawab Rony ketus, sepertinya ia sudah terbakar api cemburu. Paul yang mendengar jawaban itu ingin sekali ketawa, tapi ia tahan.
"Wededede, udah jadian?"
"Udah, jadi gue harap loe gak coba deketin pacar gue lagi."
"Gak bisa kalau itu," Ujar Paul sembari berjalan mendekat ke arah Nabila dan langsung merangkul adiknya itu. Rony yang melihat itu langsung berjalan mendekat ke arah Paul.
"Maksud loe apa?" Ujar Rony dengan penuh emosi sembari menarik kerah baju Paul dan sedikit menariknya menjauh dari Nabila. Kalau saja ia tidak ingat ini di rumah sakit, mungkin Paul sudah mendapat satu pukulan di pipinya. Nabila yang melihat itu pun panik, ia tidak mau Kakaknya di hajar oleh pacarnya sendiri. Nabila pun akhirnya memilih turun dari ranjang rumah sakit, mendekat ke arah Rony dan Paul yang sedang bersitegang. Ia menarik tangan Rony agar cengkramannya terlepas dari kerah Kakaknya.
"Kak, udah ah. Ini rumah sakit jangan berantem," Ujar Nabila sembari melingkarkan tangannya di tangan Rony agar kekasihnya itu tidak lagi mencengkram kerah baju kakaknya. Sementara Paul ia hanya tersenyum kecil, melihat emosi Rony yang memuncak.
"Santai aja bro, gue gak bakal rebut Nabila kok dari loe. Tapi gue juga gak mungkin jauhin adik gue sendiri," Ujar Paul sembari menepuk pelan pipi Rony.
"Maksud loe adek?" Tanya Rony dengan ekspresi bingungnya sembari melihat ke arah Nabila lalu ke arah Paul.
"Ya Nabila adek gue. Adek kandung gue, jadi kalau loe minta gue buat jauhin dia, ya gak bisa."
Rony yang belum puas dengan jawaban Paul, ia beralih menatap Nabila seolah meminta penjelasan kepada kekasihnya itu. Nabila yang merasa di mintai penjelasan hanya mengangguk saja untuk menyakinkan jawaban yang diberikan oleh kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presma Itu Pacarku
Fiksi Penggemar"Akan ku kejar cintamu secara ugal-ugalan, tapi elegan dan gak kelihatan kalau aku yang suka duluan" -Nabila Khansa Sananta