Teror

1.5K 147 20
                                    

Apapun itu, aku maunya tetep sama kamu.

×××

Pagi ini, Nabila berangkat ke kampus sendirian. Sebab kekasihnya yang berstatus sebagai ketua BEM itu sedang ada agenda di luar kota. Hal itu membuatnya harus kembali berangkat ke kampus seorang diri. Dengan langkah gontai ia mulai berjalan menyusuri koridor kampus menuju ruang kelasnya.

Beberapa menit berjalan akhirnya ia sampai di kelas. Ia duduk di meja yang memang biasanya ia duduki bersama dengan Anggis. Ketika ia hendak duduk, Nabila melihat sepucuk surat di mejanya. Ia mengambil surat itu, kemudian membacanya.

JAUHIN RONY ATAU LO MATI!!!!

Dengan tangan bergetar Nabila menjatuhkan surat itu. Tubuhnya seketika bergetar hebatt, ia benar-benar ketakutan saat ini. Tidak ada yang bisa menenangkannya kondisi kelas yang sepi membuatnya semakin ketakutan.

Ia bingung harus bagaimana, ia pun segera mengambil hp-nya mencari nama Kak Paul di kontaknya setelah itu ia langsung menelpon Kakaknya itu. Beruntung Paul langsung mengangkat telpon Nabila.

"Halo, kenapa dek?" Suara Paul dari balik telepon.

"Kak.... Nab taakuuuttt," Ujar Nabila dengan suara bergetar.

Hanya itu yang bisa Nabila katakan. Saat ini kondisinya benar-benar ketakutan. Ia bingung harus mengatakan apa kepada kakaknya selain kata takut. Paul yang mendengar suara Nabila bergetar ia panik. Ia pun langsung mematikan hpnya dan bergegas menyusul adiknya itu.

"Kamu di kelas kan? Kakak kesana sekarang tunggu."

Setalah mengatakan itu Paul mematikan panggilan telponnya. Beberapa menit kemudian ia sampai di ruang kelas adiknya. Ia masuk ke dalam kelas dan langsung menghampiri Nabila yang sudah menelungkupkan wajahnya ke meja.

"Dek? Kenapa?" Tanya Paul sembari mengusap puncak kepala Nabila. Nabila mendongak ia langsung memeluk kakaknya itu. Ia menangis sejadi-jadinya. Dulu ia pernah mengalami kejadian ini dan sekarang kembali terulang. Hal itu yang membuatnya kembali ketrigger dengan surat tersebut, bayangan masa lalunya yang kelam kembali muncul. Ia benar-benar ketakutan sekarang.

"Kamu kenapa Nab? Ada apa?" Tanya Paul sekali lagi.

"Surat-surat itu muncul lagi Kak, aku takutt."

"Surat? Mana suratnya?"

"Jatuh."

Paul sedikit jongkok untuk mengambil surat tersebut tanpa melepaskan pelukan Nabila. Ia membaca surat tersebut dan langsung meremas surat itu dengan kasar.

"Anjing, siapa yang berani ngirim kayak gini lagi? Pengecut banget jadi manusia," Ujar Paul dengan penuh emosinya. Ia paham apa yang Nabila rasakan dulu, ia tidak mau adiknya kembali mengalami itu.

"Kamu tenang ya Nab, kakak bakal cari tahu siapa yang ngelakuin ini. Kamu udah kasih tahu Rony?"

"Belum, aku takut ganggu konsentrasi Kak Rony Kak. Dia lagi di luar kota."

"Tapi Rony harus tahu, karna ini menyangkut dia."

"Tapi Kak," Ujar Nabila sembari melapaskan pelukannya.

Presma Itu PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang