Jadi kenyataan?

1.6K 157 17
                                    

Katanya mimpi bunga tidur? Kok do gue jadi nyata gini?

×××

Rony dan Nabila saat ini berada di sebuah restoran outdoor dengan pemandangan yang indah. Mereka berdua duduk secara berhadapan dan membicarakan banyak hal. Dari mulai Rony yang akhirnya mau di calonkan sebagai Presma sampai alasan Nabila ikut dalam organisasi tersebut. Nabila tidak sepenuhnya jujur dalam menceritakan alasannya, karena kalau sampai ia jujur, Rony akan tahu bahwa alasannya masuk BEM karena dirinya.

Saat mereka tengah bercanda ria dengan candaan recehnya, tiba-tiba Nabila mendapat telpon dari sang kakak.

"Siapa Nab?" Tanya Rony dengan rasa penuh penasarannya.

"Kak Powl Kak, aku angkat dulu ya?" Pinta Nabila sembari sedikit menjauh dari Rony.

"Cuman ngangkat telpon dari Paul aja sampe ngejauh Nab? Loe udah sedeket itukah sama dia? Gue harap enggak ya dan gue harap gue masih ada kesempatan," Gumam Rony pelan sembari terus menatap ke arah Nabila yang tengah berbicara dengan Paul di ujung sana.

Nabila kembali ke mejanya dengan ekspresi paniknya dan air mata yang sudah membasahi pipinya. Rony yang melihat hal itu pun panik, ia langsung bangun dari duduknya dan langsung mendekap tubuh Nabila.

"Nab? Kenapa?" Tanya Rony sembari terus menenangkan Nabila yang malah semakin menjadi tangisnya.

"Kak Powl ke ce la kaan Kak, aku harus ke rumah sakit sekarang, aku pamit ya?" Ucap Nabila dengan suara yang terbata-bata di sela-sela tangisnya. Rony yang mendengar itu pun ikut panik, bagaimanapun juga Paul sahabatnya ia juga takut sahabatnya kenapa-napa.

"Gue anterin Nab,"tegas Rony sembari melihat ke arah Nabila dan mendapat anggukan kepala oleh gadis itu. Mereka buru-buru keluar dari restoran dan menuju ke rumah sakit dimana Paul di rawat.

" Paul di rumah sakit mana Nab?"

"Rumah sakit husada Kak."

"Okee."

Rony kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan kencang. Ia ikut panik melihat Nabila yang tidak henti-hentinya menangis sejak tadi.

"Kalau gue yang di posisi Paul apa loe juga bakal sesedih ini Nab?" Gumam Rony dalam hati sembari memperhatikan Nabila yang tengah menangis di sampingnya.

"Apasih Ron, ini bukan waktunya buat cemburu," Gumam Rony lagi.

"Nab, tenang ya? Gue yakin Paul baik-baik aja kok," Ujar Rony mencoba menenangkan Nabila kembali dengan kata-katanya.

"Gimana aku bisa tenang Kak? Aku gak tahu keadaan Kak Paul gimana sekarang. Aku takuttt,"ujar Nabila di sela-sela tangisnya dengan suara yang sedikit meninggi. Mendengar ucapan Nabila yang seperti itu, membuat Rony akhirnya memilih untuk diam. Karena ia paham kondisi Nabila memang sedang tidak baik-baik saja.

"Segitunya Nab loe sama Paul? Tapi kalau emang kalian saling cinta gue bisa apa?" Gumam Rony dalam hati, entahlah kali ini ia merasa sangat insecure. Padahal baru tadi ia memiliki tekad yang kuat untuk mendapatkan hati Nabila? Tapi melihat Nabila serapuh ini ketika tahu Paul kecelakaan membuatnya harus memikirkan ulang tentang hal itu. Ia tidak yakin akan di terima gadis itu jika menyatakan perasaannya dalam waktu dekat.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, Nabila dan Rony akhirnya sampai di rumah sakit. Ketika sampai Nabila langsung turun dari mobil dan berlari menuju rumah sakit tanpa menunggu Rony lebih dulu. Rony yang melihat Nabila se-panik itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, sebelum akhirnya ia ikut turun dan menyusul gadis itu. Sesampainya di resepsionis Nabila langsung bertanya terkait ruangan Paul.

Presma Itu PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang