Bisa kali gengsinya di kurangi
×××
Nabila saat ini tengah di sibukan dengan kegiatan pentas seni yang akan dilaksanakan oleh Universitasnya dalam rangka memperingati hari jadi Universitas Maharaja. Kegiatan ini merupakan salah satu dari program kerja divisinya, oleh karena itu ia sangat berperan penting dalam kegiatan ini.
Seperti saat ini, ia tengah berada di sekretariatan BEM bersama dengan beberapa rekan panitiannya untuk menyelesaikan jobdesk yang belum terselesaikan. Karena Nabila memegang jabatan sebagai sekretaris divisi alhasil dalam kegiatan ini ia banyak membuat surat dan juga harus selalu mencatat apa saja yang masih kurang dalam kegiatan ini.
Hari sudah semakin larut, namun Nabila belum berniat untuk pulang sedikit pun. Padahal teman-temannya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu. Kini ia seorang diri berada di ruanagan tersebut, sejujurnya ia sedikit takut, namun karena pekerjaannya sedikit lagi selesai ia putuskan untuk menyelesaikannya dulu. Daripada harus pulang dan ketika sampai rumah pikirannya tak tenang.
Saat Nabila tengah fokus dengan laptopnya, tiba-tiba ada segelas matcha dan roti bakar di depannya dan sekarang di sampingnya sudah duduk seorang cowok yang sedang meminum kopi.
"Kak Rony, belum pulang? Kirain udah pulang bareng yang lain tadi."
"Mana tega gue ninggalin loe sendirian di sekre Nab. Gue keluar buat beli ini, makan dulu loe nanti sakit gue juga yang repot," ujar Rony sembari menyerahkan sekotak roti bakar buat Nabila agar gadis itu dapat memilih rasa rori bakar yang ia sukai.
"Gue gak tahu loe suka rasa apa aja, jadi gue beli yang empat rasa. Ini ada rasa strowberry, nanas, keju, sama coklat."
Bukannya mengambil roti bakar yang ditawarkan Rony, Nabila malah menatap Rony dengan tatapan bingungnya. Ia merasa ada yang berbeda dengan Rony. Kenapa tiba-tiba presmanya ini baik kepadanya? apa karena ia merasa bersalah kemarin sudah hampir membuatnya celaka? atau memang dia sudah berubah menjadi sedikit lebih manis? persetan dengan itu semua, yang penting ia senang mendapatkan perhatian dari Rony. Ia merasa usahanya selama satu periode ini tidak sia-sia. Padahal kalau boleh jujur, ia sudah muak dengan semua yang berbau organisasi ini. Tapi demi mendapatkan cintanya, ia rela bertahan di sini dengan manusia-manusia yang membuatnya lelah.
"Nabila Khansa, kenapa diem aja?" Tanya Rony sembari menyenggol bahu Nabila, ia sedikit khawatir karena Nabila yang tiba-tiba diam saja dan hanya menantapnya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
"Hah, maaf kak maaf. Lagi capek aja aku."
"Kalau capek tuh istirahat, masih ada hari esok buat nyelesain jobdesk loe."
"Nanggung tapi Kak, dikit lagi kelar soalnya."
"Hmmm, yaudah makan sama minum dulu nih. Biar lebih fresh, gak butek apa mata dari siang ngeliatin laptop mulu."
"Iyaaa, btw makasih loh Kak. Tumben banget perhatian sama aku? Jangan-jangan Kak Rony suka ya sama aku?," Cibir Nabila sembari mengambil satu buah roti bakar yang dipegang oleh Rony dan langsung menyantapnya.
"Dih, gak usah geer jadi manusia. Gue perhatian sama semua anggota gue, bukan ke loe doang."
"Yahh, langsung di patahin aja. Padahal udah mau baper loh."
"Nyesel gue Nab nemenin loe, tahu gitu gue balik aja tadi."
"Tega banget biarin cewek di kampus malem-malem sendirian."
"Bukannya udah biasa? Tiap hari juga gitu."
"Enggak ya wee, ini pertama kali aku ngelembur sampe malam sendirian. Biasanya di temenin sama Renald. Eh dia malah ada acara tadi."
"Yaudah sih, udah gue temenin juga," Ujar Rony dengan nada sedikit kesal. Entah mengapa mendengar nama Renald di sebut, Rony merasa kesal.
"Biasa aja dong jawabnya, kalau emang gak ikhlas mending pulang."
"Ikhlas Nab, udah buruan selesain. Gue temenin sampe selesai."
"Beneran ikhlas?"
"Bener astaga, kalau gak ikhlas udah gue tinggal loe dari tadi."
"Santai elah, ngegas mulu jadi manusia, ntar darah tinggi repot."
"Udah ditemenin, malah didoain jelek."
"Hahaha, sorry Kak. Becanda."
Keadaan tiba-tiba hening. Nabila yang kembali fokus dengan laptopnya, sedangkan Rony ia sudah tidur tepat di sisi kanan Nabila. Nabila membiarkan saja Rony tidur, setidaknya ia tidak sendiri di ruangan ini.
"Akhirnya selesai juga," Kata Nabila merasa lega karena tugasnya sudah selesai. Pandangan beralih ke sisi kanannya. Di tatapnya Rony yang sedang tertidur pulas. Ia memberanikan diri untuk mengusap pelan rambut Rony. Di usapnya beberapa kali, senyumnya mulai terukir.
"Ganteng banget sih Kak? Sayang banget kalau gak jadi pacar aku," Gumam Nabila pelan dengan tangan yang masih setia berada di atas rambut Rony. Rony yang merasa tidurnya di usik pun mulai mengerjabkan matanya, Nabila yang sadar kalau Rony akan segera bangun pun langsung mengalihkan tangannya. Ia tarik tangannya dari atas rambut Rony dan beralih pada laptopnya yang masih berada di depannya seolah akan membereskan laptop tersebut.
"Udah selesai?" Tanya Rony dengan posisi duduk. Ia sudah benar-benar bangun dari tidurnya.
"Udah Kak, ayo balik," Ajak Nabila dan langsunh berdiri dari duduknya, lalu di susul juga oleh Rony.
Mereka berjalan ke parkiran berdampingan. Tidak ada adegan bergandengan karena memang mereka hanya sebatas ketua dan anggota saja.
"Gue anter balik ya? Gak ada penolakan ini udah malem gue takut loe kenapa-kenapa."
"Perhatian banget, suka ya?"
"Stop geer bisa?"
"Enggak haha, soalnya setau aku Kak Rony gak kek gini sama anggota yang lain, jadi kalau aku geer gak salah dong?"
"Sok tahu loe,"Cibir Rony
"Dih, aku gak sok tahu emang nyatanya gitu kan?"
"Gak. Udah sini naik nanti keburu pagi."
"Isshh iya-iya. Marah-marah mulu dari tadi."
"Loe ngeselin sih."
"Ngeselin tapi suka kan?"
"Mana ada."
"Gak usah gengsi Kak."
"Bisa diem gak sih Nab? Gak capek ngomong mulu dari tadi?"
"Enggak, soalnya ngomongnya sama Kak Rony."
"Serah," Kata Rony pasrah dan setelah itu ia melajukan motornya guna membelah jalanan ibu kota untuk menuju rumah Nabila. Di sepanjang jalan Nabila bercerita banyak hal, dari mulai keluh kesahnya di BEM sampai hampir saja ia keceplosan menceritakan alasannya masuk BEM beruntung ia sadar atas apa yang ia ceritakan, jadi ia bisa menahan untuk tidak kebablasan dan syukurnya Rony tidak menanyakan hal itu terlalu jauh.
"Rumah kamu yang mana Nab?" Tanya Rony ketika mereka sudah memasuki perumahan rumah Nabila.
"Depan mobil item itu Kak," Ujar Nabila sembari menunjukan rumahnya.
"Oh oke."
Rony memberhentikan motornya tepat dibelakang mobil hitam yang di bilang oleh Nabila tadi.
"Makasih ya Kak udah nganterin aku lagi. Sering-sering aja."
"Sama-sama, udah sana masuk."
"Iyaa, Kak Rony hati-hati. Gak usah ngebut, kalau bisa sampe rumah nanti kabarin aku."
"Yaa, gue pamit ya?"
"Iyaa, byee," Kata Nabila sembari melambaikan tangannya dan Rony hanya membalasnya dengan senyuman. Motor yang dikendarai Rony mulai menjauh, setelah itu Nabila memilih untuk masuk ke dalam rumah. Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Nabila, tapi hari ini ia juga sangat bahagia karena akhirnya ia memiliki momen berdua dengan Rony yang cukup lama.
-----
See you next chapter🤍
Double up?
KAMU SEDANG MEMBACA
Presma Itu Pacarku
Fiksi Penggemar"Akan ku kejar cintamu secara ugal-ugalan, tapi elegan dan gak kelihatan kalau aku yang suka duluan" -Nabila Khansa Sananta