Gladi Bersih

1.4K 147 18
                                    

Gengsi di gedein, giliran di ambil orang nyariin

×××

Nabila sudah berada di sebuah gedung yang akan di gunakan untuk pensi. Ia sedang membantu divisi dekorasi untuk mendekor panggung yang akan di gunakan besok.

"Nab, mending kamu latihan buat tampil besok deh."

"Nanti dulu Rat, lagi nungguin Kak Rony, lagian latiannya bareng sama dia."

"Okelah."

Saat Nabila kembali fokus dengan beberapa dekorasi di depannya tiba-tiba saja Paul datang dengan membawa beberapa makanan untuknya yang membuatnya sedikit terkejut adalah kakaknya itu datang dan langsung mengusap pelan puncak kepalanya. Kalau boleh jujur, ini kali pertama Paul melakukan itu di depan banyak orang. Paul memang kakak yang manis ketika di rumah, namun ia tidak pernah menunjukan itu ketika di kampus.

"Kak Powl? Ngapain ke sini? Nyariin Ratu ya?"

"Enggak, nyariin kamu."

"Hah?" Kata Nabila dengan ekspresi bingungnya dan ia langsung beralih melihat ke arah Ratu seolah menanyakan apa yang Kakaknya itu lakukan dan Ratu hanya menganggukan kepala saja. Hal itu membuatnya semakin bingung.

"Hah heh hoh, udah ini aku bawa makan siang buat kamu. Di makan ya, kamu suka lupa makan kalau lagi fokus kerjain proker gini. Aku juga bawa banyak, bisa kamu bagi juga sama yang lain."

"Kak? Kak Powl kenapa? Sumpah aku geli dengernya," Cibir Nabila. Jujur ia merasa geli dengan kata-kata Paul tadi, karena bahasa yang Paul gunakan tadi bukan seperti yang biasanya. Bahkan terkesan seperti perhatian cowok ke ceweknya dan hal itu membuat Nabila yang mendengarnya geli sendiri.

"Udah ikutin aja rencana Kakak. Kamu pengen bisa jadian sama Rony kan? Kakak pengen bantu kamu aja, Kakak pengen buat dia sadar sama perasaannya," Bisik Paul kepada Nabila dan detik berikutnya akhirnya Nabila tahu kenapa Paul bersikap seperti tadi.

"Oh oke," Jawab Nabila ikut berbisik tepat di telinga Paul.

"Di makan ya Nab, aku masih ada kelas. Nanti kita pulang bareng oke?"

"Iya Kak, semangat kelasnya," Ujar Nabila mengikuti rencana Paul  yang sebenarnya ia sendiri merasa geli melakukannya.

"Siap, makasih," Jawab Paul sembari mengusap pelan puncak kepala Nabila.

Sejak tadi, apa yang dilakukan Paul dan Nabila tepat dalam pengawasan seorang Rony Adrian Bagaskara. Bahkan tatapan pria itu tidak beralih sama sekali dari mereka berdua sejak Paul masuk dan memberikan  makan siang untuk Nabila.

"Jadi mereka beneran deket?" Gumam Rony pelan. Ia sangat ingin menanyakan perihal ini ke Paul maupun Nabila tapi gengsinya terlalu besar. Rony juga merasa tidak berhak untuk menanyakan perihal ini ke mereka karena ia tahu itu bukan ranah yang harus ia ketahui. Tapi kalau boleh jujur ia benar-benar ingin tahu mereka ada hubungan atau tidak. Biar ia juga bisa menentukan langkah ke depannya.

"Kok gue ngerasa kesel gini ya? Apa iya gue beneran suka sama spek bocil kek Nabila? Tapi bukannya Paul juga lagi deket sama Ratu? " Gumam Rony lagi karena ia sendiri merasa ragu dengan perasaannya. Ia memang pernah pacaran waktu semester 1 dan itu hanya bertahan 6 bulan saja. Sejak saat itu ia tidak pacaran lagi karena saat pacaran dengan mantannya itu ia merasa di kekang dan akhirnya ia memilih untuk memutuskan pacarnya itu yang sampai saat ini masih berusaha mendekatinya lagi tapi tidak pernah ia respon.

"Sumpah kenapa gue harus kesel gini sih pas ngeliat Nabila sama Paul?" Gumam Rony lagi. Karena posisi Rony yang melamun dan terus melihat ke arah Nabila, membuat Diman yang berada di sampingnya merasa bingung. Ia mengikuti arah pandang Rony dan ia pun tersenyum. Diman pun mendekat ke arah Rony dan menepuk bahu Rony.

Presma Itu PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang