Mau semarah apapun aku, rumahku tetap kamu.
×××
Nabila baru bangun dari tidurnya sejak pulang dari rumah sakit tadi. Ia melihat sekelilingnya ternyata ia sudah berada di kamarnya. Melihat ke kanan kiri lagi ia tidak melihat keberadaan Ratu, matanya beralih melihat jam yang tertempel di dinding kamarnya dan ia baru sadar hari sudah kembali malam. Tangannya terulur mengambil hp yang ada di meja samping ranjangnya. Tak ada satupun notif dari Rony.
Nabila menghembuskan nafasnya kasar, ia berpikir Rony benar-benar masih marah kepadanya. Tanpa berpikir panjang, Nabila bangun dari tidurnya, ia mengambil hodie hitam yang tergantung di samping lemarinya. Setelah memakai hodie tersebut, ia memutuskan untuk keluar dari kamar. Malam ini ia berniat untuk menemui Rony, ia tidak mau kesalahpahaman ini berlangsung terlalu lama.
Nabila berjalan keluar dari kamar, ia memelankan langkah kakinya agar kakaknya tidak mendengar kalau ia keluar dari rumah, karena kalau sampai kakaknya tahu, sudah dapat di pastikan kalau ia tidak akan di ijinkan untuk keluar rumah dalam kondisi belum sepenuhnya sembuh seperti ini.
Setelah berhasil keluar dari rumah, Nabila berjalan ke arah gerbang kompleknya. Ia sudah memesan taksi online untuk mengantarnya ke kampus. Ya ia memilih untuk menemui Rony di kampus, karena setahunya malam ini ada rapat panitia di ruang BEM. Persetan dengan tanggapan teman-temannya nanti yang ia pikirkan saat ini hanyalah mendapatkan maaf dari Rony yang baru saja menjadi kekasihnya siang tadi. Gak lucu kan kalau baru jadian, tiba-tiba udah putus aja.
Setelah beberapa menit menunggu, taksi online yang ia pesan akhirnya sampai. Perjalanan menuju kampus sekitar 30 menit ia lewati dengan keheningan. Sesampainya di kampus, ia langsung bergegas ke ruangan BEM, namun sayangnya ketika ia sampai ruangan tersebut sudah sepi dan hanya tersisa beberapa temannya saja yang sepertinya tengah lembur. Kedatangan Nabila mencuri perhatian Lana, teman satu organisasinya namun beda divisi. Lana akhirnya bangun dari duduknya dan menghampiri Nabila yang sudah berjalan keluar dari ruangan tersebut.
"Nab, ngapain kesini?" Tanya Lana setelah berhasil mengejar Nabila yang tadi sudah mulai menjauh.
"Eh Lan, gak kok."
"Jangan boong, nyariin Kak Rony ya?"
Nabila diam, ia tidak menyangka tebakan Lana benar. Padahal ia dan Lana tidak sedekat itu, apakah selama ini semua teman-temannya tahu kalau ia suka dengan Rony?
"Heh, malah diem aja. Udah jujur aja, kek sama siapa aja. Anak-anak lain juga udah tahu kali Nab, kalau loe sama Kak Rony lagi deket."
"Ya gitu, Kak Rony udah balik ya?"
"Kak Rony gak dateng rapat tadi Nab, katanya ada urusan jadi tadi cuman di wakilin sama Kak Diman aja."
"Urusan apa?"
"Gak tahu juga, dia gak nyampein jelas alesannya."
"Oalah okedeh. Gue pamit yaa, semangat ngelemburnya."
"Siap, hati-hati loe."
"Oke."
Nabila akhirnya berjalan menyusuri koridor kampusnya dengan langkah gontai. Ia merasa sia-sia datang kesini, karena yang ingin ia temui malah gak ada. Salahnya juga tidak menghubungi Rony lebih dulu. Nabila saat ini berada di halte depan kampusnya, ia sedang menunggu taksi online yang kembali ia pesan. Awalnya ia ingin ke rumah Rony, namun melihat jam yang sudah larut malam.
Nabila memutuskan untuk pulang saja, karena ia merasa tidak enak bertamu ke rumah laki-laki di hari yang sudah malam seperti ini. Berulang kali Nabila mendapat telpon dari Kakaknya, namun tak satupun ia angkat, toh ia akan segera pulang, biar saja nanti di marahinnya sekalian di rumah daripada ia harus mendapat dua kali omelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presma Itu Pacarku
Fanfic"Akan ku kejar cintamu secara ugal-ugalan, tapi elegan dan gak kelihatan kalau aku yang suka duluan" -Nabila Khansa Sananta