Arvind mengerjapkan matanya menyesuaikan sinar matahari yang menembus jendela kamarnya, menoleh menatap istrinya yang masih tidur pulas di sampingnya sudut bibirnya terangkat membentuk senyum melihat aurora di pelukannya. Arvind melepaskan pelukannya ia turun Menatap menatap seluruh kamarnya yang berantakan dipenuhi bungkus snack.
Meraup wajahnya menarik napas panjang ia tidak suka kamar yang berantakan dipenuhi sampah makanan seperti ini, tadi malam aurora belajar sambil memakan cemilannya dan sialnya mereka ketiduran walhasil tidak langsung dibersihkan.
Arvind menyapu kamarnya ini pertama kalinya ia membersihkan kamarnya, biasannya pembantu rumah yang mengerjakan semuanya berhubung aurora masih tidur di kamar dan pasti akan terganggu jika orang lain yang membersihkannya, maka dengan terpaksa dan rasa kesal yang tertahan arvind sendiri yang membersihkannya.
Selesai membersihkan kamarnya yang seperti kapal pecah ia langsung mandi siap-siap berangkat kerja, selesai mandi dan siap-siap arvind langsung menghampiri pelayan yang sedang masak mengawali setiao kebersihan makanan yang diolah pelayan. Ia tidak mau aurora kenapa-kenapa gara-gara makanan.
Aurora turun kelantai bawah dengan wajah kantuk dan rambut yang berantakan, ia membuka kulkas mengambil es krim. Baru saja ia menyendok es krim tiba-tiba terlempar jauh.
"Astaga!" Kaget aurora menatap es krim jatuh ke lantai.
Arvind menatap tajam aurora. "Sarapan bukan makan es krim tidak baik untuk kesehatan kamu" ucap arvind.
Aurora menatap kesal suaminya. "Pelit banget sih makanan itu untuk di makan bukan untuk di-----"
Cup
"Sarapan dulu jam 10 baru saya izinkan makan es krim" potong arvind mencium singkat bibir aurora membuat sang empu melotot sempurna.
"OM JANGAN MESUM INI MASIH PAGI" teriak aurora memukul arvind bruntal membuat semua pelayan kaget sekaligus ngeri, ini pertama kalinya mereka melihat arvind majikannya di pukul seperti itu.
Arvind terkekeh kecil. "Berarti kalau sore, siang, malam boleh dong?" Tanya arvind menaik turunkan alisnya menahan tangan aurora.
Aurora menatap kesal arvind. "ENGGAK!" Kesal aurora langsung duduk di kursi makan melahap nasi goreng yang sudah disiapkan pelayan dengan perasaan dongkol.
Arvind mengacak-acak rambut aurora gemes yang langsung ditepis sang empu yang terus menatapnya tajam, arvind melahap nas goreng tatapannya terus menatap aurora rasanya ia tidak akan bosan menatap wajah istri kecilnya.
***
Aurora menghabiskan waktu libur sekolah dihari sabtu untuk berleha-leha di kamar sambil mencari cara untuk kabur dari sini, sungguh tempat ini tidak nyaman untuk dirinya. Saking asyiknya sampai tidak menyadari kalau arvind ada di sampingnya sambil menatapnya curiga.
"Rencana busuk apa lagi yang kamu susun?" tanya arvind.
Aurora menoleh kaget melihat suaminya yang ada di sampingnya dengan tatapan dingin dan tajam. "O-om a-ar ih ngagetin aku kira hantu yang menyerupai dokter arvind Alden Avraham" ucap aurora polos.
Arvind mencengkeram pergelangan tangan aurora membuat sang empu meringis. "Kamu mau kabur dari sini? Mau pergi dari rumah ini?" Tanya arvind.
Aurora mengangguk takut-takut.
Arvind tersenyum miring. "Silahkan pergi dari sini saya tidak akan mencegah kamu" ucap arvind melipat kedua tangannya di dada menatap aurora yang tersenyum manis mendengar ucapannya. "Jika kamu mau kedua orang tua kamu mati sadis di hadapan kamu" lanjutnya tersenyum miring menatap aurora yang langsung melotot sempurna dan menggeleng cepat.
"J-jangan, kau jangan sentuh orang tuaku" ucap aurora ketakutan.
Arvind mengangguk pelan. "Jika tidak mau terjadi sesuatu kamu jangan pernah berpikiran untuk kabur dari saya, paham?" Tanya arvind.
Aurora mengangguk pelan. "T-tapi----"
"Tapi apa lagi? Kamu mau membantah?" Potong arvind sedikit meninggikan suaranya.
Aurora menggeleng. "T-tidak. Aku di sini tidak betah karena aku tidak teman untuk aku ajak bermain, kalau di rumah aku bermain sama adik aku" jawab aurora cepat.
Arvind menatap lekat aurora mencari letak kebohongan aurora. "Yasudah saya temenin kamu bermain, mau main apa?" Tanya arvind mengelus pipi aurora lembut.
Aurora mengetuk-ngetuk jarinya di dagu. "Boneka, tapi di sini tidak ada boneka" jawab aurora kembali sedih.
Arvind mengangguk ia langsung menelepon anak buahnya untuk membelikan beberapa boneka, setelah itu ia langsung menganti bajunya dengan baju santai. Melirik aurora yang kembali bengong seakan sedang menyusun rencana, arvind tahu karena ia pernah kuliah fakultas psikologi jadi sedikit tahu.
Namun sayangnya semulus apapun rencana aurora pasti akan gagal karena ia sudah menyiapkan rencana-rencana yang tidak diketahui siapapun, kecuali dirinya sendiri.
Tok.tok.tok.
Arvind langsung membuka pintu kamarnya ia tahu pasti itu anak buahnya mengambil boneka yang tadi ia pesan. "Ini bonekanya" ucap arvind menyodorkan boneka ke aurora yang langsung aurora terima dengan senyum manisnya.
"Terimakasih, sekarang ayok kita bermain" ajak aurora turun dari kasur duduk di lantai.
Arvind melotot sempurna. "HEH! cepat berdiri jangan duduk di lantai" ucap arvind menarik aurora sampai berdiri.
Aurora mengerutkan keningnya. "Kenapa? Katanya mau nemenin aku main?" Tanya aurora.
Arvind tidak langsung menjawab ia mengambil karpet bulu ke lantai. "Duduk, lain kali jangan duduk di lantai seperti itu" jawab arvind.
"Kenapa? Lantai nya bersih ko" tanya aurora.
Arvind memajukan wajahnya mendekati wajah aurora reflek aurora mundur. "Kuman tidak bisa fi lihat" jawab arvind.
Aurora mengangguk paham ia mendorong pelan wajah arvind. "Kita mulai bermain, om mau jadi apa?" Tanya aurora membagi dua boneka untuk arvind.
"Jadi suami kamu dan jadi papah untuk anak-anak kita nanti" jawab arvind santai.
Aurora menjewer telinga arvind membuat sang empu meringis. "Jawabnya bukan seperti itu, om." Ucap aurora kesal.
"Sakit sayang, terus apa? Saya tidak paham soal permainan seperti ini" tanya arvind mengelus kupingnya.
Aurora yang memang gampang berubah pikiran ia langsung berdiri melangkah ke kasur merebahkan tubuhnya. "Tidak jadi bermain dengan om, tidak asik tidak seperti adik aku" kesal aurora.
"Salah lagi" cicit arvind.
***
Malam yang sangat dingin aurora berdiri di balkon kamar menatap lurus depan, ia rindu kedua orangtuanya yang sudah lama tidak bertemu dengan dirinya, ia tidak tahu kabar kedua orangtuanya Seperti apa.
Aurora duduk di kursi balkon memainkan hiasan bunga di meja. "Kalau aku tidak kecelakaan dan aku tidak menikah dengan om al mungkin sekarang aku lagi kumpul bersama ibu dan bapak aku, adik aku juga" gumam aurora sedih.
Aurora menulis abstrak di udara. "Aku pengen pulang aku tidak suka di rumah besar seperti ini yang isinya orang jahat, aku lebih suka rumah kecil aku yang di kampung penuh kenyamanan dan tidak ada rasa takut tidak seperti rumah besar ini pemiliknya jahat" lirih aurora.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/355633379-288-k324182.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Doctor Arvind
Teen FictionArvind pria berusia 27 tahun seorang dokter di rumah sakit milik keluarganya secara tidak sengaja melihat gadis SMA yang terbaring koma di ranjang rumah sakit, dari kejauhan ia bisa melihat jelas gadis itu sangat cantik. penasaran dengan latar belak...