8. Kemarahan arvind

645 24 0
                                    

Angel menatap aurora tajam membuat sang empu takut dan menunduk, sedangkan arvind ia berangkat kerja sepuluh menit yang lalu sebenernya arvind khawatir mamahnya berbuat apa-apa tentang aurora. Namun sebisa mungkin ia percaya pada orang tuanya yang tidak akan menyelakai aurora.

Angel membenarkan posisi duduknya lebih nyaman menatap aurora lekat. "Kenapa kamu mau menikah dengan anak saya yang umurnya jauh beda sama kamu?" Tanya angel ia melihat wajah polos aurora.

Aurora meremas ujung bajunya. "Ummm....aku juga tidak mau menikah dengan om ar dia tua dia tidak pantas untuk aku, tapi om ar menikahi aku disaat aku koma dan butuh operasi tapi kedua orang tuaku tidak memiliki uang, om ar mau membiayai aku operasi dengan syarat harus menikah. Itu yang kedua orang tuaku ceritakan" jawab aurora takut-takut.

Mata angel melotot sempurna mendengar ucapan aurora yang mengatai anaknya tua dan om-om. "Tidak sopan sekali kamu memanggil anakku om dan tua" marah angel.

Aurora semakin takut ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "M-maaf tapi itu kenyataannya om ar lebih tu---"

BRAK.

"TIDAK USAH DI PENJELAS KAMI JUGA TAU ITU DASAR WANITA BICT TIDAK PUNYA SOPAN SANTUN" marah angel mengebrak meja Membuat aurora semakin ketakutan.

"Sudah jangan emosi" ucap ranji mengelus punggung istrinya.

Aurora mendongak menatap mertuanya. "Aku bukan wanita bict tante, jangan sebarangan bicara" ucap aurora tidak terima.

Angel terkekeh kecil. "Kalau bukan wanita bict terus apa dong? Wanita murahan? Bukannya itu sama?" Tanya angel.

"Tante aku bukan wanita murahan" marah aurora.

Angel berdiri menghampiri aurora ia menjambak rambut aurora keras. "Kamu mengambil anak saya sialan, dia tidak pantas untuk anak saya dia pantasnya dengan wanita pilihan saya" marah angel terus menjambak rambut aurora membuat aurora menangis kesaktian.

Ranji melotot sempurna ia berusaha memisahkan mereka berdua namun sang istri mendorongnya sampai jatuh kelantai berkali-kali. "Stop sayang nanti ar marah sama kita" ucap ranji berusaha menarik istri menjauh dari aurora.

"Nanti sakit tolong maafkan aku tante hiks" isak aurora.

Disisi lain

Arvind mengobrak-abrik berkas di kantornya untuk meeting siang ini namun itu tidak membawanya, dengan perasaan kesal ia langsung keluar kantor berjalan cepat menuju parkiran mobil. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi entah kenapa perasaanya terus memikirkan aurora harusnya yang ia memikirkan berkas yang ketinggalan yang cukup penting.

Turun dari mobil dengan cepat samar-samar ia mendengar suara teriakan mamahnya dan istrinya yang meminta tolong. "Sayan------AURORA" teriak arvind melotot sempurna Melihat mamahnya sedang menjambak aurora dan menampar wajah aurora.

Semua orang menoleh kaget melihat arvind, angel langsung melepaskan jambakan nya menjauh dari aurora yang menangis tersedu-sedu. "A-arvind" kaget angel.

Aurora duduk dilantai menangis terisak-isak tubuhnya bergetar ketakutan ini pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini, kedua orangtuanya tidak pernah melakukan kekerasan seperti ini.

Arvind membantu istrinya berdiri tatapan tajamnya ia tunjukkan pada mamahnya. "APA MAKSUDNYA? KENAPA MAMAH KASAR SAMA ISTRI AR HAH? DIA SALAH APA SAMA MAMAH SAMPAI MAMAH ANIAYA ISTRI AR?" marah arvind.

Angel Menggeleng. "I-ini t-tidak seperti yang kamu lihat i-ini----"

"AR LIHAT SENDIRI KALAU MAMAH JAMBAK RAMBUT AURORA, TAMPAR AURORA MAMAH KIRA ISTRI AR BONEKA YANG BISA MAMAH PERLAKUAN SEPERTI BONEKA? DIA KESAKITAN MAH" arvind menatap rambut di tangan mamahnya ia tahu betul kalau itu rambut aurora. "AR KECEWA SAMA MAMAH" marah arvind.

Aurora memegang kepalanya yang berdegup sakit. "O-om kepala aku s-sakit, pusing" lirih aurora.

Tanpa ba-bi-bu arvind membopong tubuh istrinya ke lantai atas merebahkan tubuh aurora di atas kasur. "Saya periksa dulu" ucap arvind mengambil beberapa alat dokter yang memang sudah disediakan di rumah untuk jaga-jaga.

Aurora mengangguk pelan tidak lama matanya terpejam, arvind yang melihat istrinya memejamkan mata ia menepuk-nepuk pipi aurora dengan wajah paniknya.

"Sayang bangun kenapa kamu tidur?" Tanya arvind berusaha positif.

Aurora membuka kembali matanya sayup-sayup. "K-kepala aku pusing om, pipi aku perih" lirih aurora.

Arvind mengangguk ia mengoleskan salep ke pipi aurora. "Maafkan saya yang tidak becus jaga kamu" lirih arvind mengelus pipi aurora pelan.

Aurora tidak menjawab ia memejamkan matanya berusaha menahan sakit dan pusing, ia memganggam erat tangan arvind. "M-maafkan a-aku tante, t-takut" racau aurora.

Arvind mengeram ia melepaskan genggaman tangan aurora pelan, memastikan istrinya nyaman ia langsung keluar berjalan cepat menuju lantai bawah. "MAMAH GARA-GARA MAMAH AURORA KETAKUTAN DIA TERUS MEMINTA MAAF" marah arvind.

"Dia tidak pantas untuk kamu arvind, dia itu per----"

"MAMAH YANG TIDAK PANTAS, MAMAH TERUS MEMINTA AR CEPAT MENIKAH DAN SEKARANG AR NIKAH TAPI MAMAH MALAH JAHAT GINI SAMA ISTRI AR" potong arvind napasnya memburu.

"Ar kita bicarakan ba----"

"Sekarang kalian pergi dari sini ar tidak mau kalian di sini" usir arvind menatap tajam kedua orangtuanya.

"Ar kamu usir mamah? Ini mamah kanu bukan musuh kamu sayang" ucap Angel sedih.

"Terserah, silahkan pergi dari sini" ucap arvind kesal.

***

Aurora menatap arvind yang tersenyum manis menatapnya. "Kenapa tante itu jambak rambut aku? Apa salah aku sama dia?" Tanya aurora takut-takut.

Arvind memeluk aurora. "Dia masih syok Kamu jangan takut mamah saya aslinya baik cuma----"

"Dia jahat om dia jambak rambut aku hiks aku tidak tahu kesalahan aku dimana, aku mau pulang saja" isak aurora melepaskan pelukannya mengusap air matanya. "Tolong bawa aku pulang ke rumah kedua orang tuaku om hiks" pinta aurora.

Arvind menggeleng cepat. "Tidak. Kamu tidak boleh pergi dari sini, ini rumah kamu juga, rumah kita" ucap arvind panik.

Aurora menggeleng ia turun dari dari kasur. "Aku mau pulang aku tidak mau di sini, hiks. Disini ada banyak orang jahat aku takut" teriak aurora berlari keluar kamar dengan cepat.

Arvind ikut berlari menyusul aurora yang sudah turun dari tangga. "TUTUP PINTU UTAMA CEPAT JANGAN BIARKAN ISTRI SAYA KELUAR" teriak arvind.

Bodyguard yang memang berjaga di pintu langsung menutup pintu dengan cepat, mereka menatap arvind heran kenapa arvind terlihat panik.

Aurora menarik-narik pintu itu. "Tolong buka aku mau pulang om, aku tidak mau di sini hiks" isak netta menatap dua penjaga pintu utama.

Arvind menatap tajam aurora. "Jangan pernah keluar rumah tanpa izin dari saya" tegas arvind.

Aurora menatap arvind. "Om bilang akan menuruti kemauan aku kalau aku mau menuruti kemauan om juga, sekarang aku mau pulang aku tidak suka di rumah ini hiks" teriak aurora sambil memukul dada arvind.

Arvind menahan tangan aurora. "Di sini tidak ada orang jahat ada saya suami kamu----"

"TIDAK. AKU TIDAK MAU DI SINI AKU MAU TINGGAL BERSAMA KEDUA ORANG TUAKU" marah aurora.

Arvind menatap dua bodyguard itu mereka yang paham langsung mengambilkan suntikan, tanpa sepengetahuan aurora yang terus berteriak minta pulang. Arvind menyuntikkan obat tidur di leher aurora hanya hitungan detik aurora pingsan.

"Tidak ada yang bisa memisahkan kamu dari saya sekalipun kedua orang tua saya, jika berani Mereka macam-macam makan akan berakhir mati ditangan saya sendiri" gumam arvind yang masih terdengar dua bodyguard itu yang bergidik ngeri.

***

Obsession Doctor ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang