14. trauma

543 29 0
                                    

Dua hari sudah aurora belum juga di temukan, selama dua hari juga arvind tidak makan bahkan tidur saja tidak pria itu terus menelusuri sungai tanpa alas kaki. Arvind tidak mau putus asa ia harus menemukan aurora istri tercintanya.

Kedua orangtuanya tentunya panik dan khawatir termasuk angel yang bingung harus bagaimana, melihat putra sulungnya Seperti orang gila membuat ia merasa sedikit bersalah.
Ternyata arvind begitu mencintai aurora.

Berkali-kali arvind kesandung batu sungai Membuat kakinya terluka, namun rasa sakitnya tidak tidak sebanding dengan rasa cintanya yang begitu besar. "Aurora kamu dimana sayang" lirih arvind terus berjalan pincang.

"TUAN INI NON AURORA" teriak anak buah arvind menemukan aurora yang tersangkut batu besar.

Arvind menoleh menatap anak buahnya ia langsung berlari menghampiri mereka, menatap aurora yang masih pingsan. "A-aurora" cicit arvind jantungnya berdegup kencang.

Arvind langsung membopong tubuh mungil aurora ke tepi sungai. "Sayang bangun, ini aku arvind sayang" panik arvind menepuk-nepuk pipi aurora.

Arvind mengecek nadi aurora yang melemah. Tanpa ba-bi-bu dan mengabaikan rasa sakit di kakinya arvind langsung membopong aurora keluar sungai. "Sayang saya mohon jangan tinggalkan saya, hiks" isak arvind khawatir aurora kenapa-kenapa.

Arvind mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi sungguh jantungnya berdegup kencang, setelah beberapa menit arvind sampai rumah sakit pria itu langsung membopong aurora kedalam ruangan IGD. Menyuntikkan obat dan memasangkan Semua alat untuk membantu aurora bernapas.

Disana juga ada beberapa dokter untuk membantu arvind, mereka semua diam melihat arvind yang melakukannya sendiri padahal kondisinya sangat memprihatinkan.

Arvind menata monitor detak jantung aurora yang semakin melemah. "Saya mohon jangan tinggalkan saya aurora, kalau kamu mau ninggalin saya bunuh saya lebih dulu saya mohon" bisik arvind.

TITTTT....TITTTTTT.....

Arvind menatap monitor detak jantung tubuhnya lemas melihat detak jantung aurora yang semakin memburuk. "AURORA" teriak arvind.

BRUK.

Arvind jatuh pingsan kelantai air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya ini pertama kalinya arvind menangis di depan orang asing, semua dokter kaget mereka langsung membopong arvind memeriksanya dengan cepat. Sebagian mereka memeriksa Aurora apakah masih hidup atau sudah meninggal.

***

Arvind menatap aurora yang kritis tubuhnya terasa lemas jadi ia dirawat satu ruangan dengan aurora. Seluruh bagian tubuh aurora penuh dengan alat-alat rumah sakit. Wajahnya yang pucat, bibir yang semula pink alami kini berubah menjadi pucat.

Cklek.

Angel dan ranji masuk kedalam melihat arvind yang terus menganggam tangan aurora yang ti diinfus. "Arvind-----"

"Keluar, saya tidak mau ketemu siapapun" potong arvind tanpa menoleh menatap kedua orangtuanya. "Saya membenci orang yang membuat aurora Seperti ini" gumam arvind.

DEG

Angel menatap arvind. "Sayang kam----"

"KELUAR SAYA TIDAK MAU DIGANGGU" bentak arvind marah.

Ranji menatap aurora tangannya masih terlihat jelas bekas cambukan. "Tega sekali mereka menyakiti anak ini" ujar ranji tidak tega melihat aurora.

Obsession Doctor ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang