3. sarapan pagi bersama

667 22 0
                                    

Aurora mengerjapkan matanya menyesuaikan sinar matahari yang menembus masuk kamarnya, tubuhnya terasa berat seperti ada yang menindihnya menunduk menatap tangan besar dan kokoh yang melingkar sempurna di perutnya.

Aurora menahan napas saat hembusan napas arvind mengenai lehernya hengkangnya, aurora berusaha melepaskan pelukan arvind yang malah semakin erat. Menarik napas panjang sepertinya ia harus menunggu arvind bangun dari tidurnya.

Setengah jam ia menunggu arvind bangun dari tidurnya tapi tidak kunjung bangun juga, ia melepas paksa pelukan arvind membuat sang empu mengeram kesal dan kaget. "Aku mau sekolah" ucal aurora kesal.

Arvind menatap dingin aurora. "Sudah saya bilang kalau kamu hari ini dan besok libur sekolah kita pengantin baru lho, saya aja yang dokter memilih cuti" ucap arvind berusaha sabar menghadapi sikap istrinya ini resikonya menikahi gadis yang masih sekolah dibawah umur.

Aurora menggeleng beranjak dari kasur. "Aku mau sekolah nanti teman-teman aku curiga kalau aku tidak sekolah, bagaimana kalau mereka tau kalau aku tidak sekolah karena aku sudah menikah" ucap aurora kesal.

Arvind yang kelewat kesal ia menatap tajam aurora membuat sang empu takut dan menunduk. "Asal kamu tau sekolah tempat kamu belajar itu milik teman papah saya, jadi Kalau ada orang yang berani sebar status kamu yang sudah menikah.....walaupun itu jauh lebih baik. Saya akan suruh teman papah saya keluarkan orang itu" kesal arvind.

Aurora menatap sinis arvind. "Sombong banget jadi orang padahal sekolah bukan miliknya" cicit aurora yang tidak dihiraukan arvind.

"Kembali tidur atau saya cium kamu" ancam arvind tersenyum miring.

Mendengar ancaman arvind aurora langsung naik ke atas kasur Merebahkan tubuhnya di kasur. "Pedofil banget sih" ucap aurora bergidik ngeri.

Arvind memilih mengalah ia kembali memeluk aurora walaupun sang empu memberontak, bukan arvind namanya kalau tidak memaksa dan mengancam. "Aroma tubuh kamu membuat saya nyaman didekat kamu" bisik arvind.

Mendengar itu aurora mendorong arvind membuat sang empu kaget. "Apa-apaan sih mesum banget" marah aurora.

Arvind yang tidak terima kenyamanannya di ganggu ia langsung menahan kedua tangan aurora mencium bibir aurora membuat sang empu melotot syok, Sedangkan sang pelaku tersenyum miring akhirnya ia bisa merasakan bibir aurora.

Arvind mencari letak kenyamanan aurora supaya menikmati buaiannya, arvind turun mencium leher aurora Membuat sang empu mengeluarkan suara yang indah di pendengaran arvind. Menatap leher jenjang yang awalnya putih mulus sekarang ada banyak bercak merah hasil karyanya.

Aurora yang sadar kalau ini tidak benar ia mendorong sekuat tenaga tubuh besar arvind menatap arvind tajam. "K-kau CABULLLLL" teriak aurora melempar bantal dan guling tepat mengenai wajah arvind.

***

Sarapan pagi pertama arvind dengan sang istri kecilnya diawali perdebatan kecil, karena istrinya tidak minum susu mungkin aurora belum terbiasa.
Arvind menarik napas panjang menatap istrinya. "Minum susu dulu nanti saya ajak kamu jalan-jalan sekitar rumah" tawar arvind.

Aurora menggeleng. "Aku tidak mau om, aku tidak suka susu" tolak aurora.

Arvind mengambil gelas yang terisi penuh susu, meminumnya aurora yang melihat itu geleng-geleng kepala. Arvind menarik wajah aurora menciumnya menyalurkan susu yang ada di mulutnya ke mulut aurora Membuat sang empu melotot sempurna. "Telen atau saya gigit kamu" ancam arvind membekap mulut aurora yang ingin memuntahkan susu.

Aurora mengangguk ia meneguknya susah payah. "O-om jangan main cium-cium aku dong, aku enggak suka" teriak aurora kesal.

"Lama-lama kamu suka" sahut arvind.

Aurora bergidik ngeri. "Zaman sekarang om-om sukanya sama anak kecil" cicit aurora yang masih terdengar jelas arvind.

Setelah sarapan mereka langsung duduk di ruang televisi menonton film kartun kesukaan aurora, sedangkan arvind malas menonton film kartun ia lebih suka menonton film yang menantang jiwanya untuk menghabisi nyawa orang lain.

"Aku harus kabur dari rumah ini aku tidak mau lama-lama dirumah ini" batin aurora merencanakan sesuatu.

"Kedua orang tua om tau kalau om menikah?" Tanya aurora penasaran.

Arvind mengangguk pelan. "Tau, cuma mereka tidak bisa hadir karena mereka sibuk di eropa, nanti mereka ke sini" jawab arvind.

"Tau kalau om menikahi gadis SMA?" Tanya aurora masih penasaran.

Arvind Menggeleng. "Enggak, kamu enggak usah khawatir Mereka pasti setuju yang penting saya bahagia" sahut arvind.

"Om bahagia menikahi gadis SMA, sedangkan aku sangsara menikah dengan om-om pedofil" batin aurora.

Arvind mengelus rambut panjang aurora menciumnya berkali-kali membuat sang empu tidak nyaman dan menggeser duduknya sedikit jauh, arvind mengangkat tubuh mungil aurora duduk dipangkuan nya.

Aurora melotot sempurna ia hendak turun namun langsung dipeluk erat arvind. "Lepas aku mau turun" ucap aurora berusaha melepaskan pelukan arvind.

Arvind menggeleng. "Diam saya tidak akan macam-macam, kalau kamu tidak mau diam baru saya macam-macam" ucap arvind.

Aurora menghela napas berat ia terpaksa mengangguk ia takut dengan ancaman arvind, menatap film yang masih berlanjut aurora menyenderkan tubuhnya di tubuh arvind. "Om anak ke berapa?" Tanya aurora penasaran.

"Pertama, saya memiliki adik cowok satu" jawab arvind mengelus pipi aurora lembut.

"Masih sek----"

"Sudah punya istri" potong arvind.

"Oh, kirain belum kalau belum boleh kal----"

"Genit banget sih kamu, ingat kamu sudah punya suami" sewot arvind.

Aurora terkekeh kecil. "Enggak papa, aku butuh suami dua hahah" tawa aurora membayangkan Memiliki suami dua.

Tawa aurora berhasil membuat arvind tercengang, tawa yang tidak pernah arvind dengar. Memeluk aurora erat. "Kamu jangan genit nanti saya marah sama kamu, emangnya kamu mau saya marah sama kamu? Hmm?" Tanya arvind.

Aurora mendorong wajah arvind yang mulai nakal. "Wajar om-om marah faktor U jadi kalau ok marah aku ngertiin ko" ucap aurora polos.

"Kecil-kecil nyebelin banget untuk sayang kalau enggak udah saya potong-potong tubuhnya" batin arvind.

***

Sore harinya mereka duduk di taman aurora sedang menyusun rencana untuk kabur dari arvind, sedangkan arvind sedang menyusun rencana supaya aurora tidak kabur. Ia sangat tahu gelagat aurora yang sedang merencanakan sesuatu makanya itu ia harus lebih cepat bergerak sebelum aurora lebih dulu bertindak.

Arvind mencium gemes pipi aurora membuat sang empu kaget dan rencana yang tadi sempat terlintas di pikirannya buyar begitu saja. "Gemes banget sih kamu" ucap arvind.

Aurora mencubit lengan arvind. "Aku enggak suka di cium-cium gini, bisa tidak jangan cium aku" teriak aurora kesal.

Arvind Menggeleng. "Enggak bisa soalnya kamu terlalu gemes untuk di anggurin" jawab arvind tersenyum tipis Membuat sang empu semakin marah.

***

Obsession Doctor ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang