1. Aurora anatastia

1K 40 1
                                    

Dokter arvind menghela napas berat kenapa hari ini banyak sekali pasien yang terus berdatangan bahkan ia tidak sempat untuk makan siang. Arvind duduk di kursi kebesarannya menatap lurus depan tubuhnya terasa lemas pikirannya berantakan gara-gara kedua orangtuanya terus menjodoh-jodohkan dirinya dengan perempuan yang bukan tipe dirinya.

Arvind melepaskan jas dokternya berjalan keluar ruangan sepertinya ia harus kesuatu tempat untuk menengkan pikirannya, matanya tidak sengaja menatap kaca IGD. Entah kenapa ia tertarik ia masuk kedalam ruangan IGD.

Ia berdiri tempat di samping pasien gadis kecil yang terbaring lemas di ranjang rumah sakit, mengamati wajah cantik dan indah milik gadis itu, Tangannya menyentuh pipi gadis itu tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.

Dag...dig...dug.

"Sial! Kenapa jantung saya berdegup keras" gumam arvind. Tidak mau berlama-lama didalam ia langsung keluar ruangan sambil memegang dadanya yang tidak henti berdengung kencang tidak seperti biasanya.

Arvind yang penasaran dengan gadis itu ia langsung menghampiri resepsionis. "Gadis yang di ruang IGD itu siapa?" Tanya arvind tanpa basa-basi.

Resepsionis sedikit heran tidak biasanya dokter arvind menanyakan indentitas pasien, biasannya arvind cuek, Ia langsung mencari gadis yang dimaksud arvind. "Aurora anatastia 18 tahun dia baru kelas SMA di sekolah mandiri" ucap resepsionis menjelaskan data pasien yang dimaksud arvind.

"Dia kenapa?" Tanya arvind.

"Kecelakaan waktu berangkat sekolah----"

"Kenapa masih di IGD?" Potong arvind.

Resepsionis mengelus dadanya kaget. "D-dia belum melunasi biaya rumah sakit ada salah satu dokter yang kasihan dan membiarkan pasien di IGD sampai sore nanti, jika belum melunasi maka pasien terpaksa harus keluar rumah sakit dan mencopot Semua alat di tubuh pasien." Jelas resepsionis.

"Jangan saya mohon kami akan melunasinya tapi tolong jangan usir anak kami dia anak kami satu-satunya" ucap wanita paruh baya menangis menatap resepsionis.

"Kami orang miskin kami tidak bisa membayar biaya operasi untuk anak kami, kalau bisa kalian ambil ginjal kami untuk bayar Semua biaya operasi anak kami" imbah pria paruh baya.

Arvind yang mendengar itu langsung tersenyum miring, menatap mereka berdua yang sedang berpelukan sambil menangis. "Saya akan bantu kalian berdua melunasi biaya anak kalian tapi ada syaratnya" ucap arvind.

Mereka menoleh menatap arvind kaget. "M-maksudnya?" Tanya mereka masih belum paham.

Arvind Menatap lekat mereka. "Kalian ke ruangan saya akan saya jelaskan semuanya" ucapnya langsung pergi dari sana Meninggalkan mereka yang masih belum paham.

Mereka langsung mengikuti arvind ke ruangan, Mereka berdiri menunggu arvind mempersiapkan duduk. "Jadi apa sya-----"

"Duduk dulu kita ngobrol santai" potong arvind mempersilahkan mereka duduk di sofa ruangannya, dan tidak lupa menyuguhi mereka minum dan buah-buahan jarang-jarang ia seperti ini pada tamu.

Mereka mengangguk menghadap arvind yang menatap mereka dengan senyum tipis, bahkan mereka saja terpesona dengan ketampanan arvind.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Arvind alden Avraham saya seorang dokter dan CEO. Sekarang perkenalkan nama kalian berdua dan anak anda yang sedang koma" suruh arvind.

Mereka berdua saling berpandangan satu sama lain sebelum mereka mengangguk pelan. "Saya budil dan istri saya alma kami memiliki dua anak----"

"Dua?" Kaget arvind.

Mereka mengangguk pelan. "Ya. Nama anak pertama kami Aurora anatastia dia berusia 18 tahun sekolah di mandiri" ucap budil sedikit heran dengan arvind.

Arvind tersenyum tipis. "Saya ingin mengenal lebih dekat anak kalian coba ceritakan kesukaan dan ketidak sukaan Aurora" pinta Arvind.

"Dia menyukai boneka Teddy bear, cengeng, manja" alma menceritakan semuanya mulai dari apa yang aurora suka sampai kejadian aurora kecelakaan sampai sekarang.

Arvind tersenyum miring. "Saya akan membantu kalian dengan syarat kalian harus menikahkan saya dengan aurora" ucap arvind.

Mata mereka membulat sempurna mendengar permintaan arvind yang menurut mereka konyol. "Dokter jangan bercanda kami tidak sedang bercanda" ucap budil sedikit kesal.

Arvind menggeleng pelan. "Apa diwajah saya ada tanda-tanda bercanda? Saya bicara serius" ucap arvind dengan mimik wajah yang sangat serius.

"T-tapi anak kami masih sekolah umurnya saja masih terlalu muda untuk seusia kamu yang cukup jauh" ucap alma.

Tatapan arvind berubah menjadi datar dan dingin. "Yasudah kalau kalian tidak mau saya tidak memaksanya, silahkan lihat anak anda akan di usir dari sini dan tentunya akan terpisah dari dunia" ucap arvind membuka laptopnya mengabaikan mereka, Sebenarnya ia ingin marah namun ia tahan.

Hening.

"Baiklah kami setuju asalkan kau jangan sakiti anak kami, tapi bagaimana caranya menikah sedangkan anak saya saja dia tidak sadar?" Pasrah budil demi keselamatan anaknya.

Arvind tersenyum miring. "Bisa nanti saya urus yang penting kalian setuju" jawab arvind menutup laptopnya.

"Kapan anak saya di operasi?" Tanya alma lirih.

Arvind mengambil kertas yang tadi ia buat secara diam-diam. "Tanda tangan persetujuan ini, sekarang juga saya akan melakukan operasi tapi saya mau akad nikah sekarang juga" jawab arvind mengambil kertas di meja.

Mereka saling berpandangan satu sama lain, arvind tahu maksud mereka. "Tenang saja saya sudah menyuruh anak buah saya untuk mempersiapkan semuanya, penghulu sudah dalam perjalanan. Saya juga akan menanggung semua kebutuhan kalian" imbah nya.

Mereka langsung menandatangani surat perjanjian itu dengan berat hati, tidak lama mereka langsung keluar ruangan arvind. Sedangkan sang pelaku tersenyum lebar sepertinya ia sedang bahagia.

***

Setelah itu sah menjadi suami aurora arvind dan dokter lainnya langsung melakukan operasi, arvind tidak menyangka ia sudah menjadi suami dari gadis yang baru beberapa jam ia temui, Setelah selesai operasi dokter langsung keluar meninggalkan arvind dan aurora berdua.

"Kau sekarang jadi istriku aurora anatastia, ah.. sekarang nama kamu menjadi 3 kalimat. Aurora anatastia Avraham saya sebenarnya tidak suka dengan nama anatastia tapi karena itu nama pemberitaan kedua orang tuamu dan saya menghargai mereka maka saya izinkan" bisik arvind mencium singkat pipi aurora.

Sedangkan kedua orang tua aurora terus menangis ia tidak tahu harus menjelaskan apa setelah aurora sadar. Bagaimana kalau aurora akan membenci mereka karena menikahkan dia di waktu tidak sadar, bagiamana kalau aurora memberontak dan tidak menerima pernikahan ini, sungguh mereka bingung harus bagaimana.

Aurora masih muda dia seharusnya tidak pantas dengan arvind yang umurnya beda jauh dengan aurora, tapi ini demi keselamatan aurora mereka tidak bisa menolaknya lebih baik mereka di benci aurora daripada harus kehilangan aurora Seperti yang dikatakan arvind sebelum operasi. Lebih baik ia kehilangan secara batin karena aurora akan membencinya  daripada kehilangan secara batin dan fisik. Aurora anak perempuan mereka satu-satunya.

***

Obsession Doctor ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang