4, bully

644 22 0
                                    

Arvind mengantarkan aurora ke sekolah sungguh ia masih ingin berduaan bersama aurora setiao waktu tapi ia juga harus kerja dan aurora juga harus sekolah, Arvind memberhentikan mobilnya di depan sekolahan yang sudah ramai siswa-siswa yang baru datang.

Menoleh menatap aurora yang hendak keluar mobil namun kesusahan, arvind terkekeh kecil mengusap rambut aurora gemes membuat sang empu kesal. Arvind menarik aurora lebih dekat dengan dirinya menatap wajah aurora sedangkan sang empu melotot kaget.

Arvind mengamati wajah aurora yang terlihat cantik dimatanya, ditambah bibir aurora yang pink alami menjadi candunya. Arvind mengusap pipi aurora lembut aurora menjauhkan wajahnya namun belum sempat menjauh arvind menariknya dan mencium bibirnya membuat aurora kaget dan melotot sempurna.

"L-lepas o-om" Aurora memukul-mukul dada arvind berusaha melepaskan ciuman arvind.

Arvind melepaskan ciumannya menatap wajah Aurora yang marah. "Sorry, saya----"

"JANGAN CIUM AKU OM AKU TIDAK SUKA, BAGAIMANA KALAU TEMAN-TEMAN AKU TAU KALAU OM SUAMI AKU? BAGAIMANA KALAU MEREKA TAU KALAU OM CIUM-CIUM AKU? NANTI AKU DIKIRA PUNYA SIMPANAN OM-OM" teriak aurora kesal.

Arvind hanya diam sambil menjilat-jilat bibirnya yang manis setelah mencium bibir aurora Membuat aurora ketakutan dan langsung keluar mobil dengan cepat, berlari masuk ke sekolahan. Arvind terkekeh kecil ia mengusap bibirnya yang masih terasa manis mulut aurora. "Ternyata menikahi gadis SMA lebih baik, tidak salah saya menikahi dia" gumam arvind langsung putar balik menuju rumah sakit sambil senyum-senyum sendiri.

Arvind memarkirkan mobilnya di Parkiran khusus dokter ia berjalan menuju ruangannya dengan tatapan dingin dan cuek, sudah menjadi kebiasaannya arvind cuek dengan dokter Perempuan apalagi yang berusaha mendekatinya.

Ia masuk kedalam ruangannya menganti bajunya dengan baju dokter, menatap jadwal operasi yang banyak rasanya menatap jam tangannya. "Kenapa mepet sama jam pulang sekolah" gumam arvind.

Mengotak-atik ponselnya ia menelpon suster pribadinya yang akan membantunya dalam operasi pasien. "Hallo, bisa ubah jadwal operasi menjadi lebih awal?" Tanya arvind.

°^°^

"Baik, persiapkan sekarang saya segera keruangan operasi" ucap arvind langsung memutuskan sambungan telponnya ia berjalan keluar ruangan dengan tatapan dinginnya.

Banyak yang menyapanya tapi hanya dibalas anggukan kepala, tidak penting untuk menjawab sapaan yang tidak penting baginya. Masuk ke ruangan operasi yang sudah ada beberapa dokter yang akan membantunya, tidak biasanya arvind merubah jadwal operasi biasanya arvind selalu mengikuti jadwal yang sudah ditentukan.

**

Aurora melahap nasi goreng yang dibuat pelayan di rumah suaminya, ini sudah menjadi kebiasaannya makan-makanan yang dibawa dari rumah karena ia tahu kedua orangtuanya tidak memiliki banyak uang jadi ia harus irit, walaupun sekarang arvind memberikan uang jajan yang sangat besar jumlahnya namun tetap saja baginya ini bukan uang haknya.

"Aurora sini" ucap Perempuan berambut pirang.

Aurora mendongak menatap perempuan itu menarik napas panjang ia tahu pasti ia akan disuruh-suruh. "Apa? Aku lagi makan siang" tanya aurora menatap Perempuan dihadapannya.

"Beliin gue makan siang gue laper" pinta Perempuan berambut pirang menyodorkan uang kehadapan aurora.

Aurora menggeleng. "Enggak. Aku mau makan siang kamu saja yang beli lagian dekat juga tinggal melangkah sepuluh langkah sampai" tolak aurora memberanikan diri untuk menolak.

Obsession Doctor ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang