5. kepolosan aurora

683 22 0
                                    

Aurora tidur pulas di kasur setelah belajar tadi yang dibantu suaminya sendiri, arvind menatap wajah damai aurora yang tidak seperti biasanya yang selalu menatapnya sinis dan penuh kebencian.

Arvind merebahkan tubuhnya di samping aurora mengangkat kepala aurora ke lengannya menjadikan lengannya sebagai bantalan aurora. Arvind terus memandangi wajah aurora ia suka menatap aurora sedekat ini.

Kalau saja aurora bangun mungkin ia sudah kena marah aurora bahkan kena pukul aurora, arvind terkekeh kecil melihat mulut aurora manyun-manyum, Mengelus pipi aurora lembut sungguh ia gila dengan gadis dibawah umur nya yang sangat jauh.

Arvind menempelkan bibirnya ke bibir aurora memejamkan matanya menciumnya lembut supaya aurora tidak terganggu dan bangun, arvind berusaha menahan gejolak aneh di dirinya.

"Engg...." Lenguh aurora.

Arvind langsung melepaskan ciumannya menatap aurora, rasanya ia bisa gila melihat wajah istrinya yang sangat menggemaskan dimatanya. "Istri kecilku" gumam arvind.

Arvind menunduk ia tidak sengaja menatap dada aurora yang sedikit terbuka, meneguk ludahnya susah payah melihat pemandangan yang indah dimatanya. Karena tidak tahan arvind membuka dua kancing baju aurora. Ia langsung menciumnya rakus sebisa mungkin tidak membangunkan istrinya bisa-bisa perang dunia.

"Sial!" Umpat arvind hampir kebablasan ia langsung mengancing baju aurora terlihat jelas ada banyak bercak merah di dada aurora.

***

Arvind dikagetkan suara istri kecilnya yang berteriak memanggilnya sambil menangis tersedu-sedu, arvind menoleh kaget melihat aurora yang berlari menghampirinya. "Kamu kenapa sayang?" Tanya arvind khawatir.

Aurora mengusap air matanya ia menunjuk dadanya yang ada banyak bercak merah. "Hiks, aku kena cacar om, hiks dada aku ada merah-merah nya hiks" isak aurora.

Arvind menatap arah telunjuk aurora menelan ludah sudah payah, ia langsung mengancing baju aurora. "Ini bukan cacar----"

"INI CACAR OM ADA MERAH-MERAH NYA, AKU ENGGAK MAU KENA CACAR TOLONG PRIKSA AKU.....tapi jangan di suntik" lirihnya.

Arvind meraup wajahnya kenapa aurora sangat polos. "Ini bukan penyakit ini---"

"Apa? Ini penyakit apa? Tolong katakan aku takut, tolong obatin aku om, hiks" isak aurora.

Arvind berusaha tenang ia membawa aurora masuk kamar, menatap aurora lekat. "Kalau cacar pasti sakit atau gatal, ini tidak gatal kan?" Tanya arvind lembut.

Aurora mengangguk polos.

Arvind tersenyum tipis. "Yasudah jangan khawatir----"

"OM AR INI PENYAKIT TOLONG OBATI AKU OM AR KAN DOKTER PASTI TAU" teriak aurora memukul arvind menggunakan bantal.

Arvind menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Astaga! Kenapa kamu begitu polos sayang" batin arvind gemes. Arvind menghapus air mata aurora, senyum miringnya mengembang satu ide terlintas di kepalanya. "kamu mau sembuh? Mau di obatin?" Tanya arvind.

Aurora mengangguk cepat.

Arvind semakin tersenyum manis. "Ada obatnya cuma satu" ucap arvind.

"Cepat katakan apa? Aku aku ko" tanya aurora kesal.

Arvind mengelus pipi aurora. "Buka baju dulu nanti saya obatin" ucap arvind tersenyum miring.

Obsession Doctor ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang