7. kedua orang tua arvind

709 19 0
                                    

Arvind menatap istrinya yang sedang makan siang di kamar, aurora bangun siang jam 12.00 WIB. Arvind sengaja tidak membangunkan istrinya ia menunggu aurora puas dengan tidurnya, arvind menyodorkan air putih yang langsung aurora teguk.

Aurora menyodorkan piring kosong yang langsung arvind taruh di meja kecil, baru hendak merebahkan tubuhnya di kasur arvind langsung menahannya. "Kenapa? Aku masih lemas" tanya aurora kesal.

"Jangan tidur dulu enggak boleh makan langsung tidur" jawab arvind menarik aurora ke sandaran kasur menyenderkan kepalanya di sandaran kasur. "Tunggu beberapa menit dulu baru boleh rebahan" ucapnya.

"Hmm" gumam aurora.

"Terimakasih sudah----"

"Enggak udah di bahas, om jahat banget badan aku sakit-sakit" potong aurora menatap kesal arvind yang malah semakin gemas dimata arvind.

Arvind terkekeh kecil mengelus pipi aurora yang langsung aurora tepis. "Maaf, nanti juga sembuh" ucap arvind tersenyum tipis.

Aurora menatap arvind. "Aku tidak pernah melihat kedua orang tua om Mereka dimana?" Tanya aurora penasaran semenjak tinggal bersama arvind ia belum pernah melihat kedua orang tua arvin.

Arvind diam beberapa menit sebelum tersenyum tipis. "Ada, mereka lagi di eropa nanti bulan depan mereka ke sini" jawab arvind setenang mungkin.

Aurora mengangguk paham ia merebahkan tubuhnya menarik selimut sampai dada. "On sudah janji kalau aku diizinkan menginap di rumah kedua orang tua aku selama satu Minggu, om tidak bol-----"

"Jangan satu Minggu satu hari aj----"

"Enggak! Enak aja jangan jadi om dokter bohong dong, pokonya satu minggu titik" potong aurora cepat.

Arvind mengangguk pasrah ia merebahkan tubuhnya memeluk aurora. "Saya punya hadiah buat kamu, mau tidak?" Tanya arvind menaik turunkan alisnya.

Aurora mendorong tubuh arvind menjauh. "Jangan peluk-peluk nanti om mesum lagi" ucap aurora.

Arvind terkekeh ia beranjak dari kasur mengambil paper bag mengeluarkan kotak persegi empat. "Buat kamu, ingat ponsel ini hanya untuk belajar bukan main game, dan ponsel ini tidak boleh ada nomor pria kecuali keluarga" ucap arvind.

Aurora tersenyum lebar ia mengambil ponsel itu cepat. "Yeyy akhirnya aku punya ponsel setelah sekian lama aku tidak punya ponsel" ucapnya.

"Memangnya ponsel kamu kemana?" Tanya arvind penasaran.

"Dijual buat bayar SPP sekolah" jawab aurora.

Arvind menatap aurora prihatin mengelus rambut aurora lembut. "Kalau butuh apapun kamu bilang sama saya, ya" ucap arvind.

Aurora mengangguk.

***

Aurora dan arvind duduk di taman belakang rumah mereka senyum aurora terus mengembang melihat beberapa kelinci putih yang berlari-larian masuk kedalam pohon-pohon bunga, aurora berlari mengejar kelinci itu sambil tertawa.

Sedangkan arvind terkekeh geli melihat istri kecilnya yang sangat menggemaskan dimatanya. "Aurora anatastia kamu begitu menggemaskan" cicit arvind.

"Arvind alden Avraham" teriak seseorang berlari menghampiri arvind.

Arvind diam ia mengingat-ingat suara yang tidak asing baginya, menoleh menatap dua perempuan cantik dan pria paruh baya namun masih terlihat gagah. "M-mamah p-papah a-ava" kaget arvind.

Perempuan paruh baya itu memeluk arvind erat. "Mamah kangen banget dama kamu ar, bagaimana kabarmu?"  Tanya Agnes mengelus pipi arvind.

Obsession Doctor ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang