Aurora menatap arvind yang terus menatapnya dengan senyum tipisnya yang indah, aurora turun dari kasur berjalan menuju kamar mandi ia langsung mandi. Arvind tidak suka istrinya mendiamkan dirinya sudah dua hari aurora tidak mau bicara dengannya.
Arvind menunggu aurora keluar ia akan menjelaskan semuanya kalau ia tidak mau aurora pergi dari sini, arvind menatap istrinya yang sudah siap dengan pakaian sekolahnya. "Sayang nanti abis pulang sekolah kita ke mal main Timezone" ajak arvind ia tahu aurora sangat menyukai Timezone.
Aurora hanya meliriknya ia mengambil sisir menyisir rambut panjang, sedangkan arvind terus menatap aurora lewat pantulan cermin, Aurora melihat jelas wajah kusut arvind.
Arvind memeluk aurora dari belakang. "Jangan diamkan saya seperti ini saya melakukan itu karena saya tidak mau kamu kabur makannya saya suntik kamu" lirih arvind.
Aurora mendorongnya tubuh arvind menatap arvind. "Jangan sentuh aku om, aku tidak mau disentuh sama pria Jahat Seperti om" ucap aurora dingin.
Arvind menarik aurora menatap tajam aurora rahangnya mengeras. "Kau milikku jadi saya berhak sentuh kamu" bisik arvind.
Aurora mendorong tubuh arvind. "Aku mau sekolah" ucap aurora langsung keluar jamar dengan cepat ia tidak mau berlama-lama bersama pria jahat. "Aku harud kabur dari sini aku tidak mau tinggal di rumah penjahat" gumam aurora.
Sedangkan arvind terkekeh kecil mendengar gumaman aurora, ia pura-pura tidak mendengar apapun mengikuti aurora dari belakang. "Saya antar kam----"
"Tidak usah, aku mau naik angkot saja" potong aurora.
Arvind menatap dingin aurora. "Saya antar atau kamu tidak saya izinkan sekolah? Pilih yang mana?" Tanya arvind tersenyum miring menatap aurora yang membalalak.
"Aku bisa bera------"
Cup
"Ikut saya biar saya antar kamu" potong arvind mencium singkat bibir aurora dan menarik aurora masuk mobil.
Aurora memukul punggung arvind kesal. "Aku tidak mau di cium kau jangan sentuh aku" teriak aurora yang tidak dihiraukan arvind.
Selama diperjalanan mereka terus diam lebih tepatnya aurora yang terus diam mengabaikan arvind yang bercerita random, walaupun tidak mendapat respon baik dari sang istri arvind berusaha sabar.
"Pulangnya saya jemput kamu jangan nakal sekolahnya" ucap arvind mengingatkan sang istri.
Aurora memalingkan wajahnya enggan menatap wajah arvind ia langsung turun dari mobil berlari masuk sekolah, arvind terkekeh geli melihat aurora yang berlari seperti anak kecil.
***
Aurora mengetuk-ngetuk jarinya di dagu kenapa ia tidak bisa berpikir jernih ia harus mencari cara agar lepas dari arvind. "Otak aku enggak berfungsi dengan baik" kesal Aurora.
"Ra, kenapa?" Tanya sisil teman sebangku aurora.
Aurora menggeleng mana mungkin ia bercerita. "Enggak. Aku lagi pusing kenapa matematika banyak angkanya" jawab aurora menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sisil geleng-geleng kepala mereka kembali mengerjakan tugas yang diberikan guru matematika, aurora tidak bisa fokus kenapa otaknya begitu bodoh disaat ia membutuhkan ide yang bagus.
Tidak lama jam pulang sekolah bunyi mereka langsung berhamburan keluar kelas, begitupun aurora ia berjalan pelan sesekali mengintip disela-sela gerbang melihat apakah ada mobil suaminya atau tidak ada.
"Yes. Dia belum datang aku bisa kab-----"
"Mau kabur hmm?" Bisik arvind dari belakang sambil tersenyum tipis.
Aurora reflek membalikkan tubuhnya menghadap arvind kaget. "O-om a-ar" kaget aurora melihat suaminya dihadapannya.
Arvind menarik pelan aurora mendekat. "Mau berusaha kabur dari saya? Maka taruhannya nyawa kedua orang tua kamu, sayang" bisik arvind tersenyum iblis.
Mata netta langsung melotot sempurna menatap tajam arvind. "Kau penjahat, kau bilang kau tidak jahat tapi kenapa kau sekarang jadi jahat?" Tanya aurora menahan amarah.
"Itu tergantung kamu jika kamu nurut maka saya akan menjadi pria paling baik sedunia, jika kamu nakal dan tidak nurut maka saya akan menjadi pria paling jahat sedunia" bisik arvind menarik aurora masuk mobil.
Aurora memberontak minta dilepaskan namun arvind tidak kehabisan akal ia membopong tubuh mungil aurora masuk mobil, mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. "AKU TIDAK MAU TINGGAL SAMA OM AKU MAU TINGGAL BERSAMA KEDUA ORANG TUAKU" teriak aurora marah.
"DIAM! ATAU SAYA SUNTIK LAGI KAMU" bentak arvind mulai tersulut emosi.
Aurora langsung diam menangis tersedu-sedu, ia takut dengan tatapan tajam arvind yang tidak biasa, Aurora mengusap air matanya menatap luar jendela. "Dasar dokter galak, jahat aku sumpahin tidak ada yang mau diperiksa om, aku sumpahin om dikeluarkan dari rumah sakit" ucap aurora.
Arvind yang awalnya marah mendengar celetukan aurora langsung terkekeh kecil. "Kamu nyumpahin suami kamu sendiri, enggak papa enggak ada yang mau di periksa saya ataupun dikeluarkan dari rumah sakit, atau bahkan di cabut propesi saya sebagai dokter. Saya tinggal kerja di kantor milik saya sendiri, lagian tidak ada yang bisa mengeluarkan saya dari rumah sakit karena itu milik papah saya" ucap arvind.
"Sombong banget sih" kesal aurora.
"Sudah jangan marah kita belanja cemilan buat kamu" ucap arvind memarkirkan mobilnya di parkiran supermarket.
Aurora yang mendengar itu langsung turun berlari masuk kedalam Meninggalkan arvind yang melotot sempurna arvind berlari menyusul aurora takut aurora kabur, namun dugaannya salah aurora malah mengambil troli belanja mengambil semua cemilan di sana.
"Kirain mau kabur" gumam arvind mengikuti aurora dari belakang.
"Om aku mau beli semua macam cemilan boleh?" Tanya aurora penuh harap.
Arvind mengangguk. "Semuanya juga boleh" jawab arvind tersenyum tipis.
Aurora langsung mengambil semua cemilan yang menggoda di lidahnya, sampai-sampai troli belanja penuh. "Ganti ini" arvind mendorong troli kosong yang ia ambil mengikuti aurora dari belakang. "Jangan yang pedas-pedas enggak baik buat kesehatan kamu" ucap arvind menepis pelan tangan aurora yang hendak mengambil cemilan pedas.
"Pelit banget" cicit aurora kesal.
Arvind tidak menyahut ia terus mengikuti aurora kemanapun pergi sudah empat troli belanja masih kurang juga. "Es krim masih banyak di rum----"
"Buat stok, bisa diam tidak?" Kesal aurora.
Arvind mendengus kasar. "Kamu mulai berani sama saya hmm?" Tanya arvind.
Aurora mendengus kasar. "Aku mau habiskan uang om jadi aku harus cepat-cepat supaya om bangkrut dan pulangkan aku ke kedua orang tua aku" sahut aurora kesal sendiri.
Arvind tersenyum tipis. "Silahkan. Bahkan supermarket ini sekalipun saya belikan untuk kamu supaya kamu tidak pergi dari saya" ucap arvind.
"Dasar menyebalkan" kesal aurora langsung mengambil semua es krim yang ada di sana sampai-sampai Semua pengunjung melongo melihat aurora yang mengambil semua es sampai tidak ada satupun yang tersisa. "Sekaya apa sih dia sampai menantang aku" gumam aurora mengambil semua minuman susu.
Puas dengan belanja mereka langsung membayar semua belanjaan, aurora yang melihat jumlah belanjaan mereka langsung lemas, bahkan ini pertama kalinya ia belanja yang hampir puluhan juta bahkan bisa membeli motor.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Doctor Arvind
Fiksi RemajaArvind pria berusia 27 tahun seorang dokter di rumah sakit milik keluarganya secara tidak sengaja melihat gadis SMA yang terbaring koma di ranjang rumah sakit, dari kejauhan ia bisa melihat jelas gadis itu sangat cantik. penasaran dengan latar belak...