“Ma aku berangkat dulu yah” ucapku salam kepada mama, kebetulan saat itu papa lagi ada job di luar kota, jadi terpaksa aku harus naik angkutan umum apabila pulang pergi sekolah. Dengan terburu buru aku membuka pintu dan alangkah kagetnya aku, dia sudah menunggu di depan rumah, dia duduk di motor classicnya yang sudah dimodif itu sambil melihat ke arahku.
“Kok kakak ada didepan rumahku? Ada apaan?” tanyaku heran
“Nungguin kamu emang kenapa?” jawabnya enteng
“Umm aku bisa berangkat sendiri kok kak, ga usah dijemput” tolakku halus
“Sebuah pesan sampai kepadaku, bahwa ada seorang gadis yang ingin berangkat sekolah” sambung
“Namun sang ayah yang mengantar harus mengemban tanggung jawab di luar kota” sambung
“Lalu pangeran dari selatan berinisiatif untuk mengantar gadis tersebut” ujarnya panjang
Akupun tertawa kecil mendengar ocehannya
“Hahahaha lucu, tapi kok kakak tau papa aku lagi di luar kota?” tanyaku
“Gak perlu tau, buruan naik 30 menit lagi masuk” jelasnya singkat.
Segera aku menaiiki motornya, dengan buru buru Ezra memacu kendaraannya di jalanan. Kecepatan tinggi membuatku takut dan tanpa sadar aku memegang erat pinggang Kak Ezra bahkan hampir melingkarkan tanganku di pinggangnya. Hal ini baru aku sadari saat lampu merah, tangan Ezra memegang tanganku yang sedang melingkari pinggangnya “Maaf kak, ga sengaja” ujarku maaf “Gausah jaim, lanjutin gapapa” ujar Kak Ezra yang membuat pipiku memerah.
Lampu tak lama berubah menjadi hijau, dengan cepat dia menarik gas dan segera mengoper gigi dengan cepat, sehingga membuat motornya seketika berlari kencang. Sela sela truk dan mobil menjadi makanan ringan untuknya, motor yang kencang membuat beberapa lampu merah terpaksa di trobos, namun hasil dari itu perjalanan yang biasa ditempuh 20 menit lebih, kini menjadi 2x lebih cepat, aku dan Ezra tiba di sekolah dengan tepat waktu.
Sesampainya di sekolah aku langsung berlari ke kelas untuk mengikuti pembelajaran, aku duduk di bangku ku dan menyiapkan apa yang harus disiapkan. Dari jendela aku melihat dia berjalan santai dari parkiran menuju kelasnya yang kebetulan saling berhadapan namun dipisahkan oleh lapangan basket.
Entah mengapa aku memilih Fakultas ini, Fakultas Perhotelan. Yang aku tahu hanya ingin sukses dan bekerja di hotel, entah Depaterment apa yang harus aku ambil nanti saat bekerja. Tiga jam dan dua mata pelajaran harus aku lewati meski rasa bosan terus datang. Ada Matematika yang siap membuat otak kehilangan kesadaran dan Bahasa Inggris yang seru banget kalo di pelajarin, karena itu merupakan pelajaran favoritku.
Tak lama bel istirahat berbunyi dari ruang kepala sekolah menandakan semua siswa istirahat, terkecuali yang sedang praktek fakultas itu akan mendapatkan waktu istirahat sendiri dan juga dua kali lebih lama. Aku berjalan menuruni anak tangga lalu memasuki sebuah koridor lalu belok kiri, dan aku pun tiba di kantin.
Setibanya aku di kantin suasana disana sudah ramai sekali, semua sedang mengantri makanan, selagi menunggu suasana sedikit renggang aku memutuskan untuk beli semangkok bakso yang hanya untuk mengganjal lapar. Saat makan aku bisa merasakan hawa ancaman akan segera datang, dan ternyata benar Kate dan kedua temannya datang, aku melihatnya dari kejauhan dan dari kejauhan juga aku sudah saling tatap dengan Kate. Kemudian aku menaruh sendok di mangkong dan siap meladeni mereka.
“Hai cantik” sapanya sambil duduk di depanku
“Ada apa ya Kak” sahutku dengan memberikan senyuman intimidasi
“Lu pake pemikat apaan, seketika Ezra langsung tunduk ketika ada lo” tanyanya
“Bukan pemikat, tapi sebuah bakat” jawabku singkat
“Bakat yah? Kita liat aja, siapa yang lebih berbakat buat dapetin Ezra” ujarnya mulai ngaco
“Gini ya Kakak cantik sekedar info aja, ga cuma lu ataupun gue yang ngefans dan suka sama Kak Ezra, tapi banyak” sambung
“Namun, dari sekian cewe yang suka sama Kak Ezra, cuma aku yang Kak Ezra mau” ujarku tegas
“Hahahahahha, sampai kapanpun gaakan aku biarin Ezra jadi milik cewe sembarangan” katanya
“Sampai kapanpun juga kakak gabisa dapetin Kak Ezra” sambung
“Modal cantik dan populer ga cukup buat bisa milikin Kak Ezra” jelasku sambil melanjutkan makan
“Liat aja, pengaruh siapa yang lebih kuat” ancamnya
“Besok Classmeet SMK Peter Angel’s diadakan, kita buktiin disaat itu, gimana?” tantangku
“Heh, sepele kalo lawan lo” jawabnya nerima tantanganku
“Baik, selamat berjuang kakak cantik, aku bayar makanan aku dulu” jawabku
Setelah puas makan aku memutuskan untuk kembali ke kelas, sekalian nikmatin udara dingin di atas balkon kelas, kebetulan kelas 10 Perhotelan ada di lantai tiga. Nikmatin sejuknya hawa mendung ditambah pemandangan Kak Ezra saat latihan basket di lapangan outdoor, ditambah keringatnya yang bercucuran menambah kesan gagah dan ganteng banget.
Ingin sekali rasanya turun lalu mengusap semua keringat yang ada di wajahnya, tidak hanya itu ingin juga aku memberinya air minum, lalu setelah latihan aku beri pijatan yang enak dan nyaman supaya bisa memberikan yang terbaik buat Classmeet besok harinya, namun takut Kak Ezra jadi ilfil terus temen temennya malah bercandain aku dan dia.
Aku yang sedari tadi memandangi dia sambil berhayal tidak jelas, berhasil menarik perhatian lelaki itu. Dia menoleh keatas dan melihatku, saling tatap sejenak lalu tak lama dia mengedipkan sebelah mataya lalu tersenyum menghadapku. Aku yang merasa salah tingkah memutuskan lari dari pandangannya lalu masuk ke kelas. Di dalam aku cuma bisa senyum senyum sendiri memikirkan apa yang barusan terjadi.
“Napa Chel? Senyum senyum sendiri” kata Lena temenku
“Gak kok gapapa” jawabku singkat
“Hummm, pasti mikirin Mas Crush, emang habis diapain sama Mas Crush?” ujarnya sambil bertanya
“Apasih gaada apa apa kok” jawabku lagi
“Ayo dong kasih tau” paksanya
Lantas akupun menceritakan semuanya yang terjadi pada Lena
“Kyaaaaa gue kalo jadi lo pasti udah pingsan duluan” ujarnya
“Apaan sih alay lu” sahutku
“Buruan Chel, nyatain, nyatain” sarannya
“Idih gengsi kali, dimana mana cowo dulu yang nyatain, murah banget jadi cewe” jawabku
“Humm, entar diambil orang nyesel, nangis gulung gulung” jawab Lena
“Masih ada sepuluh ribu cowo yang bakal jadi milikku” sambungku bercanda
“Iya tuan putri, yang ada 10.000 cowo ilfil sama lu” ujar Alena, bisik bisik
“Lu ngomong apa?” tanyaku
“Gak kok gaada, aman aman” jawab Alena
Waktu terus berjalan, tak terasa sudah sejam aku mengerjakan tugas yang diberikan. Aku membuka HP untuk melihat berapa lama lagi aku harus pulang. Tak lama sebelum aku membuka HP suara petir yang keras terdengar diikuti dengan rintik kecil air hujan, langit yang gelap juga membuat lampu di kelas menyala otomatis, membuat suasana kelas yang awalnya suram menjadi terang.
Tigapuluh menit pun berlalu begitu cepat, bel pulang sekolah berbunyi. Segera aku menuruni anak tangga dan dengan cepat aku berjalan menuju halte bus di semping sekolah, takutnya mama udah nungguin disana. Saat hendak sampai di halte mama mengirimku sebuah pesan What’sApp “Nak maaf yah hari ini kamu pulang sendiri lagi, mama kayanya baru bisa balik rumah nanti malam, maaf ya nak”
Baru saja membaca pesan, hujan badai yang deras banget tiba tiba datang, diikuti suara gemuruh petir yang terus bersautan, semakin dibuat bingung dengan kondisi yang tiba tiba berubah begitu cepat, aku hanya bisa mematung kedinginan di halte untuk beberapa saat, sampai ada dia yang mungkin Tuhan sediakan untukku. “Chel, buruan pake jas hujannya” ujarnya keras di tengah suara air hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZRA ARKASA (A Main Target For Be Mine) ✓
RomanceDear Ezra Arkasa Andai saat itu kami berdua saling menyatakan cinta, mungkin aku tidak menangis menyesal, tidak ada tangis rindu, ataupun tangis yang lain. Namun syukurnya kesedihan itu segera menghilang meskipun lama, saat setalah Tuhan memberikan...