Chapter 7 (Eighteen)

5 4 0
                                    

Alarm berbunyi tepat di pukul enam pagi, aku pun terbangun karena bunyinya yang berdenging di telingaku. Sembari mematikan alarm aku mengecek balasan pesan dari Ezra yang tak sempat ku balas tadi malam. Sedikit aneh saat melihat balasannya yang berisi “Buruan tidur besok aku jemput”.

Belum sempat mengerti maksut dari pesan tersebut, tiba tiba WhatsApp nya online dan sedang mengetik, aku pun menunggu dia selesai menuliskan pesan, lantas aku merubah posisi tubuhku yang awalnya rebahan, kini menjadi duduk bersilah sambil memeluk bantal, tak lama pesan yang ia ketik pun terkirim.

“Pagi.. aku udah di depan, aku tunggu kamu” melihat isi pesan tersebut segera aku berjalan menuju jendela kamar ku, dan benar saja dari atas kamar, aku melihat dia duduk diatas motor sambil mengelus elus rambutnya. Dia duduk sambil memegangi helm di tangannya, lalu tak lama dia menoleh ke atas dan melihatku.

Merasa ketauhan, aku pun dengan cepat menutup gorden, seketika aku pun merasa salah tingkah, dibalik gorden yang tertutup aku menarik nafas yang panjang sembari menenangkan diriku. Dirasa sudah tenang aku pun mengambil handuk dan segera turun lalu mandi.

Beberapa menit aku habiskan hanya untuk mandi, aku mengenakan piama ku lagi dan kembali naik ke kamar untuk berganti seragam sekolah. Saat hendak memasang dasi, terdengar suara langkah kaki dari tangga.

“Nak buruan cepetan dong, dibawah Ezra sudah nungguin” panggil mama dari luar

“Ngapain ma?” jawabku pura pura gak tau

“Kayanya mau anterin kamu kesekolah” jawab mama

“Lah emangnya papa kemana? Kerja?”

“Ya enggak, ada di kamar, buruan gih lumayan hemat uang bensin papa kamu”

“Aduhhh iya iya” kataku sambil terburu buru

Dengan cepat aku menguncir rambutku lalu segera turun ke bawah menemui Kak Ezra yang sudah menunggu. Aku yang perasaannya yang campur aduk lantas mencoba menyapanya dengan mulut yang tersenyum kecil padanya, aku pun berjalan ke arah halaman tepat motornya diparkir disana, menunggu dia berpamitan dan meminta izin ke orang tua ku untuk mengantar ke sekolah.

Selama perjalan, hanyalah kesunyian dan hawa pagi yang ada, tanpa ada pembicaraan baik dari aku ataupun dia. Yang bisa aku lakukan adalah mencuri curi pandang dirinya dari kaca spion motor, sorot mata yang tajam menghadap kedepan menambah kesan cool meski tertutup helm.

Entah ilmu apa yang dia gunakan, ia selalu saja memergoki ku saat hendak mencuri pandang darinya, tak banyak yang bisa aku lakukan selain mengusap usap rambut yang menutupi wajahku karena angin. Mungkin sudah muak dengan hawa kesunyian ini diapun membuka sebuah topik untuk mengisi kesunyian itu.

“Tumben mingkem biasanya cerewet, lagi kesambet apa?” ujarnya

“Lah gaada yang ngajak ngomong” jawabnya

“Terus tadi yang barusan ngajak ngomong sapa?” balasnya balik

“Ehehe, ya maaf kali. Btw tadi malem kakak pulang jam berapa?” tanyaku padanya

“Sorean sih, jam sebelas lebih seingetku” jawabnya

“Sorean... kalo jam segitu sore berarti sekarang masih subuh ya Kak” balasku

“Emm... kurang lebih sih” sahutnya padaku

“Btw nanti siang ada pemilihan Hotel buat training” sambungnya

“Oh yahh? Sekarang milih sendiri hotelnya, berarti langsung masuk dong tanpa interview” tanyaku

“Yah pake lah, cuma buat Hotel tempat kamu training milih kamu sendiri” jelasnya

EZRA ARKASA (A Main Target For Be Mine) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang