Tepat jarum jam di angka sembilan, cafeku benar benar sepi, suasana yang sepi ini aku dan Mas Avrin manfaatkan untuk membersihkan bar. Kulihat meja yang sangat kotor dan berantakan, mulai dari biji kopi yang berserakan, tumpahan susu dimana mana, meja yang lengket karena gula dan masih banyak lagi.
Belum lagi cucian gelas yang menumpuk di wastafel, serta lantai yang becek karena bekas tumpahan air. Itu adalah sebagian kecil untuk menggambarkan seberapa berantakannya bar ku saat itu. Kemungkinan butuh waktu satu jam untuk aku dan dia merapikan bar seperti semula.
Setelah semuanya kembali kembali ke tempat masing masing, lanjut aku mengepel lantai, membuang sisa ekstraksi kopi, merapikan chiler, dan membuang sampah keluar. Satu jam berlalu, kulihat ke arah jam dindin menunjukan pukul sepuluh lebih lima menit, lalu aku mengambil gelas dan kuisi dengan air putih dan es batu, serta aku campur sirup agar menambah rasa.
Lanjut aku duduk di bawah lantai, dan menyenderkan tubuhku ke pintu chiler. Dinginnnya AC cafe serta segarnya minuman yang kubuat semakin menambah suasana tenang pada diri. Akupun meletakkan kepalaku pada tembok disamping, dan memejamkan mata untuk sekian menit untuk menenangkan pikiran yang sedang kacau setelah seharian bonyok orderan.
Niatnya hanya memejamkan mata sebentar, akan tetapi malah kelewatan hingga pulas, faktor kelelahan lah yang membuat tiba tiba tidur saat itu, ini bukan pertama kalinya aku tertidur setelah cafe ramai. Mungkin aku akan menginap disana sampai pagi apabila Mas Avrin tidak membangunkan ku saat itu.
“Chel? Rachel bangun gih” panggilnya sambil menepuk pipiku
“Iya.. tunggu ya, ini lagi proses ekstraksi” jawabku mengigau
“Hahaha Ekstraksi apa woi, bangun Rachel, bangun” ujar Mas Avrin
“Hmm? Ehh iya iya Mas maaf ketiduran Ehehe” jawabku dengan mata yang sayup
“Hehe, gapapa kok, aku tau kamu kecapean” sambungnya
“Hahaha iya Mas” sahutku tertawa kecil
“Oiya, aku beliin kamu makanan, kamu dari tadi belum istirahat kan?” katanya
“Wah enak banget, ini beneran buat aku?” tanyaku memastikan
“Iya buat kamu” jawabnya
“Baik sekali, aku makan yahh” lanjutku
“Umm yang soal tadi yang mengintimidasi kamu gausah dipikirin yah” ujarnya
“Humm, iya iya, santai. Ya ampun enak banget” sahutku
Aku memakan makanan pemberian dari Mas Avrin, sambil juga menunggu balasan chat darinya yang sedari tadi belum ada jawaban, sempat aku menelponnya tapi dikatakan handphone tidak aktif. Entah apa yang terjadi pada nya dijalan pikirku saat itu.
Sembari menunggu akhir sift, kami berdua ngobrol santai sambil duduk di lantai bersandarkan chiler. Kita berdua juga menceritakan kehidupan masing masing, seperti lika liku dia menjadi barista dan keluh kesahku menjadi seorang trainerr di sana.
Singkat cerita, staff sift malam datang dan juga menjadi tanda berakhirnya sift kami berdua dan yang lainnya. Sudah hampir satu jam aku menunggu balasan darinya namun tak ada pesan masuk satu pun, seketika merasa cemas tentang kondisi dia di jalan.
“Iya iya paham aku kalo kaya gitu, cuma itu dulu sih” sambung
“Ngomong ngomong, udah dapet berapa bulan Chel?” lanjutnya
“Buat sekarang udah tiga bulan sih Mas” jawabku saat itu
“Tiga bulan lagi last day dong, harus teribiasa melupakanmu kayanya” ujarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
EZRA ARKASA (A Main Target For Be Mine) ✓
RomanceDear Ezra Arkasa Andai saat itu kami berdua saling menyatakan cinta, mungkin aku tidak menangis menyesal, tidak ada tangis rindu, ataupun tangis yang lain. Namun syukurnya kesedihan itu segera menghilang meskipun lama, saat setalah Tuhan memberikan...