Dia menggandengku saat keluar dari UKS, dan segera menaiki motornya untuk melakukan perjalanan pulang. Dia melajukan motornya di jalan, memecah dinginnya angin malam saat itu. Perasaan tertekan terus saja menghantui diriku selama perjalanan, bagaimana tidak aku melihat sendiri dia memukuli Mas Avrin sangat kejam.
Mas Avrin juga tidak bisa berbuat banyak selain menamparnya, mengingat saat itu Ezra masih tergolong anak dibawah umur. Dia menurunkan laju motornya, menandakan bahwa kediamanku sudah dekat, dibalik helm nya dia membelai rambut yang menutupi mata karena angin.
Segera aku masuk ke kamar untuk istrirahat, sebelumnya aku melihat luka yang Ezra tak sengaja buat. Terlihat bibir sampingku yang memerah, dan luka cakaran yang aku buat sebelumnya sepenuhnya mulai menghilang. Setelah itu aku hendak istirahat di kasur, berharap bisa melupakan kejadian di malam itu.
Baru saja saat ingin memeluk bantal, sebuah telepon masuk ke HP ku yang ternyata dari Mas Avrin. Aku seketika bangun saat Mas Avrin telepon yang mengabarkan dia habis dibegal sekitar 500 meter dari perumahanku. Segera aku keluar rumah dan berlari menuju tempat kejadian.
Setibanya di lokasi, dia terkapar lemas di sebuah warung, dan motornya yang terguling. Di lengannya terjadi pendarahan yang terus menerus karena luka sayatan pisau, aku dan warga lainnya menggotongnya membawa ke UGD terdekat. Tak butuh waktu lama untuk memberi pertolongan pertama, mengingat UGD 50 meter dari lokasi.
Setibanya di UGD aku membantunya untuk naik ke brankar, dia terus merintih kesakitan dan juga memegangi lengannya yang terus mengucurkan darah. Dokter segera mengambil tindakan operasi untuk menjahit luka sayatan di lengannya itu, selama operasi juga dia terus merintih kesakitan sambil memegang tanganku.
“Tahan ya Mas, bentar lagi selesai” ucapku menenangkan dia
“ARGGHH SAAKIIT!!” rintihnya kesakitan
“Iya iya tahan Mas. Jangan dilihat dokternya Mas, liat aku aja” kataku
“Chel aku mau ngomong sesuatu sebelum aku gaada” ujarnya
“Jangan ngomong gitu lah Mas, Mas pasti sembuh” sahutku atas pernyataannya
“Aku suka sama kamu, mau kamu pendampingku, untuk selamanya” tegasnya
Sangat bodoh!, begitulah ucap diriku yang sekarang. Aku menerima laki laki brengsek itu untuk menjadi pacarku karena hanya tak tega melihatnya, begitu bodohnya aku. Tiga hari aku tidak masuk magang demi merawatnya, dengan alasan istirahat ke orang tuaku karena overworked.
Pada hari ketiga aku pergi ke Rumah Ezra untuk meminta kejelasannya mengenai tragedi yang menimpa Mas Avrin, Captain Barista yang ganteng parah namun brengsek kelakuannya.
“Rachel? Ada apaan?” tanyanya
“Udah gila ya kamu” tegasku
“Maksutnya? Kamu ada apa sih?” tanyanya bingung
“Aku tau semuanya, kamu kan yang buat Mas Avrin terkapar di rumah sakit” jelasku
“Kamu dan geng mu ngebegal dia sampai ga berdaya, gak cukup kamu pukulin di Hotel?” lanjutku
“Aku masih ga terima Chel kamu diraba raba sama dia” jawabnya atas penegasanku
“Diraba raba apa sih Zra, kamu liat aku mau diapain sama dia” sambung
”Semua yang kamu lihat itu salah paham Ezra, itu cuma pikiran kotormu yang terlalu obsesi sama aku” tegasku“Jaga mulutmu, aku pengen ngelindungin kamu bukannya terobsesi atau mesum sama kamu!” sahutnya
“Udah!! mulai sekarang gausah kamu ngobrol apalagi hubungin aku” ucapku sembari meninggalkan dia
KAMU SEDANG MEMBACA
EZRA ARKASA (A Main Target For Be Mine) ✓
RomanceDear Ezra Arkasa Andai saat itu kami berdua saling menyatakan cinta, mungkin aku tidak menangis menyesal, tidak ada tangis rindu, ataupun tangis yang lain. Namun syukurnya kesedihan itu segera menghilang meskipun lama, saat setalah Tuhan memberikan...