Chapter 13 (Fall In Love Alone)

7 4 0
                                    

Sudah tepat enam bulan aku melewati masa training ku di The Capernaum Hotel, sebuah hotel yang menjadi impian masa depanku sejak kecil, meski banyak juga yang harus aku lalui. Dan juga sudah tepat enam bulan aku menyelesaikan kelas 12, serta tak terasa juga sudah mendekati malam pergantian tahun.

Siang itu aku menuruni tangga sekolah, setelah puas berpesta merayakan kenaikan kelas bersama yang lainnya. Akupun keluar dari area sekolah dan bertujuan untuk pergi ke sebuah cafe. Sebuah cafe tempat dimana ia bekerja paruh waktu, yang katanya ingin punya penghasilan sendiri.

Cukup jauh jarak yang harus aku tempuh untuk menuju cafe tersebut, apalagi aku berjalan kaki saat itu dan cuaca juga lumayan terik. Namun semua itu aku nekatin buat bertemua dengannya, setelah tiga hari penuh tak bertemu dengannya akibat jadwal kerjanya yang bertabrakan dengan sekolah.

Cuaca yang terik serta berjalan kaki, cukup untuk memancing dahagaku. Akan tetapi segera terpuaskan saat tak lama aku tiba di cafenya. Saat kubuka pintu cafe, sorot mata bahagianya terpancar dari dalam bar, segera kuberlari menujunya, dia mengusap dahi serta bawah mataku yang peuh dengan keringat dengan tissue.

“Ya ampun adek siapa sih ini, pasti kehausan yah” tuturnya

“Adek tirinya Kak Ezra Arkasa, hahaha” lanjutku

“Yaudah... adek manis mau minum apa?” tanya nya

“Kayak biasa, Ice Americano” jawabku

“Pakai susu apa gak dek?” tanya nya lagi

“Gausah bercanda deh, gue pesen Ice Americano loh ya, bukan Ice Latte” tegasku

“Iya deh iya, sinis amat” jawabnya

Lalu kuhampiri tempat duduk di ujung ruangan, sebuah sofa yang lapang dengan meja panjang. Kuambil laptop di tas, lalu kubuka diatas meja, tak lupa juga sebuah lagu kuputar dan kuperdengarkan lewat airpods. Dan akhirnya satu buah paragraf berhasil aku ketik, bersamaan juga pesananku datang, yang dan tiriku lah yang mengantarkan minumanku langsung.

“Taraaa, minumannya sudah sampai” ujarnya

“Kyaaaa, makasih kakak tiri” sahutku atasnya

“Serius amat, ngerjain apasih” tanyanya padaku

“Gaada kok, bukan sesuatu yang penting” jawabku seraya menutup laptop

“Apaan sih kepo tau gak” ucapnya sambil membuka paksa laptop

Saat itu dia mulai membaca paragraft yang aku ketik

“Ya ampun, selama ini kamu ngapain Rachel, sampe laporan gak dikerjain” tuturnya

“Ehehe, mager kak ngerjain laporan magang” jelasnya

“Ini udah mau kenaikan kelas laporan masih belum dikerjain??” ujarnya heran

“Lagian sulit Kak, aku gak ngerti” lanjutku

“Haduhh, kalau gatau itu tanya, bukan malah dianggurin” sambung

“Yaudah sini aku bantu” tuturnya

Tangan serta jari jarinya yang panjang, dengan lihai memencet semua huruf yang ada pada keyboard, ditambah wajahnya yang memiliki garis rahang yang begitu tegas semakin menambah kesan maskulin pada dirinya. Pebasket sekaligus barista itu tak sengaja membuatku salah tingkah.

Dia terus menjelaskan mengenai laporan itu, namun responku hanya melamun, memandangi wajahnya yang tersinari sinar matahari yang terpantul dari tralis jendela, hal itu semakin menambah kesan cool yang ia miliki. Seringkali ia menegurku karena sering melamun dan tidak fokus dengan apa yang dia jelaskan.

EZRA ARKASA (A Main Target For Be Mine) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang