6

9.9K 835 41
                                    

"Kak Al, lihat, lihat! Kai dapat kalung cantik! "

Alvaro yang tengah duduk anteng di jendela melirik pada Kylie yang bade saja datang sambil menunjukkan kalung inisial K yang sepenuhnya terbuat dari emas dan berlian. Alvaro mendekat, tersenyum hangat pada Kylie.

"Bagus, dapat dari mana? Lo gak nyuri kan? "

Kylie menggeleng. "Kai dapat ini dari kak Aska. Kak Al tau? Katanya ini hadiah karena Kai gak rewel pas di sini. Kai hebat kan? Kata dokter Danish, besok Kai boleh pulang."

Alvaro terkekeh pelan, dia mengusak rambut halus Kylie gemas. Dia sepenuhnya bingung, kenapa keluarga Kylie mengabaikan, bahkan melakukan kekerasan pada anak manis seperti Kylie. Jika alasannya karena cacat, bukankah seharusnya mereka lebih bersyukur karena Tuhan mempercayakan anak istimewa seperti Kylie menjadi bagian dari mereka? Lagu pula bukan keinginan Kylie untuk terlahir cacat, dan itu sepenuhnya kesalahan orang tua yang tidak memperhatikan bayi saat masih dalam kandungan.

"Yosh yosh, Kai memang anak baik. Tetap seperti ini ya? Jangan sedih cuma karena orang tua Kai tidak peduli pada Kai. "

Kylie mengangguk semangat lalu merebahkan tubuhnya di lantai ruang rawatnya yang dialasi karpet bulu halus.

"Ya, Kai ga akan peduli sama mereka. Lagi pula itu kan kesalahan mereka, bukan kesalahan Kai? Kenapa juga mereka lebih percaya Nino? Padahal kan Nino yang bully Kai, menyebalkan! "

Kai meninju udara kosong di depannya dengan perasaan dongkol. Kalau saja dirinya kuat, dan tidak ada yang melindungi Kevino, dia lama dengan senang hati menyiksa Kevino sebagai ganti dari rasa sakit dan penderitaan yang selama ini dia terima.

"Kai, ingin membunuh Nino. Tapi, apa boleh? Apa Kai bisa? Papa, mama, dan kakak ada di pihak nya. Kai gak punya kekuatan apapun untuk melawan. Dan kalaupun Kai punya, apa akan mudah? "

Di lain ruangan, seseorang yang tengah mendengarkan sesuatu dari earphones hanya diam. Dia melepaskan earphones nya saat pintu ruangannya di ketuk, lalu pergi begitu saja.

.......

Kylie menatap mansion merah yang sudah cukup lama tidak dia kunjungi. Tidak ada yang berubah, para penjaga dan maid acuh dan sibuk dengan kegiatan mereka masing masing. Dan suara telah tawa Kevino terdengar nyarinya di ruangan seluas ini. Kylie menarik tas berisi pakaiannya, menaiki satu persatu anak tangga hingga dia tiba di depan pintu yang berada paling ujung. Kylie membukanya, wangi pinus yang bercampur dengan harum lemon yang sudah sangat dia rindukan . Kylie masuk, menutup kembali pintu kamarnya lalu berjalan menuju balkon kamarnya.

Suasana kamar masih sama seperti sebelumnya. Sangat rapih dan tetap bersih meski sudah lama tidak dia tempati. Kamarnya memang tidak terlalu besar, tapi tidak terlalu kecil. Ruangan itu berisi cukup banyak barang. Kylie memang diabaikan dan sering mendapat kekerasan, tapi untuk fasilitas, dan kebutuhan harian masih mereka penuhi. Entah Kylie harus bersyukur atau tidak. Dilukai sampai dia berpikir negatif dan menanam dendam terlalu dalam, tapi juga dijaga seolah Kylie tanggung jawab mereka.

Kylie duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya. Membaca sebuah buku yang menurutnya menarik ditemani sekitar susu kedelai yang tadi diberikan oleh Danish. Angin siang yang cukup sejuk menerbangkan helaian rambutnya. Angin yang lembut juga membelai pipi nulisnya, membuat Kylie merasakan kantuk. Dan tak lama berselang, Kylie tertidur di kursinya.

........

Malam kembali datang, Kylie keluar dari kamarnya tepat jam tujuh malam karena merasa lapar. Dia menuruni satu persatu anak tangga sampai dirinya tiba di ruang makan, ternyata semua keluarganya tengah makan malam kecuali Aska yang memang belum pulang.

Kylie berusaha abai, dia memilih pergi ke dapur memakan lauk sisa semalam yang tersaji di sana. Dia tidak mengeluh dengan apa yang ada, karena dia sudah terbiasa.

Kylie makan dengan tenang sambil memperhatikan boneka bebek yang dipeluk Nino. Boneka itu dulunya milik Kylie, namun Kevino merebutnya dengan paksa. Bisa saja dia meminta pada Sergio boneka yang jauh lebih bagus lagi, tapi anak itu tetap menginginkan decky. Sergio dengan egoisnya mengambil boneka itu hanya untuk Kevino.

Di meja makan sendiri, mereka makan dengan tenang tanpa membuka suara. Dan setelah selesai mereka berkumpul bersama diruang keluarga. Kylie tentu saja hanya memperhatikan dari jauh, tidak bisa dipungkiri jika dia merasa iri dan juga cemburu pada Kevino yang terlihat sangat akrab dengan keluarganya.

Dengan perasaan sedih, Kylie kembali ke kamarnya. Kylie membuka balkon kamar, membiarkan angin malam menyejukkan kamarnya yang memang tidak memiliki AC.

"Kak Al, mau main sama Kai? "

"Lo nyari gue? "

Kai membalikkan tubuhnya, dia nampak terkejut saat melihat Alvaro sudah berdiri di belakangnya, padahal tadi tidak ada.

"Kak Al? Sejak kapan? Kakak bikin Kai terkejut humph! "

Alvaro tergelak cukup kencang membuat Kylie semakin kesal dan memilih beranjak menuju lemari berisi mainannya.

"Gue udah di sini sedari tadi, pas lo makan, gue sengaja sembunyi di kamar mandi. Jadi, lo mau main apa? Petak umpet? "

"Jangan petak umpet, ga seru kalo main petak umpet tapi cuma di sekitar kamar. Mending main yang lain aja. "

Kylie dan Alvaro nampak diam, memikirkan permainan apa yang cocok untuk situasi sekarang. Sampai akhirnya Alvaro mengusulkan pendapatnya.

"Gimana kalo lo cerita, terserah, apa aja. Lagian udah malem kan? Ga baik juga kalo main. Nanti ada hantu yang nimbrung loh. "

Kylie melemparkan boneka kelinci berukuran cukup besar ke arah Alvaro, beruntungnya Alvaro punya reflek cepat dan bisa dengan mudah menghindarinya. Jika itu mengenainya, sudah dipastikan akan ada benjolan cukup besar di belakang kepalanya akibat berciuman dengan lantai marmer.

"Kak Al jangan bahas hantu ya! Gimana kalo hantunya denger? "

Senyum jahil terbentuk di bibir Alvaro. Remaja itu bangkit dan mendekati Kylie, mencengkram pundak Kylie cukup kasar dan meniup telinga Kylie.

"Hehe~ jadi lo takut setan ya? Huhu, seru juga kalo gue panggil mereka ke sini. "

Kylie mengambil buku dongeng yang cukup tebal lalu memukul tepat di wajah Alvaro, membuat remaja itu merintih kesakitan.

"Kai ga takut ya! Kai cuma kasihan sama hantu nya, kan cape kalo bolak balik cuma buat nemenin kita main. "

"Sudahlah, kayanya mau cerita? Kak Al tolong keluarin semua bonekanya. "

Alvaro masih mengusap hidung mancung ya yang sakit karena pukulan Kylie yang sempat dia remehkan. Dia mulai membantu Kylie menyusun boneka dan bantal di lantai yang beralaskan karpet. Tak lupa juga membuat tenda dari spray dan kelambu. Jangan lupakan lampu lentera kecil yang diletakkan di samping tenda, sementara lampu kamar dimatikan semua. Jadi, hanya cahaya bulan dan lentera saja yang menjadi penerangan di kamar Kylie.

"Selesai! Bagus kan tenda nya? Jadi nanti kalo Kai ketiduran, kak Al ga perlu repot mindahin Kai. "

Alvaro tak bisa menahan kegemasannya, dia memainkan pipi Kylie yang mulai berisi, gembul seperti mochi. Para perawat itu benar benar memperhatikan pola makan Kylie, sampai Kylie yang biasanya melupakan jam makan siang dan makan malam, kini tidak lagi.

"Lo kenapa gemes banget sih? Aaaa, pipi lo sampe mau tumpah gini, pengen gue hap deh rasanya! "

Itu bukan cuma perumpamaan, karena nyatanya Alvaro langsung menghisap habis pipi mochi Kylie begitu keduanya duduk diantara puluhan boneka. Kylie hanya diam membiarkan, dia hanya merasa geli, itu saja. Kylie mulai menceritakan berbagai hal, mulai dari pengalaman, keinginan, dan juga harapan kecilnya. Dan Alvaro hanya mendengarkan, mulutnya tak sedikitpun lepas dari pipi chubby Kylie yang mungkin saja akan segera menjadi candunya.








Jum'at, 24 Nov 2023

To be Continue

El up, mumpung ada ide plus ada paket. Dari pada nanti El lupa, hehe. Tapi besok El ga up, jadi tunggu nanti aja ya?

Skizo Boy |CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang