Suasana di dalam mobil terasa canggung. Kevino duduk di pangkuan Gala terlihat masih sangat syok, Aska juga hanya diam memangku Kylie. Sementara Kylie sendiri menatap keluar jendela.
"Istirahat, Kai. Bukankah kau bilang sedang lelah? "
Kylie tidak menjawab, sebaliknya, dia mendongak menatap wajah Aska lekat. "Kakak tidak benci Kai? "
Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Kylie. Aska menaikkan sebelah alisnya tanda tidak mengerti. "Benci? Untuk apa kakak membencimu? "
"Kai,,, Kai kan uda bunuh papa mama, kak Gio juga ditahan sama opa. Kakak pasti benc-
"Sttt... Kai tidak bersalah, mereka memang pantas mendapatkannya. "
Kylie menunduk dalam. Rasa bersalah merayap di hatinya. Ini kasus pembunuhan pertamanya setelah belasan tahun hidup. Jujur saja sebagai remaja kecil, Kylie tidak pernah berfikir dirinya akan menghabisi nyawa orang lain. Dia takut dihukum karena membunuh, dirinya takut kembali disiksa setelah berbuat kejam, dia takut mendekam di ruangan sempit dengan jeruji besi sebagai temboknya.
Tapi Aska berkata jika dirinya Tidak bersalah, dan itu sedikit membuat perasaannya tenang. Apalagi tangan kejar Aska mengelus kepalanya, memberikan rasa nyaman.
Kylie menyandarkan kepalanya di dada bidang Aska, memejamkan matanya yang terasa berat. Dan tak lama setelahnya dia tertidur.
.
.
.Kylie menggeliat dalam tidurnya menandakan sebentar lagi dirinya terbangun. Benar saja, netra dark magenta miliknya mengerjai perlahan menyesuaikan intensi cahaya yang masuk. Dahinya mengernyit membentuk kerutan tipis, menyadari jika dia berada di kamar yang terasa asing.
"Eungh.... Kakak~"
Kylie hendak bangun namun sebuah tangan mengusap kepalanya, membuat Kylie mendongak melihat siapa yang ada di kamar ini selain dirinya. Dahi Kylie semakin mengkerut mencoba mengenali orang itu.
"Jangan terlalu banyak berpikir, gue ga suka liat kerutan di dahi lo. "
Deg..
Pupil Kylie melebar, dia langsung bangun dari acara tidurannya membuat kepalanya pusing. Kylie bahkan hampir jatuh dari kasur jika saja tangan itu tidak menariknya.
"Lo demam, jangan malah langsung duduk! Pusing kan sekarang? Haish, kebiasaan lo mah. "
Kylie sama sekali tidak menggubris, dia malah memajukan tubuhnya mendekat. Mengucek matanya beberapa kali, takut jika yang dilihatnya ini hanya mimpi belaka.
"K-kak Al? I-ini beneran kakak? Hiks.... HUWAAAA kakak kenapa lama hiks, kenapa ga mau main lagi sama Kai? Hiks Kai kan mau sama kakak. " Kylie menerjang tubuh Alvaro dan menangis kencang tanpa mempedulikan empat orang yang baru saja masuk sambil membawa nampan berisi bubur dan susu.
"Udah ish! Lepasin dulu elah! Sakit ni tangan gue kegencet anjir! "
Kylie dengan tidak rela menuruti ucapan Alvaro, menjauh beberapa centi namun tatapannya tidak lepas sedikitpun dadi remaja di depannya ini.
"Kakak kenapa ninggalin Kai sendiri? Hiks... P-padahal kan hiks Kai mau sama kakak hiks. "
Alvaro mengernyit tidak mengerti seingatnya dia tidak pernah sekalipun meninggalkan anak ini. Yang ada dialah yang ditinggalkan di ruangan gelap itu seorang diri.
"Ninggalin lo? Hey lo bercanda kan? Jelas lo ya yang ninggalin gue sendirian. Padahal dua tahun gue dikurung di ntu ruangan, lo sering nemenin gue seenggaknya sebulan sekali pas lo dihukum sama kakak biadab lo itu. " Alvaro berujar tidak Terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizo Boy |Complete
أدب المراهقينKylie Zoe dulunya anak yang manja dan hidup dalam penuh kasih sayang. Namun nasibnya berubah 180° saat kakak sulungnya mengadopsi seorang anak yang usianya dua tahun lebih tua dari Kylie. Kekerasan yang dia dapatkan sejak berumur 7 tahun perlahan m...